Author's Pov
Ara mengerjapkan kedua matanya berkali-kali. Hingga sekarang ia dapat melihat sebuah cahaya terang membuat matanya menyipit kembali. Ia melihat sekitar, terdapat dinding putih, sebuah sofa, sebuah single bed, kulkas, dispenser, dan yang terakhir ia lihat adalah sebuah infus yang terhubung dengan sebuah jarum melekat di tangannya.
"Engggh" Ara mencoba duduk dari posisi tidurnya.
Bima yang baru saja membuka pintu, langsung membulatkan matanya saat melihat Ara mencoba untuk duduk. Tanpa basa-basi iapun langsung berlari dan meletakkan plastic berisi makanan ringan dilantai.
"Jangan duduk dulu, Ara" ucap Bima dengan lembutnya.
"Mas Bima." Panggil Ara sambil menidurkan kembali tubuhnya yang masih lemah.
"Kenapa Ara bisa disini, mas?" tanya Ara dengan dahi berkerut.
"Ara pingsan karena om Joni, tante Elly, Tere dan Leo nyiksa kamu."
Ucapan Bima membuat Ara membungkam. Ia terkejut, rahasia yang selama ini ia sembunyikan dari sepupu kesayangannya harus terbongkar. Hal ini menandakn sesuatu yang tak baik sedang terjadi.
"Kenapa gamau cerita ke mas aja sih, Ra? Kamu tuh disiksa, Ra. Bukan main-main lagi nyiksanya." Ucap Bima menahan amarah yang sedang mencoba menggerogoti dirinya.
"Maaf, mas." Ucap Ara sambil menunduk.
"Bukan salah Ara. Jangan minta maaf ya Ara. Mas Bima Cuma gasuka ada yang nyakitin Ara."
Ara mulai meneteskan air matanya. Bima langsung merengkuh Ara dalam pelukannya dan mengelus-elus punggung sepupunya.
"Sejak kapan mereka gituin kamu Ara? Jawab jujur ke Mas Bima. Jangan ada lagi yang kamu sembunyiin." Tanya Bima dengan posisi masih memeluk Ara.
Ara diam. Ia tak tau harus berkata jujur atau tidak. Sungguh ia ingin menceritakan semua keluh kesah yang selama ini ia rasakan pada Bima. Namun, ia terlalu takut. Takut jika Bima berbuat sesuatu diluar dugaan Ara.
Melihat kebungkaman sepupunya, Bima langsung menjauhkan tubuhnya dari pelukan Ara. Kemudian ia menatap kedua mata Ara dengan dalam.
"Jangan pernah raguin mas, Ra. Mas gamungkin bocorin semuanya."
Ara meneteskan airmatanya kembali saat mendengar ucapan sepupunya itu. Ara menggelengkan kepalanya sehingga membuat Bima menghela nafas panjang.
"Mas Bima gaakan nyakitin mereka, Ra. Selama masih ada batasnya. Mas akan jaga sikap."
Ucapan Bima mampu membuat Ara langsung menatap kedua bola mata Bima. Ia mencari kejujuran dari kedua bola mata Bima. Yang ia temukan tentu saja kejujuran, karena selama ini Bima tak pernah berbohong sedikitpun padanya.
Ara menghela nafas panjang lalu menundukkan kepalanya.
"Sejak dulu, mas"
"Sejak dulu, Ra?" tanya Bima dengan nada tinggi.
Ara hanya mengangguk.
"Kenapa-" ucapan Bima terpotong ketika ada seseorang tiba-tiba masuk.
Orang yang masuk kedalam kamar rawat Ara adalah Elly. Dengan wajah paniknya ia berlari ke arah Ara yang sedang berada dipelukan Bima.
"Astaga Ara. Kamu gapapa kan , nak?" ucap Elly dengan nada panik. Ia memegang wajah Ara seakan-akan mecari sebuah kekurangan disana.
Ara hanya menatapnya dengan tatapan tak mengerti. Ia mengangguk menjadi jawaban atas pertanyaan mamanya. Kemudian ia mendengar helaan panjang sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Letter From Ara [Tersedia Di Play Store]
Roman pour Adolescents📣TERSEDIA DI PLAYSTORE📣 〰Beberapa part sudah di hapus〰 ⛔FOLLOW BEFORE READ⛔ [©First Series of Family's Story©] Jika semua manusia ingin hidup bahagia, begitu pula dengan wanita yang satu ini. Ara. Bagaimana ia melewati setiap permasalahan yang ada...