GAME 1

1K 43 29
                                    

GAME...!!




***




---CHIKO ARIA POV---

Memiliki paras yang cantik, mata yang bulat indah, bibir ranum merah bagai buah cerry, serta tubuh yang putih mulus adalah impian semua wanita di dunia ini. Tapi tidak untuk aku, aku yang terlahir sebagai seorang laki-laki yang dikaruniai semua hal diatas. Bagiku semua itu adalah bencana buatku. Tak jarang teman-temanku merendahkanku dengan sebutan 'banci' karena aku, CHIKO ARIA yang terlahir sebagai lelaki, tetapi memiliki paras dan tubuh yang melebihi seorang perempuan. Terlebih memang aku orang yang lemah. Tapi tingkah lakuku tidak seperti wanita, atau seperti banci-banci pada umumnya, yang bergaya lebay dan feminim. Mereka menyebutku banci atas dasar fisikku saja. Jika ada orang yang tak sengaja bertemu denganku dan dia belum mengenalku, pastilah orang itu akan menganggapku sebagai seorang perempuan. Jika saat aku dilahirkan dulu diberi sebuah pilihan, aku lebih memilih terlahir dengan kulit sawo matang, bibir tebal namun terkesan sexy, yang lebih terlihat manly layaknya laki-laki indonesia. Tapi itu semua cuma sebuah harapan yang tidak akan pernah terjadi.


***


Aku turun dari mobil tepat di depan gerbang sekolahku. Seketika aku jadi perhatian orang-orang yang ada disini. Beberapa pasang mata tak luput memandangku sambil tertawa, tersenyum sinis kearahku. Ya, inilah hal yang sebenarnya tidak aku sukai. Setiap berangkat maupun pulang sekolah selalu diantar jemput oleh sopir ayahku, yang membuatku dimata teman"ku adalah seseorang yang manja. Yang kemana-mana harus selalu diantar dan dilayani.


Aku adalah anak sulung sekaligus bungsu dari orang terkaya no. 3 di indonesia. Oleh sebab itu ayah dan ibuku selalu mengawasiku dengan proteck, memenuhi semua keinginan dan kebutuhanku, memberikan materi yang bahkan menurutku berlebihan. Mengingat aku anak satu-satunya yang mereka miliki dan sekaligus sebagai penerus di perusahaanya kelak.
Aku berjalan di koridor sekolah menuju ruang kelasku, XI IPA 2. Ketika aku sampai di depan kelas, kulihat sudah ada beberapa anak yang datang, ada yang ngobrol sama temannya, ada yang lagi maen hp, baca novel, bahkan ada yang sedang mencontek PR milik temannya. Ku segera melangkah masuk dalam kelas,
"eh, tuan putri sudah datang....!!" kata salah seorang temanku yang bernama indra.
"..." aku hanya diam tak menghiraukan ocehannya. Udah satu setengah tahun ini aku selalu mendengar kata" yang menusuk hati. Jadi aku sudah kebal terhadap kata-kata seperti itu.
"duh, sombongnya tuan puteri....!!" katanya lagi sambil tertawa
tetap tak kuhiraukan, aku terus melangkah menuju bangku ku yang berada di pojok belakang, tiba-tiba


"buuukkk....!!


Ada seseorang yang menjegal kakiku, Bibir tipis ini langsung bertemu dengan lantai keramik kelas. Sontak semua anak yang ada di dalam kelas langsung tertawa, seperti sedang menyaksikan acara komedi. Menertawaiku di saat aku menderita. Mereka sekarang tak hanya bermain kata-kata dalam mengerjaiku tapi sekarang sudah mulai bermain fisik. Hati ini sebenarnya selalu sakit jika mendengar oceha-ocehan itu, tapi aku tetap bertahan karena satu hal. Jika saja aku tak lemah mungkin akan ku bungkam mulut yang suka ngoceh itu dengan sepatu. sampai tiba-tiba...


"ada apa ini?"


sebuah suara yang kukenal, yang tanpa melihat wajahnyapun aku sudah pasti mengenalnya. Ya, dia adalah Rama, siswa terpintar disekolah ini dan juga seorang kapten tim basket. Orang yang selama ini aku kagumi, yang membuat aku bertahan terhadap hinaan-hinaan yang mampir ketelingaku.
"itu, si princess chiko lagi nyium ubin kelas, gimana rasanya, enak gak?" kata indra sambil memegangi perutnya karena tertawa.
"dasar kekanak-kanakan...!!" kata rama dingin dan segera duduk di bangkunya.
Aku segera bangkit dan mengelap bibirku yang kotor terkena lantai kelas, lalu duduk dibangku pojok belakang. Sengaja aku memilih bangku paling belakang agar aku bisa memandangi rama sepuasnya tanpa harus ketaguan. Kupandangi rama yang duduk di bangku paling depan. Hanya begini kerjaanku selama disekolah selain belajar, memandangi rama. Ya, hanya bisa memandanginya tanpa bisa ngobrol dengannya. Meskipun kita teman sekelas tapi kita tidak begitu akrab. Kadang sesekali cuma saling tegur saja. Disekolah ini aku tidak mempunyai satupun teman yang dekat denganku, tidak, tapi diluar sekolahpun aku juga tidak punya teman. Selain orang tuaku membatasiku dalam berteman, aku orangnya juga sukar bergaul. Makanya sampai sekarang aku tidak punya teman.

GAMEWhere stories live. Discover now