02*

109 11 0
                                    

Setelah pertemuan Inara dengan Kelvin seminggu yang lalu cewek itu sekarang bertambah energic. Keke yang daritadi sibuk membaca novel pun hanya bisa mendengus.

"Sudah, Na, sudah" tutur Keke tanpa mengalihkan pandangannya dari buku novel dengan tema percintaan remaja tersebut.

Inara tidak bergeming, cewek itu malah semakin asyik tertawa sambil melakukan komunikasi via video call dengan Kelvin.

Keke pun lama lama jengah, ia lalu menarik headset dan ponsel Inara dengan paksa. Ekspresi Keke pun dibuat kesal saat melihat wajah polos tanpa dosa milik Kelvin.

"Berenti ya Vin, Inara udah gila nambah gila tau!" tukasnya sambil menatap layar ponsel Inara.

Kelvin yang berada diujung sana hanya terkekeh pelan,"Bukannya dia emang udah gila ya, dari dulu?" sulut Kelvin bercanda.

Tawa Keke perlahan pecah, sumpah tuh anak bener banget. Inara kan emang udah gila dari dulu.

"Ya udah Vin, udah ya gua matiin. Gua gak mau si Nara dikatain rada sableng sama temen temen sekelas gua" ucap Keke mengakhiri aksi video call antara dirinya dengan Kelvin.

Inara mendengus, tangannya kini ia lipat ke dada. Cewek dengan balutan seragam putih abu abu itu mencebik kesal.

"Astaga.." teriak Meral dari barisan ujung.

Biasa, biang gosip kelas XI MIPA 2 kan selalu berada di barisan paling ujung. Dengan, pelopor Meral and the geng.

Suara memuja dan histeris semakin membesar dari arah ujung barisan. Tempat para biang gosip saling melempar informasi terbaru tentang sekolah tercinta.

"Gila! Ganteng banget. Gua harap dia masuk kelas kita" tutur Bella lebay dengan tatapan penuh mohon.

Meral, Iclal, dan Renata pun mengangguk setuju. Sementara, Inara yang kelihatan kepo langsung bangkit dan menuju ke kerumunan para biang gosip.

"Apaan dah?" tanya Inara penasaran. Cewek itu kini menarik bangku dan ikut bergabung bersama Meral and the geng.

"Gila, Na, Gila! Lo pasti bakalan suka dah" ucap Meral menggebu gebu.

"Apaan emang?" tanya Inara yang kini mulai menopang dagunya dengan tangan.

"Senin besok bakalan ada murid baru" teriak Iclal histeris disusul keempat sahabatnya.

Inara hanya mengganguk. Dikira apaan ternyata cuma murid baru. Emang stok cogan SMA Angkasa udah pada abis apa? Kayak orang gak pernah liat cogan aja.

"Nah malah pergi tuh anak" tutur Renata kala melihat Inara bangkit dan kembali menuju ke kursinya semula.

"Ganteng lho Na, Ganteng" teriak Renata.

Inara hanya mengedikkan bahunya tidak peduli. Toh, mau ganteng juga tuh anak gak bakal mau sama Inara. Cukup sudah, Inara berkhayal terlalu tinggi.

"Lebih ganteng dari Aidan!" teriak Meral.

Inaya langsung berbalik menatap Meral dan keempat temannya. Sekilas ia terlihat tersenyum lalu menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi.

Gue tetep milih Aidan, batin Inara.

***

Bel bubaran sekolah telah berbunyi. Namun, Keke alias Keira masih saja berkutat pada tugas OSIS nya. Membuat Inara mau tidak mau pulang seorang diri.

Cewek dengan tas yang disampir ke punggungnya itu berjalan dengan malas. Matahari sudah berada di puncak kepala, dan ia harus segera pulang. Karena Miranda-- Mamanya-- akan pergi ke Bandara.

Inara akhirnya menunggu bus di halte seorang diri. Jangan ditanyakan kenapa seorang diri. Karena, anak anak SMA Angkasa kebanyakan membawa kendaraan sendiri tak jauh jauh dari mobil atau motor.

Inara bukannya tidak punya teman. Tapi, kebanyakan teman teman Inara pulang ke arah yang berbeda dengannya. Jadi, kesempatan itu menebeng itu adalah satu berbanding empat.

Inara menggerutu, sejak tadi bus yang hendak ia naiki selalu penuh. Alhasil Inara harus duduk di halte selama dua puluh menit.

Drrtt..

Ponsel Inara berbunyi, dengan cepat Inara langsung mengambil ponsel yang berada di dalam saku bajunya.

"Halo"

"....."

"Gila lu"

"...."

"Eh" Inara menjauhkan ponselnya dari telinga sambil mendengus.

Tepat setelah tiga menit si penelepon mematikan sambungan. Sebuah mobil CRV hitam terparkir jelas didepan halte.

Inara sedikit bingung menatap mobil tersebut. Hingga, si pengendara menurunkan kaca mobil dan menampilkan pengendara.

"Masuk gih" ucap Kelvin ramah.

Tanpa pikir panjang Inara pun langsung memasuki mobil Kelvin. Hawa dingin dari AC mobil langsung menyergapnya. Memberikan efek menenangkan sehabis berpanas panasan.

"Ngapain lu jemput gua?" selidik Inara.

Kelvin hanya terkekeh, tangan kirinya lalu bergerak mengusap puncak kepala Inara. Hal kecil yang selalu Kelvin lakukan kepada Inara dan Keke.

"Nyokap lo tadi nelfon gue. Katanya dia mau nganter bokap lo ke bandara, kalo nunggu lo balik entar lama, jadi katanya gua disuruh jemput lo buat ngasih kunci rumah" jelas Kelvin panjang lebar yang hanya diberi anggukan oleh Inara.

"Lo gak nyulik gua kan?" tanya Inara masih penuh selidik.

Kelvin mendengus lagian ngapain coba nyulik temen sendiri, gak ada faedahnya. Dapet duit kagak dosa iya.

"Pikiran lu nethink mulu dah" tutur Kelvin yang masih sibuk menyetir.

Inara hanya terkekeh pelan. Lagian, bagus sih si Kelvin jemput hemat ongkos dan hemat tenaga.

***

Pukuk tujuh malam Inara baru sampai dirumah. Cewek yang masih berbalut seragam putih abu abu itu perlahan melangkahkan memasuki rumah.

Dengan perlahan Inara membuka kenop pintu, berusah agar Miranda tidak mendengarnya.

"Baru pulang dek?" tanya Miranda yang kini tengah menyesap teh hangat sambil duduk di atas sofa.

Inara mengganguk, lalu berjalan mendekati Miranda dan menyaliminya.

"Mama kira kamu bakal pulang cepet. Jadi, mama ngasih kunci rumah ke Kelvin. Eh, gak taunya malah pacaran" goda Miranda pada kalimat terakhir.

Inara cemberut. Bibirnya kini ia majukan sesenti, sambil mengerutkan alisnya.

"Mama ih!" ucap Inara sebal.

Miranda hanya terkekeh,"Ya udah gih, ganti baju, terus makan, mama bawain sapi lada hitam kesukaan kamu tuh" tutur Miranda.

Senyum Inara mengembang. Cewek itu langsung mengecup pipi Miranda dan melenggang memasuki dapur.

"Ganti baju dulu, Nak"

"Laper ma"

"Gak dikasih makan sama Kelvin apa?"

"Dikasih tapi, cuma sedikit. Kelvin pelit. Mama kasih tau ke Tante Rena aja" teriak Inara dari dalam.

Miranda hanya terkekeh, dasar Inara. Giliran urusan makan cepat.

***

AIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang