Ini kali pertama Riska mengikuti acara kepanitian seperti sekarang ini. Bertugas sebagai sekretaris jelas bukan kemampuannya--Riska bahkan sangsi kalau sebenarnya ia punya kemampuan selain tidur layaknya koala di atas kasur dan melakukan movie marathon semalam suntuk. Jadi begitu Riska mendengar pengarahan dari sang ketua, banyak yang Riska ingin tanyakan, namun ia malu sendiri. Kenapa juga sistem pemilihan acara ini diacak? Dan siapa juga orang yang dengan tega memasukan nama lengkapnya ke dalam kotak undian? Benar-benar bad luck.
"Disini ada anak yang kuliah-pulang ngga setiap hari?" Cowok dengan jas kuning yang notabenenya adalah ketua itu bertanya dengan lantang. Ketara sekali bahwa menjadi ketua adalah makanan sehari-hari dan sudah pasti public speaking tidak ada apa-apanya dengan dia. Berbanding terbalik dengan Riska yang semenit sebelum maju--dalam acara apapun--pasti dilanda keringat dingin.
Total ada tiga perempuan dan satu laki-laki yang mengacungkan tangan dan Riska termasuk ke dalamnya. Rumahnya berada di daerah Bogor, cukup sekali naik kereta dan naik sekali naik angkot.
"Oke, karena kemungkinannya cukup besar untuk selalu pulang malem, gue minta nomor telepon rumah atau orang tua kalian. Nanti kalo kita diharuskan pulang malem, gue yang akan minta izin ke orang tua kalian."
Lalu empat orang yang tadi mengacungkan tangan pun diberi perintah untuk maju dan memberikan nomor ponsel orang tua masing-masing.
Ceklek
"Sori, gue ketinggalan banyak ngga?" Riska menoleh, mendapati seorang cowok berperawakan tinggi tegap berdiri di ambang pintu sambil menyugar rambutnya. Tubuh bagian atasnya terbalut kaos raglan berwarna hitam dibagian lengan dan berwarna putih di bagian badannya. Kakinya terbalut celana denim berwarna biru telur asin dengan beberapa robek dibagian lutut dan tulang kering. Wajahnya ramah, namun suara beratnua membuat atensinya limbung.
Riska harap acara ini segera selesai dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
About the Boy Who Looks Good in Denim
Short StoryRiska sudah banyak melihat cowok ganteng yang mengenakan celana denim sobek-sobek, tapi tidak ada yang sekeren Rexan.