M&M -18

33 10 33
                                    

"Entah perasaan aku aja atau emang udah diatur, kayaknya semua orang yang aku sayang itu pergi. Kok miris ya?" -Monic

{***}

"THEOOO!"

Monic berlari kearah tubuh Theo yang sudah terkapar tidak berdaya ditengah jalan. Mobil yang menabrak Theo sudah kabur.

Orang-orang yang melihat kejadian naas tersebut pun segera menghampiri Monic dan Theo. Monic sendiri sudah menaruh kepala Theo yang berlumuran darah ke pahanya.

Monic menangis sejadi-jadinya. Jadi, ini maksud dari firasatnya. Key segera memeluk Nando, Nando sendiri sedang menenangkan Key dengan cara mengelus punggungnya dengan perlahan.

"Theo, lo bangun 'kan? Lo gak akan tega sama gue 'kan? Gue akuin, The, kalo gue dulu jahat sama lo. Gue minta maaf, Theo. Lo harus bangun, The," isak Monic dengan suara yang serak.

"Ada apa ini?"

Sello segera membelah kerumunan. Dilihatnya Monic yang tangannya sudah penuh dengan darah. Sello juga melihat tubuh Theo yang sudah berdarah dan mengeluarkan bau amis yang menyeruak.

"ASTAGA! CEPET BAWA KEMOBIL!" teriak Sello sembari menggotong tubuh Theo untuk dibawa kemobilnya. Sello dibantu oleh beberapa orang disana.

Monic sendiri masih lemas di tengah jalan. Rasanya tubuh Monic seperti tidak memiliki tulang. Monic masih terduduk diaspal yang dingin.

Tangisan Monic semakin kencang. Seperti ingat, Monic mencari ponselnya dan menghubungi Sella. Setelah menemukan kontak Sella, Monic menempelkan benda persegi panjang tersebut ketelinganya.

Dengan terisak, Monic berusaha bersuara, "Se- Sel. Bi- bisa temenin gu- gue gak?"

"LO KENAPA MON?!"

"G- gue smsin alam- alamatnya, ya." Monic memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Key dan Nando menghampiri Monic. Nando membantu Monic berdiri dan Key membopong tubuh Monic agar bisa berjalan kearah mobil Sello.

Wajah Key memerah, seperti sehabis menangis. Namun, tangisannya sudah berhenti. Sedangkan Monic belum berhenti menangis, bahkan masih terisak.

Key mencoba tersenyum tipis, "Ini salah gue, Mon. Terserah lo mau apain gue abis ini, gue rela. Tapi tolong, Mon, sehabis lo hukum gue bilangin ke Theo kalo gue minta maaf, dia udah baik sama gue, Mon."

Monic menggeleng lemah, "Mu- mungkin." Monic menghentikan ucapannya dan menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Mungkin kalo gue masih bocah, gue bakal mikir gitu. Tapi gue tau kalo ini rencana Tuhan. Jadi, gue gak akan apa-apain lo. Kalo gitu, lo minta maaf sendiri ke Theo, Key," lanjut Monic sembari menatap Key dengan sendu.

Orang-orang yang sedaritadi mengerumuni jalanan, sekarang sudah pergi dan melanjutkan aktifitas mereka yang sempat tertunda. Monic juga sudah sampai dimobil Sello. Nando dan Key memberi semangat pada Monic.

Nando tersenyum miris, "Aku udah ikhlas sekarang, Mon. Sekarang, aku minta sama kamu buat rawat Theo sampai dia sembuh. Aku sama Key bakal susul kamu nanti," pesan Nando sambil memegang pundak Monic.

Monic & Memories✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang