bonus chapter II

8 3 2
                                    


Dan kembali belum bisa move on jadi tanggung kalau bonchap gak dilanjutin.
Bonchap 1 rada gantung nih
Jadi saya terusin aja
Dan ini juga alurnya skip skip gitu
Cuma buat gambaran aja sih
Tapi semoga menikmati
Happy reading
.
.
.
.

Siang ini sesuai janji revan mengajak nesya makan siang bersama dengan azka disalah satu restoran didekat kantor mereka. Azka yang awalnya kaget saat revan mengajaknya makan siang bersama dengan nesya pada akhirnya memilih menurut saja pada sahabatnya itu.

"Ohya jadi gimana? Kalian gakmau cerita nih tentang masa masa sma kalian?" Tanya revan memulai pembicaraan.

"Gaklah ngapain ah" sangkal nesya.
Revan memilih mengangguk saja sambil melahap makanannya.

"Ohya rev btw gue gak pernah tau lo udah punya tunangan? Apalagi itu nesya?" Tanya azka

"Ye walaupun gue tiap hari ngejogrok ame lu kalo urusan pribadi ya gue simpen-simpen aja" jawab revan

"Iye juga lo kan tertutup banget. Yang gue heran gue sampe gaktau lo punya pacar apalagi sampe tunangan. Gue kira lo homo makanya gue suka ngeri kalo lo ajak pergi" candanya yang kemudian mendapat jitakan manis dari revan.
Sedangkan nesya hanya tertawa menanggapi kedua sahabat yang sedang asik berceloteh itu.

"Somplak bener lo. Lagian gue sama nesya itu Ldr karena dia kuliah di bandung dan kita baru tunangan sekitar 1 bulan ini"

"Oh lo kuliah di bandung nes?" Tanya azka beralih pada nesya yang sejak tadi serius dengan makanannya.

"Iya ini juga lagi jalanin S2 disana" terang nesya

"Wow? Jurusan apa?"

"S1 kemaren gue ambil ADM negara dan S2 ini gue ambil sastra"

"Lo masih suka sastra?" Tanya azka yang kini makin penasaran.

Revan yang melihat azka dan nesya asik mengobrol hanya tersenyum tak berniat menganggu sedikitpun

"Iyaa dan sekarang baru kesampean Buat ambil sastra" terang nesya yang juga mulai asik menanggapi azka.

"Ohyaya bagus deh"

"Lo kenapa bisa kerja dikantor revan?" Kini nesya balik bertanya

"Eh sory2 aku pamit ketoilet bentar ya" pamit revan memotong obrolan keduanya
Nesya merasa sedikit tak enak hati tapi kemudian mengiyakan permintaan calon suaminya itu.



****




Di kejauhan revan menatap nesya dan azka yang kini tampak saling diam. Ia dapat melihat dari mata keduanya bahwa mereka saling merindukan. Bahwa ia yakin nesya sangat menghargai kehadirannya.

Nesya gadis yang baik revan pun sangat mencintainya. Meskipun begitu sejak dulu revan tak pernah memberikan janji-janji manis untuk nesya karena ia takut ia tak akan bisa mengabulkannya. Bukan hanya takut saat inipun ia yakin bahwa tak akan pernah bisa menjanjikan apapun untuk nesya.

Perlahan ia merasakan darah segar mengalir keluar dari hidungnya. Bergegas ia berlari menuju wastafel toilet.
Ia mendapati dirinya yang semakin lama semakin kurus. Mungkin nesya tak pernah menyadari hal itu sama sekali dan sebaiknya begitu.

'Aku rasa aku gakperlu ngasih tau ke kamu nes, aku gakmau liat air mata kamu. Setidaknya saat aku pergi nanti ada azka yang bisa hapus air mata kamu'



***


Kemudian setelah revan pergi nesya kembali menatap azka.
Diam diam iya mengagumi sisok azka yang kini tampak lebih tampan. Ia terlihat lebih dewasa dengan kumis tipis diwajahnya.
"Liatinnya gitu banget? Kangen ya?" Goda azka yang menangkap basah nesya yang sedang memandanginya

"Sialan. Apaan sih enggak tau, pedenya gak ilang-ilang" ujar nesya kesal.

"Haha Soal pertanyaan lo tadi. Gue sama revan itu sohib koskosan banget. Gue heran sama dia padahal dia anak orang berada tapi lebih milih ngekos kaya gue dan yaa karena bareng2 terus dia jadi sohib gue sampe sekarang. Dan gue kerja di tempat ini karena kebaikan dia itu"  jelas azka

"Lo kerja disini karena bokap gue liat lo itu punya skill yang bagus az" elak revan yang tiba2 sudah kembali.
Azka tersenyum mendengar pembelaan sohibnya itu.

"Eh kamu pucet gitu? Gakpapa?" Tanya nesya sedikit panik karena melihat revan tak seperti biasanya.

"Gakpapa kecapean doang sayang" ujar revan menenangkan.







******






Aroma obat kian bertebaran. Tak hentinya menusuk setiap indra penciuman para penghuni di tempat itu. Disana, disebuah ruang yang didominasi warna putih seorang gadis tengah mengenggam tangan sang kekasih dengan amat erat. Genggamannya tak lain tak bukan karena ia benar benar takut kehilangan pria yang dicintainya ini.
Matanya berkali kali terpenjam karena tak kuat menahan sakit saat melihat keadaan sang pria dengan kondisi yang jauh dari jata baik. Matanya sudah terlelap hampir 1 bulan Berbagai selang disambungkan ketubuhnya. Alat alat medis yang menempel, dan monitor yang selalu bersiaga.
Disisi kanan ranjang sang pria ada sahabatnya yang juga selalu siaga memantau kondisi sang pria.

"Kenapa dia gak sadar2 az, kenapa revan tidur terus?" Rengek nesya kesekian kalinya

"Entahlah gue rasa dia asik main ps di mimpinya hhe" ujar azka berusaha bercanda dan tawa yang hambar karena nyatanya candaan itu tak dihiraukan nesya sama sekali.

"Kenapa gue baru tau tentang penyakit dia"

"Dia gak pengen lo tau karena dia gak pengen lo sedih. Bahkan sebenernya dia menyesali kenapa dia harus tau dia punya penyakit"

Nesya menangis terus menangis bahkan walaupun matanya sudah sangat lelah. Ia tak perduli ia ingin revan bangun hanya itu.






AFL[1] -UNVOICED [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang