•Sebelumnya untuk dipart ini sampai selanjutanya gak bakalan ada flashbackan lagi ya, kecuali bener bener dibutuhin, hehe:)
•Btw, disini konflik ya.{***}
"Terus aku ini kamu anggap apa? Buat nambahin mantan doang gitu? Makasih banget lho," -Theo
{***}
"Mon, berangkat gak? Kalo iya, gue anterin," tanya Sello dari luar kamar Monic. Monic yang sedang bergelung dibawah selimutnya pun hanya bisa menggeram tertahan.
"Engh, apaan, sih? Jam berapa emang sekarang?" Monic balik bertanya dengan suara serak khas baru bangun tidur.
"Jam tujuh lewat sepuluh," jawab Sello dengan santai.
Monic memekik, "SERIUS LO? ASTAGA, GUE ADA KELAS DOSEN KILLER PAGI INI! KENAPA GAK BANGUNIN GUE DARI PAGI, SIH?!"
Monic segera berlari kearah kamar mandi dengan terburu-buru. Sungguh sial, menurut Monic. Inilah yang Monic tidak suka kalau Sello satu rumah dengannya.
Sello itu selalu membangunkan Monic diwaktu yang siang. Padahal kalau Monic yang membangunkan Sello, selalu pagi hari. Contohnya waktu itu, Sello meminta tolong dibangunkan pada pagi hari, dan Monic membangunkan Sello pada pukul empat pagi.
"JANGAN LAMA-LAMA LO DIKAMAR MANDI!" perintah Sello yang langsung bergegas kelantai bawah dan menyiapkan sarapan untuk Monic.
"Berisik lo," gumam Monic yang sedang membasuh badannya dikamar mandi.
Tidak membutuhkan waktu lama, Monic sudah selesai mandi. Kira-kira sekitar sepuluh menit. Dan sekarang Monic sudah siap untuk pergi kuliah. Monic berjalan kearah meja belajarnya dan membawa buku yang sekiranya akan dibutuhkan saat kuliah nanti.
"Eh tapi kok gue punya feeling gak enak ya?" Monic memegangi dadanya sendiri dan merasakan jantungnya yang berdegub dengan kencang.
"Lah bodo, yang penting gue harus kuliah. Killer anjir," tepis Monic dan segera pergi keluar dari kamarnya.
Monic berjalan kearah meja makan dan melihat nasi goreng buatan Sello yang sudah mejeng dengan rapih di meja makan. Dengan cepat, Monic menarik bangku dan menyantap nasi goreng tersebut.
Baru satu suapan, Monic sudah menghabiskan minuman yang Sello sediakan. Sello mengernyit heran, "Kenapa lo?"
"Lo mau kawin? Ini asin banget, kak," sindir Monic yang segera menyeka air dimulutnya dengan kasar.
Jadi ini firasat gue yang gak enak. Emang bener-bener 'gak enak', batin Monic.
"Hah, masa? Boong lo ya? Tadi gue cobain gak asin," elak Sello. Monic memutar kedua matanya malas.
"Lidah lo keseleo, kali. Udah gue sarapan dikampus aja, buruan gue udah telat ini," suruh Monic yang sudah berjalan cepat kearah mobil Sello.
"Untung adek ya, kalo bukan udah gue giling kali," gumam Sello dengan senyum jahatnya. Sello segera mengikuti langkah Monic.
Didalam mobil, Monic dan Sello bercanda dan sesekali bertengkar. Namun, selanjutnya mereka akan berbaikan lagi. Ya gitulah, meskipun kedua orang tua mereka sibuk, setidaknya mereka tidak sedih.
Tidak terasa mobil Sello telah sampai di pelataran kampus Monic. Monci segera turun dari mobil. Sebelum itu, Monic berpamitan kepada Sello dengan cara mencium pipi kiri Sello dengan cepat dan segera keluar dari mobil.
"Kalo udah pulang, bilang gue ya," ujar Sello. Monic mengangguk singkat. Setelah itu Sello segera menyingkir dari sana.
Monic berjalan dikoridor kampusnya dengan tenang. Sebenarnya jadwal masuk kelasnya pada pukul sembilan, namun Monic ingin mengembalikan buku ke perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monic & Memories✔
Teen Fiction"And then, a happily ever after that just a bullshit." Start; 5 Desember 2016 End; 14 Juli 2017 [Baca aja, siapa tau suka]