Chapter 4 - Menyebrangi Lautan

691 87 1
                                    

Pelabuhan ramai saat itu. Burung camar beterbangan. Para awak kapal mengangkut kargo-kargo para penumpang. Raven dan rombongannya meninggalkan penginapan yang mereka singgahi dan bersiap untuk pergi. Sesekali mereka melihat-lihat pemandangan pelabuhan. "Yang mana kapal Red Lion?" tanya Naldin.

"Kurasa yang itu." Endar menunjuk sebuah kapal besar dengan bendera bergambar singa merah besar yang berkibar ditiup angin. "Tunggu apa lagi? Ayo ke sana." Endar berjalan lebih dulu bersama Raven.

"Ayo, Lyon," kata Arisu yang berjalan terakhir.

Kata-kata Arisu membuyarkan amunan Lyon. Ia lalu menganggukkan kepala dan berjalan mengikuti Arisu. Dari kejauhan, Heldric melambaikan tangan kepada mereka. "Silakan naik. Kami akan berangkat," ucapnya.

Setelah ditunjukkan kamarnya masing-masing, Lyon berjalan ke geladak kapal. Angin laut terasa sangat sejuk. Kapal pun mulai bergerak menjauhi pelabuhan. Lyon menatap lautan dengan takjub. "Hebat sekali," ucapnya kagum.

"Aku juga belum pernah naik kapal." Endar tiba-tiba berdiri di sampingnya, diikuti Arisu dan Naldin. "Bagaimana perasaanmu, Lyon?"

"Aku senang sekali!" Lyon mengangkat kedua tangannya.

"Kau seperti anak kecil saja." Naldin terkekeh. "Namanya Laut Berkabut—tapi aku tidak melihat ada kabut," lanjutnya.

Arisu merapikan rambut biru keperakannya yang berantakan karena tertiup angin. "Cuacanya cerah. Kurasa kita tidak akan menemui hambatan sekarang," gumamnya.

Burung-burung camar terbang mengiringi kapal mereka. Suara ombak yang berdesir karena bergesekan dengan kapal dapat terdengar. Mereka melewati pulau-pulau kecil tak berpenghuni. Sesekali beberapa ekor lumba-lumba melompat ke permukaan laut, seakan-akan mengiringi kapal mereka. Sejauh ini mereka tidak bertemu dengan hambatan yang berarti.

***

Malam pun tiba. Mereka sudah berlayar cukup jauh—dan kini suasana laut menjadi lebih mencekam. Seperti namanya, Laut Berkabut dikelilingi oleh kabut di malam hari. Raven memandang dari geladak, bersama Heldric di sampingnya.

"Berapa lama lagi kita akan sampai?" tanya Raven.

"Kurasa sekitar dua atau tiga hari lagi. Jika tidak ada hambatan, kita bisa sampai dalam kurun waktu itu," balas Heldric.

Ia melirik ke sekeliling dengan waspada. Raven yang menyadari tingkah laku aneh Heldric pun bertanya, "Ada apa?"

"Perasaanku tidak enak," balas Heldric, "bisa kau awasi dulu kapalnya? Aku mau ke dalam sebentar—oh, dan siapkan senjatamu, Raven." Ia kemudian berjalan masuk ke dalam kabin kapten.

Raven melihat ke sekeliling, menatap awak kapal yang sedang sekedar berjalan-jalan atau berdiri di geladak. Ia menggenggam tongkat di tangan kiri dan menggenggam gagang pedangnya di tangan kanan, bersiap-siap untuk menariknya kalau-kalau diperlukan.

Kabut semakin tebal. Lyon tiba-tiba terbangun—sebuah perasaan aneh terasa menggelitik tengkuknya, membuatnya berjalan naik ke geladak kapal. Endar yang ternyata sedaritadi belum tidur menyadari Lyon yang tiba-tiba berjalan keluar dari kamar, lalu ia membangunkan Naldin dan mereka berdua mengikuti Lyon.

Lyon sampai di geladak, menatap awak-awak kapal yang sedang berjalan ke sana kemari. Salah satu dari awak kapal yang masih seumuran Lyon, Soren, menghampirinya. "Apakah kau tidak bisa tidur, Tuan Dragonslayer?" tanyanya.

"Ah—panggil saja aku Lyon," balas Lyon sambil tersenyum. "Yah, kurasa begitu... tiba-tiba aku terbangun, jadi kuputuskan untuk ke sini." Tiba-tiba suatu hawa aneh terasa mengerubungi Lyon. Ia mengusap tengkuknya, selagi keringat dingin mengalir dari dahi.

Tale of Distant Land - Land of the Fairies [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang