Part 1

4 0 0
                                    

Hay..semoga senang dengan cerita ini.
Vote dan komen kalau ada yang kurang
Terimakasih.

********************************

Tet.... Tet... Tet...
Takk..

Bunyi alarm membangunkan seseorang yang meringkuk dalam selimut. Perlahan matanya membuka, terdiam sesaat lalu duduk dan kembali terdiam. Suasana hening di kamar, selalu seperti ini. Tidak ada yang berubah.
Perlahan ia berdiri menyiapkan diri untuk sekolah.
Dia kelas 3 beberapa bulan lagi akan ujian. Setelahnya dia tidak akan bertemu dengan orang orang pembenci di sekolah.

20 menit cukup untuk mempersiapkan  diri. Ilen turun kebawah. Ke meja makan yang sudah tersedia semua makanan.
Ilen duduk memperhatikan  sekitar nya hanya ada pelayan yang berdiri jauh di belakang, suasana sepi. Meja yang berisi untuk 12 orang terasa kosong bagi nya.
Begitu pun dengan rumah ini,cukup untuk 3 keluarga dan hanya dia dan ke 8 pelayan yang menemani nya.

"nona... Silahkan di makan" suara artur menghentikan lamunanya. ilen tersenyum ramah pada para pelayan

"baiklah .. Terimakasih sudah menyiapkan  makanan ini.." ilen mengambil sendok makan dalam diam.

Sendokan ke 3 membuat ilen melamun lagi. Membayakan semua keluarga nya berkumpul di sini untuk makan bersama. Ujung bibir nya tersenyum hambar. Merasa tidak mungkin.
Bahkan ayah nya tidak pernah mengunjungi nya selama ini. 11 tahun. Bayangkan. Bahkan dia tidak pernah di anggap anak oleh nya, di kurung di sangkar ini tanpa di ketahui siapa pun. Sedih mengingat nya.

"nona... Anda akan terlambat jika melamun terus" lagi lagi suara kepala pelayan yang menyadarkan nya.
Ilen minum lalu beranjak pergi. terhenti di depan pintu.

"artur.. Mungkin aku tidak akan menginap di sini... Aku akan ke apartemen  ku saja " ilen tersenyum kepada semua pelayan nya setelah berucap lalu pergi. Lebih baik dia tinggal di sana dari pada di rumah besar tapi terasa hampa.
Artur tersenyum sedih... Setelah membukakan pintu untuk ilen dia sangat tau alasan ilen melakukan nya. Pasti karena kesepian dan merasa kosong di sini.

Malang sekali nasib nona nya

*********************************

Ilen berjalan menuju kelas dengan senyuman. Orang selalu beranggapan kalau diri nya itu aneh.
Meskipun di marahin atau di kucilkan dia selalu tersenyum.
Di anggap anak haram membuat ilen jarang bergaul. Bukan. Mereka yang tidak mau dekat dengan ilen.
Jika bukan status nya di sini yang di istimewa kan oleh kepala sekolah, sudah pasti ilen selalu kena masalah.
Orang orang bahkan heran, kenapa dia istimewa padahal anak haram.

"pagi... Eva"ilen tersenyum pada teman di belakang meja nya. Eva tersenyum takut lalu berdiri menjauh duduk barisan paling belakang. Ilen mengetahui nya. Selalu seperti ini jika ada yang berteman dengan nya maka. Besok tidak ada yang berani menyapa nya.

Ilen hanya tersenyum lalu duduk.
Sepanjang pelajaran 2 meja di belakang nya tidak ada yang menempati. Kelakuan murid di kelasnya selalu begini hingga bel. Pelajaran berbunyi. Dia harus bertahan. Beberapa bulan lagi dia akan lulus, lalu semua akan melupakan nya

Usai pelajaran berakhir ilen pulang berjalan kaki menuju taman.
Di sana dia duduk diam memperhatikan orang sekitar.
Sangat lama terdiam.
Perhatiannya nya teralihkan pada gadis seusia nya yang bersepeda menabrak pohon.
Aw.. Itu pasti sakit batin nya

Ilen mendatangi nya yang kesakitan sambil memaki sepeda tadi.
Lutut nya berdarah.. Tapi dia selalu menendang sepeda yang membuat nya menabrak pohon.

"maaf... Kau tidak apa apa?..."ilen memegang bahu gadis itu yang langsung menghadap pada nya.

"ah... Aku tidak apa apa.. Hanya marah pada sepeda sialan ini " brakk.. Lagi lagi sepeda nya di tendang. Ilen tersenyum melihat nya.

"ah.. Kau luka... Lutut mu.." ilen memberikan tisu menghilang kan darah yang menetes di kaki gadis tadi.

"ahhh..tidak apa apa.. Sudah biasa.. Ayo duduk" gadis itu menarik tanggan nya menyuruh duduk sambil melap darah tadi. Ilen meringis melihat luka nya. Gadis di depan nya ini kuat dan dia cantik. Mungkin blasteran.

"Hey... Nama mu siapa..? Aku Audy " ilen mengalihkan pandagan nya ke wajah Audy. Orang pertama yang menanyakan nama nya.

"Saralee Aileen.. Panggil ilen saja" ilen memberikan kotak obat pada Audy yang di ambil. Di dalam tasnya.
Dia orang pertama yang menerima pemberian ilen. Ilen senang

"ohhhh.. Nama mu bagus.. Tapi aneh.. "
Ilen tertawa kecil mendengar nya
Aneh tapi bagus apa maksud nya?

" kamu orang pertama yang bilang seperti itu " Audy menatap wajah ilen heran.

"memang nya tidak ada yang bilang kalau nama mu aneh?" ilen menggeleng. Menyebut nama nya saja di sekolah tidak ada yang mau. Apa lagi yang mau mengobrol dengan nya

"tidak ada yang mau mengobrol dengan ku.. Apalagi mengatakan nama ku aneh saja mereka tidak pernah " ilen menunduk diam menutupi wajah sedih nya.

" tidak apa apa... Lebih baik tidak punya teman dari pada punya tapi penjilat " ilen menatap Audy. Seolah itu pernah terjadi di hidup Audy. Tapi yang di katakan nya benar

" ya seperti lidah anjing menjilat tuan nya " Audy mendengar langsung tertawa kencang. Itu lelucon konyol.

"perumpamaan mu jelek sekali..hahha"
Ilen tersenyum aneh. Ya memang jelek.

Pendek dulu ya hehe
****************************************

A loyal friend laughs at your jokes when they’re not so good, and sympathizes with your problems when they’re not so bad.


















































Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ILEEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang