two

22 20 6
                                    

"Aku mampu melepaskanmu, tapi aku tidak akan pernah mampu berhenti mencintaimu"

"Drrrttttt drrrttt...." aku sedikit terkejut karena hpku tiba-tiba bergetar. Aku segera mengangkatnya. Terpampang dilayar nama sahabatku Jessica.
"Yeoboseyo?" suara Jessica terdengar sedikit bergetar, ya aku tau kenapa dia seperti ini. Aku yakin dia teramat sangat khawatir karena hingga malam seperti ini aku belum pulang.
"Ne?" jawabku lemas.
"Lo kemana sih? Bisa gak kalo keluar kasih tau dulu? Gak biasanya lo kek gini, kalo mau kemana-mana pasti ngabarin gue" sudah gue duga dia pasti menyemprot gue habis-habisan. Tapi gue bener-bener pengen sendiri untuk saat ini.
"Sorry jes, gue lagi pengen sendiri please ngertiin. Nanti bakal gue ceritain." aku mencoba memberi dia pengertian walaupun pada akhirnya dia tetap bertanya-tanya dengan sikapku sekarang.
"Oke gue ngerti hati-hati ya" sahutnya sebelum ia menutup telpon.
         
          Hembusan angin malam yang semakin lama membuat udara semakin dingin tak mampu menyembuhkan lukaku. Aku tidak tau mengapa aku sangat terluka ketika melihatnya. Masih teringat dengan jelas dia menggandeng seorang perempuan yang sangat cantik dihadapanku. Dia menyatakan perasaannya kepada perempuan itu tepat ditengah lapangan. Aku tidak akan pernah melupakan kejadian. Air mataku terus menetes ketika mengingat hal itu.
"Tuhan mengapa Engkau pertemukan kita disini? Mengapa sampai saat ini perasaanku tidak berubah? Tuhan apakah aku salah mencintainya? Jika salah bisakah Kau beri aku petunjuk untuk melupakannya? Bertemu lagi dengannya sama saja membuka luka lama tapi aku tidak bisa berbohong bahwa aku sangat merindukannya hiks hiks..." aku menggerutu ditengah isakan tangisku yang mungkin saja membuatku menjadi pusat perhatian di sungai han ini. Aku merasakan pundakku sedikit hangat ku coba menoleh dan ternyata ada sebuah jaket yang sengaja dipakaikan pada pundakku. Aku tidak menjumpai siapapun dibelakangku. Namun tiba-tiba dia muncul lagi dihadapanku dengan membawa dua gelas kopi panas.
"Ini kopinya" dia memberiku segelas kopi namun aku enggan untuk mengambilnya.
"Udah ini gak usah malu-malu" dia meraih tanganku dan memaksaku untuk menerima kopi darinya.
"Ya Tuhan cobaan apalagi" ucapku dalam hati.
"Stef gue perhatiin dari tadi lo duduk disini. Tadinya gue kira lo udah pulang ternyata lo masih disini" entahlah aku tidak tau harus bagaimana lagi. Haruskah aku senang karena dia memperhatikanku kali ini ataukah aku harus sedih karena melihatnya sama saja membuka luka lama.
"Gue boleh duduk gak disamping lo?" aku hanya mengangguk sebagai isyarat untuk mengiyakan. Hanya dalam beberapa detik aku sudah bisa merasakan pundakku dan pundaknya saling bersentuhan. Aku masih saja menutup mulutku rapat-rapat tapi air mataku tetap saja tidak bisa di kontrol. Air mataku menetes terus menerus, mungkin ini adalah respon tubuhku ketika melihatnya. Aku segera menghapus air mataku agar Samuel tidak melihatnya.
"Emmm Stef gak enak nih kalo kita diem-dieman" tiba-tiba saja dia menggenggam tanganku karena terkejut aku langsung menarik tanganku.
"Apaan sih Sam gak usah pegang-pegang" aku juga tidak menduga bahwa responku akan se kaku ini. Terdengar suara Samuel yang tertawa terbahak-bahak.
"Nah gini dong ngomong kek dari tadi mulut lo ketutup rapat kek abis di jahit hahaha" tanpa kusadari bibirku mulai mengukir senyum. Aku menguatkan diriku untuk menjawab dan bertanya apapun kepada Samuel karena ini adalah kesempatan emas. Yap benar aku tidak boleh larut dalam sakit hati yang sudah lama ku pendam.
"Sorry ya. Kok lo bisa tau gue disini?" tanyaku dengan suara yang sangat pelan.
"Apartemen gue didaerah sini. Jadi disini gue tinggal di apartemen milik perusahaan. Terus waktu pulang gue lihat lo disini dengan baju yang sama ketika kita tabrakan tadi" dia tersenyum menatapku.
"Oh Tuhan kenapa senyumnya masih saja membuat jantungku berdegup kencang" aku membalasnya dengan senyuman.
"Stef, gue tau lo ada something yang mungkin lo gak bakal ceritaiin ke gue. Kalo itu masalah cinta, Tuhan akan memberikan setiap apa yang telah lo korbanin buat seseorang yang lo sayang. Mungkin saja Tuhan tidak menjodohkanmu dengan orang itu sekarang tapi kelak Tuhan aku menjodohkanmu dengan orang itu di surga. Percaya deh" sekali lagi dia tersenyum manis sambil menatap mataku.
Tapi apa yang dia ucapakan tadi seakan menamparku agar aku tersadar bahwa dia tidak akan pernah sedikitpun mencintaiku. Aku tersenyum kecup menatapnya.
"Thanks Sam, sekarang lo balik ke apartemen dan ini jaket lo. Gue mau pulang. Kalo butuh tour guide telpon gue aja" akupun berdiri dan melepaskan jaket milik Sam lalu mengembalikannya.
"Oke deh gak mau gue antar? udah malem Stef takut ada apa-apa" aku tersenyum kecut dan menggelengkan kepala yang menandakan aku menolak ajakannya.
        Setelah meninggalkan Samuel aku segera pulang karena sudah sangat larut. Entah apa yang membuatku berfikiran untuk mengakhiri semua ini. Aku lelah. Untuk pertama kalinya dia memperhatikanku tapi untuk pertama kalinya juga dia mengatakan padaku secara tidak langsung bahwa aku tidak akan pernah berjodoh dengannya di dunia ini.

Halooo maaf ya baru bisa posting sekarang hehe jujur dari tadi gak dapat inspirasi :( maafkan jika ceritanya sedikit gak jelas :(....
Jangan lupa vote dan comment yaaa ♥♥♥ aku tunggu kritik dan saran dari kalian yaa ♥

Day Without UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang