Dulu saat aku berumur lima tahun tepat pada libur panjang, kami sekeluarga akan bertamasya disalah satu villa milik kakek yang berada di kota Bandung.
Tok!tok!
"Tasya, ayo nak cepat turun kita segera berangkat." Ujar ibu di balik pintu yang tertutup.
"Iya buu.." ujar Tasya dengan aksen khas anak kecil.
Pintu dibuka oleh sang ibu, di sana tepatnya di depan kaca terlihatlah anak berusia lima tahun sedang kesulitan memakai dress yang telah disiapkan.
"Kan udah ibu bilang biar ibu aja yang pakein, nakal sih" ujar sang ibu sambil menoel hidung si kecil. Si kecil hanya bisa cemberut tanpa mengucap sepatah kata pun. Sang ibu lalu memakaikan dress berwarna coklat burgundy yang sangat anggun.
"Ibu, apa aku terlihat cantik ?" Tanya, nama si kecil sambil berputar-putar mengikuti gaya princess disney yang sering ia tonton di televisi.
"Kau sangat cantik sayang" ucapnya sambil mengecup kening si kecil yang sudah berhenti berputar-putar lalu menggandengnya untuk ke ruang bawah dimana sang ayah sudah menunggu.
"Ayaaahhh!!!!" Teriak si kecil berlari setelah lepas dari genggaman sang ibu.
"Ah, anak ayah sudah cantik rupanya" ucapnya sambil memeluk si kecil.
"Iya dong Tasya gituu" ucapnya dalam dekapan sang ayah.
"Ayo kita pergi" ucap sang ibu menggandeng si kecil lalu menggandengnya diikuti sang ayah membawa koper berukuran medium yang memuat semua pakaian mereka.
***
Ahh, mimpi itu lagi. Mimpi yang sama dalam beberapa tahun ini. Mimpi yang selalu membayang-bayangiku memupuk rasa bersalahku.
Seandainya hari itu aku tak memaksa kedua orang tuaku berlibur, mungkin kejadian itu tak akan pernah terjadi. Memang sesal selalu ada dibelakang.
Masih terbayang-bayang jelas kronologi yang telah menimpa keluargaku tepat di depan mata kepalaku sendiri. Bagaimana tragisnya sehingga sampai sekarangpun masih terbayang sosok yang sangat aku rindukan.
Mimpi baru saja itu hanya cuplikan kecil dari kronologi yang kualami. Hanya menceritakan bagaimana kebahagiaan kami yang akan berangkat bertamasya. Ya, mungkin itu akan menjadi tamasya terakhirku. Karena apa ? Aku masih memendam rasa takut hingga menjadi trauma yang berkepanjangan.
Ah, lelah sekali. Setiap hari harus menanggung rasa takut yang berkepanjangan. Rasanya aku ingin sekali membunuh rasa takut itu. Tapi apa daya angan tak sampai.
Kulirik jam weker yang bertengger manis di atas meja samping tempat tidurku. Masih jam satu pagi. Langitpun masih berwarna hitam tanda hari masih gelap. Ahh rasanya ingin sekali tidur kembali, tetapi mimpi itu seakan terus membayangi. Mengingat besok adalah jadwal dosen killer yang tidak dapat mentoleransi keterlambatan bagi mahasiswanya , akupun berusaha tidur kembali. Sial. Aku akan berusaha tidur dengan cara memejamkan mata rapat-rapat.
Kring! Kring!
Ah berisik sekali!
Batinku menyorak sesuatu yang mengganggu tidurku. Sungguh tak mengertikah jika aku baru tertidur beberapa jam yang lalu setelah mimpi itu datang. Seakan otakku baru saja berputar, ada sebuah tanda seru besar memenuhi kepalaku.Sial!
Aku baru ingat jam wekerku masih seperti jadwal kemarin. Kulihat jam wekerku. ah sial! Jam menunjukkan pukul tujuh tiga puluh. Sial. Aku terlambat 30 menit! Segera saja setengah sadar aku berlari menuju kamar mandi yang berada di kamarku.Anjir!.
Karena terburu-buru jidat cantikku ini harus berciuman dengan kusen pintu yang sama tingginya dengan tinggi tubuhku.Setttt
Double sial.
Ahh kenapa hidupku penuh kesialan. Ntah berapa kali aku harus mengumpat setiap harinya dengan hidupku yang penuh dengan kesialan ini. Dan sekarang tubuhku yang indah bak gitar sepanyol ini harus terbaring dengan sensasi sakit luar dalam yang biasa akibat terpeleset lantai yang sudah mulai menghijau. Lumut sialan!.***
Dengan seluruh kesialan yang menimpaku pagi ini, kugayuh sepedah kesayangan yang hampir setahun ini kubawah ke kampus tempatku belajar.
Destt!
Sial kenapa lagi ini. Kulihat ban sepedahku. Ahh rupanya paku sialan itu telah menancapkan dirinya tanpa dosa ke ban sepedahku. Sial bagaimana ini, aku sudah terlambat sekali. mungkin sebentar lagi mata kuliah pertamaku akan berakhir.Kutuntun sepedahku dengan stengah hati. Gedung kampus masih beberapa kilo lagi untuk mencapainya. Dengan langkah sedikit cepat agar sampai tunjuan kukesampingkan rasa lapar yang kebetulan aku tidak sarapan dan rasa hausku sehingga rasa dalam tenggorokan itu benar-benar kering.
Sesampainya di gembang kampus banyak sekali yang merik ke arahku dan ada juga yang menatapku secara terang-terangan. Ahh sial, dari pandangan itu, dari mata-mata itu aku benci sekali jika mereka melihatku seperti itu. Tatapannya semakin menelanjangiku. Manusia sialan. Bukankah aku salah satu seperti mereka? Bukan, bukan seperti mereka yang menatapku seolah jijik itu. Maksudku aku juga seorang manusia. Well. Tapi aku tak sejahat mereka.
Saatku teruskan jalanku menuntun sepedah yang setia menemaniku.
Passtt.
Wanjir. Anjir. Anjing. Kebo. Monyet. Babi. Dan seluruh teman-temannya.
Siapa yang gak punya mata! Jalan selebar ini masih sempet aja cari jalan becek. Dan air itu pun menyiprat kearahku. Sudah pakaian kumal karena keringat, lusuh karena gak sempat menyetrika, dan sekarang ditambah hasil karya orang yang tidak punya mata. Benar-benar sempurna kesialanku hari ini."WOYY LO YANG PAKE MOBIL MERAH BERENTI!!!!!" teriaku sekeras mungkin kepada pengemudi yang tidak mempunyai mata itu. Langkahku menghampiri mobil merah yang kuteriaki tadi dengan langkah cepat sebelum orang itu kembali melajukan kendaraannya.
Tok!tok!
Ku ketuk kaca jendela berwarma hitam yang menyamarkan si pengemudi. Perlahan kacapun turun menampakkan seorang pria dengan sejuta pesona menatapnya datar sambil mengangkat satu alisnya. Cool! Satu kata yang terlintas dibenakku setelah beberapa saat diam melongo menatap wajah bak orang bule. Cogan sekaliiii. apa sih yang lu pikirin tasya!"Kalo liat biasa aja bisa ? Gak usah pake ngiler segala." Ucapnya terang terangan. Sial.
Setelah mengucapkan itu pria tersebut berlalu begitu saja dihadapan Tasya. Mendengar bunyi mobil bergerak Tasyapun tersadar. Sial.
Dengan dongkol berkepanjangan Tasyapun kembali menuntun spedahnya yang sebentar lagi sampai pada sebuah tempat parkir.
***
Seorang gadis berlari dari arah utara tepatnya lurus dengan tempat parkir motor dan mobil. Berlari sambil menghindari gerombolan gerombolan mahasiswa yang hampir memenuhu koridor menuju gedung fakultas ekonomi.
Setelah berhenti didepan pintu dia kembali membaca papan nama yang menggantung ekonomi managemen. Kurang lebihnya seperti itulah.
Mengatur nafas sejenak sebelum memasuki ruang kelasnya. Kelas terlihat ramai tanda gak ada dosen. Kemana Mr. Edward berada kenapa masih belum menampakkan hidung mancungnya. Apakah sudah selesai ? Apakah beliau tidak masuk ? Tasya lebih berdoa semoga dosen killer itu tidak masuk kelasnya sehingga absensinya masih bersih untuk hari ini.
"Ekhem"
Kerena terlalu memikirkan tentang kelas tanpa dosen dia tidak sadar jika dia masih berada pada tengah pintu dan tidak menyadari jika ada seseorang yang berada dibelakangnya. Dengan dehemannya itu akhirnya dia tersadar dan berbalik. Wajahnya terkejut, matanya melotot, bibirnya melongo, diapun tidak sadar jika dia menaham nafasnya.***
Tbc..
Haiiii... sebenernya ini bukan cerita pertamaku. Tapi di tahun 2017 ini aku kembali membuat cerita yang sebenarnya sudah lama bersarang di otakku 😂😂
Yaudah sih, salam kenal buat kalian yg melihat ceritaku ini 😗😗
Jangan lupa VOTE + KOMEN buat yang lihat dan penasaran!!!Salam hangat,
Sinta Dey.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER KOMPLEX
Romancekamu suatu kesalahan yang terindah. berawal dari suatu kesalahan yang menuntun kesalahan lain. namun kesalahan ini tak pernah ku sesalkan.