Chapter 7

60 15 3
                                    

"Larva"

Raihan

Hari sabtu, bagi gue hari yang paling banyak masalah. Soalnya temen-temen gue itu pasti bakal main kesini dan ngacak-ngacak seluruh rumah kan bengke.

Drtttt

Ada notif dari Group, siapa lagi yang chat gue pagi-pagi gini kalau bukan mereka.

Zidan Siregar : Han, main yuk!!

Raka Dwiarta : Iya main yuk!!

Raihan Akbar : Main kemana?

Zidan Siregar : Ke hatimu

Raka Dwiarta : acieciecie kalian begitu cocwitt.

Raihan Akbar : Idih ya gak muat lah pea!

Raihan Akbar : Gue sama dia sweet ? Amit-amit dah.

Zidan Siregar : Abang jhat yah sma eyke

Raka Dwiarta : Gue udah cus otw...

Raihan Akbar : Mau Kmna?

Raka Dwiarta : Mau ke rumah lo lah siapa lagi?

Raihan Akbar : Sudah kuduga.

Di depan gue denger ada klakson mobil, pasti Raka. Ck, untung dirumah gue cuma sendirian jadi gak takut bokap sama nyokap ngomel, karena mereka sibuk mencari uang, kata mereka sih biar kita hidup bahagia. Lah sekarang gue mikir kalau mereka sibuk nyari uang kapan kita bahagia nya?

"Woiii." Suara Raka ngegetin gue yang lagi ngelamun.

Gue liat dia, Raka dengan gamblang nya masuk ke area dapur gue, ngebuka lemari makanan. Kulkas maksudnya, Raka emang suka makan tapi dia gak suka makan temen kok, ok sip.

"Lo tau gak kenapa gue suka main ke rumah lo han?" Tanya dia sambil berjalan ke sofa untuk duduk, ditangan nya di penuhi berbagai makanan cepat saji dan minuman.

"Gak tau," gue jawab ketus.

Raka duduk samping gue dan membuka satu minuman untuk dia minum.

"Karena rumah lo itu banyak makanan nya HaHa" Ucap nya sambil ketawa ngakak luar biasa gue yang ngeliatin pingin nyekik lehernya.

Gue cuma ngangguk males dan ketawa pura-pura, untuk menghargai lawakan jayus nya.

"Zidan belum dateng-dateng ya han?" Tanya Raka dengan mulut dipenuhi makanan.

"Semoga gak jadi kesini," gue bergumam kecil banget tapi si setan Raka itu bisa denger. Dasar Raka makhluk peka terhadap rangsang.

"Gue denger loh han,"

Gue cuma acuh, menaikan bahu gue. Kalo ngomong sama dengan "Bodo".

"Aa ehan cayang jahanam yah ama kita berdua cyin." Tiba-tiba suara Raka dateng menimpali obrolan yang tidak berfaedah ini.

"Najis."

"Aa ehan tega sama eyke?"

"Jijik."

"Kalo jijik cuci tangan sana!" Sepertinya Raka sudah lelah.

Gue cuma ngebales tangan gue berbentuk huruf O. Fix Raka gak bacot lagi dan yass gue menang akhirnya makhluk satu ini gak bacot lagi.

"Kalian udah kenyang makan?" Tanya gue kemudian setelah beberapa menit berlalu.

Zidan dan Raka dengan kompak menggelengkan kepala bersama.

"Kalau masih kurang abisin sana di kulkas makanan masih banyak," ucap gue males

Mereka berdua seketika tersenyum girang, udah bangun dari duduk nya mau pergi.

"Tapi abis itu kalian pergi dari rumah gue," lanjut gue dengan suara seperti mengancam. Tapi Zidan sama Raka yang tadi mau jalan ke area dapur lagi sekarang mereka berdua duduk lagi. Gue menang kali ini.

"Yah gak asik ah," mereka berdua berucap bersama-sama seperti orang kembar.

"Lagian lo berdua main kesini cuma buat ngabisin makanan gue aja, lo berdua kira rumah gue supermarket apa? Lah mending abis makan bayar? Lah ini?" Cerocos gue panjang lebar.

Mereka berdua menduduk merasa bersalah dam bersma-sama berucap "Maaf han,"

"Anak-anak gimana?" Tanya gue berusaha mencairkan suasana yang udah beku kaya es.

"Mereke baik-baik aja kok, wajah mereka udah mulai berubah," ucap Raka.

"Berubah?" Gue tanya balik, karena gak mudeng apa yang diomongin Raka.

"Maksudnya mereka semua udah sering senyum."

"Oh." Ucap gue sambil me- nganggukan kepala gue.

"Taruhan nya gimana? Nyangkol belum tuh?" Zidan berucap sambil meminum milik Raka.

"Eh bengke kalau aus ambil sendiri sana!" Ucap Raka sambil menoyor kepala Zidan.

"Anjer, kalau boleh gue ambil juga udah gue ambil," balas Zidan.

"STOP!, Larva merah sama Larva kuning jangan berantem lagi. Aus ambil sana."

Krik! Krik!

Zidan sama Raka tatap-tatapan kaya orang lagi kasmaran.

"Alhamdulillah." Ucap mereka berdua dengan serempak.

***

Aku butuh kepastian!! Kepastian kalian hehehe! Kira-kira Raihan ada rasa gak yah?

HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang