GADIS FILOSOFI PART 5

361 56 10
                                    



"Sesuatu yang kita dengar, akan menimbulkan banyak kecurigaan. Sesuatu yang kita lihat, akan sulit untuk percayai. Tapi diatas itu semua, Sesuatu yang kita rasakan, mungkin datang tanpa disadari. " kata ku sambil membaca resensi novel di depanku.

Aku berada di toko buku langganan ku, bersama seseorang yang katanya ingin mengenalku. Janji yang ku buat harus ku tepati, dan permintaanya pun sederhana. Sepulang sekolah, aku mengajaknya untuk kesini. Toko buku ini kecil dan jarang dilirik oleh orang yang berlalu lalang. Tapi jika sudah melangkahkan kaki kesini, percayalah, buku-buku ini akan siap melayani haus nya imajinasi.

"Baca apa?" tanya seorang wanita di sebelahku.

"Resensi Novel Ve.. sepertinya ini menarik." Jawabku sambil membolak balikan buku tersebut.

"Luciandra11? Aku tidak pernah mendengar nama pengarangnya. Kau yakin buku ini bagus?" tanyanya. Aku tersenyum dan mengelus kepalanya pelan.

"buku yang bagus tidak dilihat dari siapa pengarangnya. Tapi dari keberaniannya mengukir kata."

"tapi kan, kalau kau beli buku yang ini... " katanya sambil menunjuk sebuah buku, "atau yang ini.." dan berlanjut dengan buku lainnya, "kurasa isinya lebih terjamin Nal,"

"dasar gadis penghayal... jika kau hanya membaca buku dari pengarang terkenal, maka tidak akan ada pengarang-pengarang lain yang akan terkenal. Awalnya pun dulu mereka tidak terkenalkan, tapi karna ada pembaca yang baik, tepatnya tidak sepertimu, maka bisa jadi nanti dia terkenal." Balas ku sambil tertawa kecil. Ia lalu mengangguk tanda mengerti. Ekspresinya lucu, seperti bocah yang baru saja di ajari sesuatu.

"oke, berarti kamu tipe pembeli buku yang pengarangnya masih newbie yah nal?"

"nope. Saya tipe pembaca yang baik. " kataku sambil tertawa.

"eh, udah milih mana yang mau di beli Ve?" sambungku.

"udah nih, kasir yuk.." jawabnya. Aku langsung menarik tangannya dan membayar kedua buku kami. Awalnya dia menolak aku yang bayar, tapi aku berdalih, bahwa beli 1 buku gratis 1 buku dan ia hanya mengangguk mengerti.

***

Disinilah kami. Duduk di pojokan suatu café di Jakarta sambil mengobrol kecil dan menikmati Dessert pilihan masing-masing. Tepat ini nyaman dan sedikit kecil menurutku. Meski begitu, café ini selalu ramai dan selalu ada pelayan yang mondar-mandir mengantarkan hidangan.

"jadi.. semua tentangku yah.." aku memandang Veranda lekat. Ia mengangguk

"yah, tapi aku tidak perlu berat badanmu, atau ukuran sepatu mu, mungkin aku hanya ingin tau, bagaimana cara mu memandang dunia ini dan menjadikannya filosofi yang, yaaaahh.... Bisa dibilang ada bener nya juga. Kita mulai dengan masa lalu mu saja, Nal!"

Aku tersenyum tulus. Sebenarnya aku bukan tipe orang yang terbuka dengan masa laluku. Tapi entah kenapa, aku yakin bisa mempercayai orang di hadapanku ini.

"Aku lahir dengan kedua orangtua ku yang punya dunia nya masing-masing. Bisa di bilang aku tumbuh dengan kesendirian. Aku pun sudah membangun dunia ku sendiri dari kecil. Kebahagiaan yang mungkin cukup untuk kunikmati. Aku mempunyai banyak teman dan aku sering ber 'adaptasi' dengan mereka. Hanya karna aku ingin seseorang menyadari keberadaan ku dan duniaku. Untuk semua filosofi yang sudah ku beritau kemarin, itu bukan aku yang buat. Seseorang mengajarkan ku sebuah kenyataan. Lalu aku sadar, apa yang aku bangun tidak akan berlangsung selamanya."

"apa yang terjadi nal..?"

***

"apa yang terjadi nal..?" aku menggenggam tangan kinal lembut. Aku melihat ada sedih di balik mata itu. Terus terang, aku sedikit terperangah melihat sisi seperti ini darinya. Ku kira bahunya nya sekuat baja, ah... aku salah mengira. Ia memang sekuat baja, tapi mungkin dia sedikit lelah menanggung beban terlalu lama. Ia tersenyum. Senyum kali ini tidak secerah biasanya, ada sesuatu di dalamnya. Aku mengeratkan genggaman tanganku.

"kita punya banyak waktu Nal... "

"maksud nya Ve?"

Aku tersenyum dan menyentuh pipinya lembut.

"Maaf nal.. harusnya kau bilang kalau kau tak sanggup untuk bercerita. Kita bisa berbagi cerita, mungkin nanti.., saat kita siap."

"aku sanggup ..."

Aku tertawa pelan. Aku menatap sesosok manusia di depan ku sekarang. Sekitar 2 minggu yang lalu, dia menyapa ku dengan penuh tanda tanya. Dia mengajak ku berbicara dengan tingkah uniknya. Filosofinya yang tidak bisa ku bantah, menambah daftar kelebihannya. Ada sesuatu yang menarik dengan cerita dan caranya tertawa. Mengenalnya secara singkat saja, membuatku mengerti sekuat apa dia. Prolog yang dibawakannya menyadarkan ku. Ia tidak lebih kuat dari pemikiran dan filosofinya.

"permintaan ku batal. Tunggu, maksudku aku meralatnya..."

"Ralat?"

"Jadilah temanku."

TBC

***

Saya kemarin buat cerita baru, judulnya TEATER KITA. Yah VeNal juga sih. (main-main kesana yaaak~~) Sebenarnya agak sakit kalau nulis pairing tentang mereka. Yah ngertilah yah, kak Ve udah Grad juga kan kemarin...
tapi saya ingin menyelesaikan apa yang saya mulai (aseeeek). 
Jadi mohon dukungannya semua~~ (kok kayak senbatsu yaak wkwkwk)
kalau ada typo dimana-mana, maafkan saya.. T-T
boleh di letak di komen biar di edit..

btw, pairing JKT48 apa-apa aja sih? terus nama tokoh cowok yang biasa di pake di ff JKT48 apa ya?? tolong di jawab yah semua~~

nb: saya masih polos soal beginian XD

39!

GADIS FILOSOFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang