Hyojin melangkahkan kakinya dengan ragu ke dalam area Sekang High School. Berkali-kali merapikan seragamnya yang menurutnya kusut dan rambutnya yang berantakan karena terjangan angin sewaktu dia duduk di dekat jendela ketika di dalam bus tadi. Dia gugup, tentu saja. Bagaimana jika kemampuan aneh yang dimilikinya justru menyusahkannya dan menjadikan dirinya bahan olok-olokan teman-teman barunya?
Tidak. Hyojin harus kuat. Dia bertekad bahwa dia harus berusaha semaksimal mungkin agar tidak menarik perhatian banyak orang.
Dia bahkan sudah mengecat ulang rambutnya menjadi warna hitam. Membuang segala aksesoris berbau metalnya. Tidak lagi menggunakan eyeliner tebal yang menakutkan seperti dulu.
Dia benar-benar polos. Eommanya pasti akan pingsan saking terkejutnya melihat perubahan yang terjadi pada dirinya ini.
Jang Seonsaengnim-wali kelasnya-membawa Hyojin ke kelas 2-3. Kelas yang dari kejauhan pun sudah terdengar ramainya. Mungkin sedang tidak ada yang mengajar.
Hyojin memperkenalkan dirinya sesingkat mungkin. Hanya berkata nama lengkapnya dan asal sekolah lamanya.
Dia dipersilakan duduk di sebelah seorang pemuda jangkung dan kurus berambut hitam berantakan yang berwajah sangat imut dan menggemaskan seperti anak kecil. Hyojin melirik nametag yang terpasang rapi di seragamnya. Bambam.
Gadis itu mengerutkan dahinya bingung. Namanya hanya Bambam? Tidak ada tambahan yang lain kah? Marganya apa? Bam?
Namja itu menyunggingkan senyum manis pada Hyojin. Yang dibalas Hyojin dengan senyum tipis yang terkesan tidak ikhlas.
"Aku Bambam," ujar pemuda itu memperkenalkan diri. "Nama asliku sedikit panjang dan aneh bagi orang sini. Jadi mereka memanggilku Bambam." lanjutnya karena melihat raut wajah bertanya yang begitu terlihat di wajah gadis berambut panjang di hadapannya. Sepertinya Bambam sudah sangat ahli dalam kasus pertanyaan tentang namanya seperti ini. Dia menjelaskannya seperti seolah-olah sudah melakukannya berkali-kali.
"Ah. Ne." balas Hyojin singkat.
Bambam tidak bertanya ataupun berbicara lebih lanjut dengan Hyojin lagi karena tahu bahwa gadis disebelahnya itu bukan tipe gadis yang banyak bicara. Dan Bambam akan kelihatan seperti orang bodoh jika tetap memaksa bicara dengannya.
Ketika jam istirahat tiba, beberapa murid di kelas Hyojin sudah berhamburan ke kantin sekolah untuk menerima jatah makan siang yang disediakan sekolah. Hyojin masih berada di dalam kelas, memang sengaja untuk datang agak terlambat karena tidak mau pergi bersama yang lainnya.
Namun, seorang gadis berpenampilan menarik dengan rambut dicat sewarna nyala matahari datang menghampirinya diiringi beberapa gadis dibelakangnya.
"Hello stranger," sapanya dengan nada yang terkesan angkuh. "Aku Kang Jiyoon. Kita bisa berteman kalau kau mau. Kau lumayan menarik." lanjutnya dengan senyum miringnya yang biasa.
Hyojin paling tidak suka dipanggil stranger. Sekalipun yang memanggilnya adalah gadis paling cantik satu sekolah. Selama di London dulu, dia sudah cukup muak dipanggil dengan titel seperti itu.
"Maaf. Tapi bisa tidak kau tidak usah pedulikan aku?"
Senyum di wajah Jiyoon luntur seketika digantikan wajah jengkel yang memerah menahan amarah.
"Kajja!" ajaknya pada kroni-kroninya yang tidak lebih dari empat orang itu untuk pergi dari hadapan Hyojin. Jiyoon merasa harga dirinya telah hancur.
Dia adalah siswi yang cukup populer di Sekang High School. Keluarganya berpengaruh. Dia pintar, berbakat, dan cantik. Hampir semua siswi di sekolah ini ingin bergabung ke kelompok Jiyoon. Kelompok yang berisi gadis-gadis populer, sama seperti kelompok yang biasa bersama Bambam. Yang tentu saja hanya berisi laki-laki populer.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET NIGHTMARE (a GOT7 FANFICTION)
FanfictionChoi Hyo Jin. Gadis tujuh belas tahun yang merasa hidupnya baik-baik saja dan bahagia, sampai suatu ketika kedua orang tuanya memindahkannya ke Negeri Ginseng tempat kelahirannya. Memaksanya tinggal di apartemen butut tempat tinggal saudara sepupun...