one

74 29 18
                                    

         Hari ini adalah hari ke 1095 dimana aku hidup tanpa dirimu. Lebih tepatnya hari dimana aku hidup tanpa melihatmu lagi. Sudah 3 tahun tapi tetap saja bayanganmu selalu menghantuiku dimanapun aku pergi. Bagaimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja tanpa aku? Aku rasa ada dan tidak ada aku, kamu akan baik-baik saja karena aku bukanlah sesuatu yang penting untukmu.
         Seharusnya pagiku tidak diawali dengan kegalauan yang tidak-tidak seperti ini. Setelah mendengar alarm yang sangat keras hingga rasanya gendang telingaku hampir pecah, aku segera bergegas ke kamar mandi.
"Stefanny ayo cepatlah sedikit" yap aku mendengar seseorang yang sedang berteriak dan mengomel di depan pintu kamarku.
"Sebentar lagi, sabar dong" aku bergegas keluar kamar mandi dan menemui seseorang yang sudah mengomel dan berteriak-teriak di depan kamarku.
"Ayolah kita harus pergi ke kampus sekarang, kenapa sih lo ga bisa bangun pagi? Kesel gue"
"Ayolah Jessica sayang ini lebih pagi dari biasanya"
"Ayolah Stefanny sayang ini bukan Indonesia yang jamnya super ngaret"
"Ayolah Jessica sayang gue tau ini di Korea bukan di Indonesia"
"Kalo lo gak cepet-cepet keluar gue yakin 100% lo gak bakal sempet sarapan"
"Bodoh amat Jessica yang cantik kek pantat sapi haha"
"Sial lo, udah gue tunggu di meja makan. Kalo 15 menit lo belum keluar gue tinggal"
"Siap bunda Jessica yang cantik nan imut ini hahaha"
"Sial lo"
         Setelah Jessica pergi, akupun segera masuk ke kamar dan siap-siap. Yap sudah 3 tahun aku tinggal di Korea karena aku mendapatkan beasiswa. Tentu bukan hal yang mudah untuk hidup dan tinggal di negara orang, tapi aku beruntung aku bertemu dengan Jessica yang sekarang menjadi sahabatku. Jessica adalah orang Indonesia keturunan Korea. Awalnya dia tinggal di Indonesia tapi orang tuanya memaksa agar dia kuliah di Korea. Dan sekarang aku tinggal dengan Jessica di apartemen milik orang tua Jessica.
"Stefanny gue tinggal ya dosen gue udah masuk kelas dan gue telat lagi gara-gara lo!" aku mendengar teriakan Jessica dari meja makan dan mungkin saja teriakannya sudah terdengar sampai depan apartemen.
"Gak usah teriak weh gue ada di belakang lo" ucapku sambil berjalan ke hadapannya.
"Sial gue telat bego" gerutu Jessica kepadaku.
"Udah berangkat aja gue naik bis, lagian gue kan hari ini libur ngapain lo susah-susah nunggu gue hahaha"
"Lo libur? Kok lo? Sialan!" lagi-lagi Jessica berteriak kepadaku dan tak perlu memakan waktu lama dia berhasil menjambak rambutku yang indah ini.
"Awwww sakit bego" teriakku
"Bodoh amat" setelah puas menjambak rambutku dia segera berlari keluar apartemen dan pergi ke kampus dengan menggunakan mobil miliknya.
         Setelah menyelesaikan sarapanku, aku berinisiatif untuk jalan-jalan disekitar apartemen. Aku hanya ingin menghirup udara segar setelah sekian lama aku menghadapi tugas-tugas dari dosen. Aku berjalan sambil menggunakan headset agar tidak ada suara-suara yang menggangguku. Rasanya sudah lama aku tidak menikmati waktu luang seperti ini.
"Lalalalala" aku bersenandung pelan mengikuti irama lagu yang sedang ku dengarkan. Tapi, aku merasa ada sesuatu yang menabrakku tiba-tiba.
"Brakkk" ketika aku sadar, ternyata tubuhku jatuh dengan posisi terduduk.
"Sial lo" gerutuku. Aku merasa ada seseorang yang memegang pundakku dan mencoba membantuku berdiri.
"Orang Indonesia ya? Maaf saya tadi terburu-buru ada meeting eh gak taunya-" aku memotong perkataannya dan menghempaskan tangannya. Aku segera berdiri dan meluapkan amarahku.
"Makanya kalo kalan itu lihat-lihat" ucapku sambil membersihkan bajuku yang kotor karena terjatuh tadi.
"Maaf ya saya buru-buru banget ada meeting"
"Iya deh serah lo" ucapku sambil melihat perlahan wajah orang yang telah membuatku terjatuh.
Deg. Rasanya jantungku berhenti mendadak.
"Samuel...." untuk pertama kalinya aku bertemu dengan dia setelah 3 tahun ini. Dia tidak berubah sama sekali. Oh God aku sangat merindukannya.
"Stefanny? Lo kok disini?" tanyanya yang tak kalah kaget denganku. Aku tidak tau harus menjawab apa, aku hanya tersenyum untuk menjawab pertanyaannya.
"Lo kok diem sih? Lo ngapain disini?"
"Sorry gue tadi kaget. Gue disini udah 3 tahun dapet beasiswa sih lebih tepatnya." Satu hal yang membuatku sedih, hingga saat ini dia tidak pernah tau tentangku sedikitpun.
"Oh gitu, gue buru-buru nih. Oh ya gue boleh minta nomer lo? Gue butuh tour guide nih haha enggak kok gue bercanda. Ya sapa tau lo punya waktu luang kita bisa jalan bareng sebelum gue balik"
"Boleh, sini hp lo"
Samuel memberikan hp nya kepadaku dan dengan bodohnya aku memberikan nomerku kepadanya dengan begitu saja.
"Nih udah gue save"
"Thanks ya gue pergi dulu, see you"
          Aku tak mampu berkata sedikitpun, aku hanya mampu tersenyum untuk menjawab kata-katanya. Aku segera berlari sejauh mungkin. Air mataku terus menetes tanpa henti. Entah ini perasaan senang atau sedih ketika melihatmu kembali. Aku merindukanmu. Sangat rindu hingga rasanya aku ingin mati. Tapi kenapa ketika melihatmu lagi rasa sakit dihatiku semakin menggebu-gebu.

Day Without UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang