"Van," panggil Ferdy perlahan.
"Apa?"
Ferdy meraih wajah Vania dan menatap ke dalam kedua bola mata gadis yang sangat ia cinta.
"Kamu percaya 'kan sama aku?"
"Kenapa kamu tanya gitu?"
Ferdy menarik napas.
"Aku butuh kamu untuk selalu percaya sama aku," ucap Ferdy dengan sorot mata sendu.
"Aku percaya sama kamu."
Ferdy tersenyum tipis. Raut wajahnya berubah. Sekilas, Vania melihat ada kilatan duka di mata kekasihnya.
"Aku mau kamu tahu, aku sayang banget sama kamu. Aku serius sama kamu. Sungguh!"
"Aku tahu," sahut Vania. Tiba-tiba saja ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari diri kekasihnya. Sesuatu yang ia juga tak tahu.
"Meski mungkin saat ini aku belum bisa kasih semua yang kamu mau, tapi aku minta kamu percaya kalau aku sedang mengusahakan segala yang terbaik untuk masa depan kita berdua."
Vania merasakan getaran di hati. Tanpa ia tahu getaran yang sama juga dirasakan oleh Ferdy.
"Aku minta saat ini kamu sabar nunggu aku di Jakarta. Maaf, aku belum bisa pindah ke Jakarta saat ini. Tapi aku janji, tiba saatnya nanti, kita nggak akan berjauhan lagi. Kita nggak akan terpisah lagi."
"Aku ngerti," sahut Vania. "Aku nggak apa-apa kalau saat ini kita berjauhan. Seperti yang kamu bilang, kamu sedang mempersiapkan masa depan," sahut Vania perlahan.
Berbeda dengan rencana yang dulu sempat Ferdy ucapkan, setelah mereka kembali bersama, Ferdy malah mengurungkan niatnya untuk kembali bekerja di Jakarta. Ferdy berkata bahwa saat ini kondisi pekerjaannya belum memungkinkan bagi dirinya untuk kembali ke ibukota. Kendati demikian, Ferdy berjanji untuk sering datang ke Jakarta agar bisa bertemu dengan Vania.
Vania sendiri tak mempermasalahkan hal itu. Ia sendiri sebenarnya juga masih membutuhkan banyak waktu. Ia butuh merenung. Ia butuh sendiri.Ia ingin belajar kembali menumbuhkan rasa cinta yang sejatinya tak pernah ada sejak awal mereka berjumpa. Jadi untuk sementara ini, hubungan jarak jauh adalah pilihan terbaik yang akan mereka tempuh.
Ferdy meraih tubuh Vania dan mendaratkan kecupan lembut di kening kekasihnya tercinta.
"Makasih kamu udah ngertiin aku. Aku janji aku akan bahagiain kamu. Kamu boleh tulis keinginan kamu apa aja."
"Maksudnya?"
"Kamu tulis kamu maunya apa aja lalu kamu kasih daftarnya ke aku."
"Apa aja?" tanya Vania.
Kalau aku maunya Rico gimana?
"Iya apa aja. Kamu boleh tulis apa aja yang kamu mau untuk masa depan kita nanti. Misalnya kamu mau pesta di hotel mewah, atau bulan madu keliling Eropa, atau kamu minta maharnya emas permata. Apa aja. Aku janji aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan kamu apapun yang kamu mau," ucap Ferdy sungguh-sungguh.
Vania menatap Ferdy dengan sorot mata haru. Sebesar ini ternyata cinta Ferdy untuknya. Sedalam ini ternyata rasa sayang Ferdy kepadanya. Mungkin sudah saatnya untuk menjadikan Ferdy sebagai satu-satunya pria yang bertakhta dalam hati. Hanya Ferdy. Tak ada lagi yang lain.
"Kamu tahu nggak aku maunya apa?" bisik Vania.
"Apa?"
Vania mengeluarkan handphone dari dalam tas.
"Kita foto, yuk. Dari tadi kita belum foto."
Tanpa menunggu persetujuan Ferdy, Vania merangkul bahu sang kekasih lalu tersenyum dan bergaya sambil menatap kamera. Mereka berpose dan mengabadikan diri dari berbagai arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
ChickLitVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...