15. Pembalasan

121 17 18
                                    

"Saya harus balikin arwah Calum dulu ke tubuhnya. Saya udah punya rencana, tolong di bantu ya." kata Lidya pada Shere.

Shere sebenarnya masih agak kesal karena Lidya nggak mau membukakan mata batinnya agar bisa melihat roh Om Calum juga. Tapi Shere pikir, sekarang bukan saat yang tepat untuk mempermasalahkan itu sekarang.

Shere mengangguk sambil bertanya apa yang bisa ia lakukan untuk membantu rencana Lidya berjalan lancar. Dengan berbisik-bisik Lidya mengatakan kalau Shere harus mengambil alat penyekapan didekat wastafel itu dan Lidya sendiri akan mengalihkan perhatian Calum. "Siap?" tanya Lidya. Shere pun mengangguk.

"Um... Luke?" panggil Lidya.

Om Calum yang di rasuki oleh arwah bernama Luke itu menatap Lidya dengan wajah datar, seolah nggak peduli atas apapun yang akan Lidya katakan. Namun Lidya tetap melanjutkan kalimatnya.

"Gimana kalau kita ke depan dan ngobrol sedikit tentang... tentang gimana kamu bisa masuk ke, umm, tubuh Calum?" pinta Lidya dengan hati-hati, takut jika ia salah satu kata saja arwah Luke itu akan marah dan berbuat sesuatu diluar kendali.

Karena belakangan ini Lidya perhatikan Calum memang sedikit pemarah, dan sekarang dia tahu kalau Calum bukanlah Calum. Calum biasanya bukanlah tipe yang pemarah, arwah yang memasuki tubuh Calum mungkin iya.

Untuk sesaat Lidya berpikir kalau dia akan menolak, namun nyatanya dia hanya mengangkat bahu lalu melangkah pergi meninggalkan dapur. Lidya dan roh Calum saling menatap, tak percaya kalau rencana asal mereka bisa berjalan semulus ini.

Roh Calum mengangguk saat Lidya berjalan menyusul orang itu - yang berwujud Calum namun tengah di rasuki oleh arwah Luke. Lidya juga nggak lupa memberi Shere kode untuk segera memulai bagiannya.

Shere nggak tahan untuk nggak memutar mata sekarang. Dia masih kesal karena masih belum bisa melihat arwah Om Calum, namun begitu Shere tetap mengangguk pada Lidya.

Saat tubuh Lidya dan Om Calum hampir meninggalkan dapur Shere berjalan cepat namun tanpa menimbulkan suara ke arah wastafel dimana peralatan penyekapan di letakkan. Lidya melirik Shere yang sudah siap sedia di tempat, lalu dia bergerak cepat dengan melakukan trik karate melumpuhkan musuh dari belakang.

Lidya menendang belakang lutut Calum hingga pria itu hampir jatuh lalu memiting tangan berotot dan bertatonya. Calum sempat melawan dan berhasil lepas dari cengkraman tangan Lidya.

Dia menatap Lidya dengan senyum miring merendahkan. "Mau melakukan pembalasan, ya?"

Lidya diam sambil mencari-cari cara bagaimana untuk melakukan rencana B karena yang pertama sudah jelas gagal. Sebenarnya Lidya tidak memilki rencana B, tapi dia bisa membuatnya sekarang.

"Om Calum bantuin dia dong!" Shere berteriak pada udara kosong didekat kulkas. Meskipun Shere nggak bisa lihat arwah Om Calum, Shere tahu dia masih disana.

Arwah Om Calum yang sedang bengong pun langsung tersadar. Namun dia pun nggak tahu harus bagaimana membantu Lidya, secara dia kan hantu, jelas-jelas yang bisa membantu Lidya adalah Shere. Tapi Shere tampak nggak tahu harus berbuat apa.

Lidya menatap Shere meminta bantuan, tapi Shere gemetaran dan sama sekali nggak bisa berpikir. Otaknya seolah tiba-tiba beku. Sedangkan Calum terus berjalan mendekat pada Lidya, dan tangannya langsung mencengkram rahang Lidya dengan kuat.

Lidya meringis sakit saat tangan Calum yang besar sedikit mengangkatnya dari lantai hingga sekarang Lidya harus berjinjit. Mata cokelat Calum berkilat marah, dan urat-urat di pelipisnya terlihat sangat jelas.

"Kamu sama dia," dia menunjuk Shere. "Bakal berakhir seperti dua bocah ingusan yang sok berani itu dibawah tanah. Jasad kalian bakal membusuk disana tanpa pernah ada yang tahu, dan saya bakal hidup dengan tenang walaupun dengan tubuh orang payah macem Ca-"

Tiba-tiba tubuh Calum jatuh ke lantai di susul suara gedebug keras. Dibelakang tubuh Calum ternyata ada Shere dengan wajan besar dan tampak berat di tangannya. Wajah Shere pun masih tampak kaget atas apa yang baru saja dia lakukan. Lidya memaksakan sebuah senyuman walaupun rahangnya masih sakit.

"Dia... nggak mati 'kan?" tanya Shere sambil memeluk wajan di tangannya. Lidya berlutut disebelah tubuh Calum lalu coba merasakan nadi di lehernya. Berdetak. Lidya mengangguk pada Shere lalu bangkit.

"Kita harus cari temen-temen kamu sekarang," kata Lidya.

Shere mengangguk lalu menjatuhkan wajan itu di tangannya tepat diatas wajah Calum yang sedang nggak sadarkan diri. Shere pikir, apa salahnya kan menambahkan rasa sakit pada orang yang sudah menimbulkan banyak masalah.

Lidya berlari kearah arwah Calum lalu memintanya menunjukkan dimana tempat Keke dan Ayu di sekap. Arwa Calum memberitahu Lidya kalau dibawah kulkas ada pintu rahasia menuju ruang bawah tanah.

"Kok aku nggak tahu sih? Kan seminggu ini aku beresin seluruh rumah!" Lidya kesal, entah pada siapa, kemungkinan sih pada dirinya sendiri.

"Aku juga nggak tahu, orang aku baru dua hari disini udah kesurupan. Mana kepikiran buat explore rumah. Si Luke tuh yang nemu!" arwah Calum menunjuk tubuhnya sendiri yang sedang pingsan.

Sebenarnya arwah Calum agak aneh berbicara seperti itu. Dia masih nggak percaya kalau dia sekarang adalah tak lebih dari sesosok makhluk halus. Tubuh aslinya sudah di rampas, dan Calum nggak tahu apakah dia bisa menjadi manusia lagi setelah ini.

Lidya dan Shere mendorong ke samping kulkas besar yang menutupi sebuah pintu jebakan menuju ke ruang bawah tanah bersama-sama. Cukup sulit juga ternyata, andaikan Calum adalah manusia dia akan bisa membantu sekarang.

Tapi kalau Calum masih menjadi manusia mereka mungkin nggak akan menemukan pintu jebakan ini. Mereka nggak akan ada dalam situasi ini. Mereka nggak akan berusaha menyelamatkan Keke dan Ayu. Keke nggak akan keracunan. Dan mungkin sekarang Calum masih memberi les untuk membantu Ujian Nasional ketiga anak itu.

Saat kulkas akhirnya sudah tergeser, dan akses ke pintu jebakan sudah bebas, mereka berdua - ditambah arwah Calum - langsung masuk ke ruang bawah tanah itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Om CalumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang