Disarankan beli bukuversi terbarunya di IG @tokobuku_rexpublishing karena cerita lebih menarikdan komplit. Cerita di sini apa adanya, belum diedit, beda dengan bukunya.
***
Berpakaian rapi, minyak wangi semerbak, tatanan rambut kece, penampilan oke. Sempurna! Seperti malam Minggu yang sudah-sudah, malam ini jadwal Al apel ke rumah Taufik. Siapa lagi kalau bukan Lyana yang dia apeli? Al sudah menunggu di ruang tamu mengobrol dengan Taufik.
"Ayo! Aku sudah siap!" seru Lyana berdiri di depan Al dengan pakaian kasual namun tetap rapi.
Satu tahun berlalu kepergian Cinta. Kehidupan pun berubah. Al dan Lyana malah seperti orang pacaran, malam tertentu pergi keluar, makan bersama, malam Minggu Al rutin mendatangi rumah Taufik. Apalagi sekarang Lyana sudah melanjutkan belajarnya di universitas yang bernaung di bawah yayasan Wira. Jadi Lyana seperti mendapatkan kebebasannya kembali.
"Mau ke mana sih kalian?" tanya Taufik melihat Lyana menggandeng lengan Al posesif.
"Kita mau jalan-jalan, Pa," jawab Lyana menarik tangan Al mengajaknya ke luar rumah.
Sekarang dia kembali seperti dulu, Lyana yang ceria, cerewet dan sedikit manja. Berkat dukungan semua keluarga Lyana dapat keluar dari masa terpuruknya. Butuh waktu lama mengembalikan dia seperti sekarang.
"Jangan macam-macam ya? Awas kalian kalau pulang jadi tiga," ancam Taufik serius bernada canda ketika mengantar mereka sampai teras.
"Iya, Pa. Tenang, paling jadinya empat, bukan tiga lagi," seloroh Lyana menyahuti.
Al terkikih dan menggerakkan tangannya seperti memukul kening Lyana tapi sangat pelan tidak menimbulkan rasa sakit. Lyana menyengir memamerkan barisan giginya yang rajin.
"Dasar kamu! Sudah sana!" cibir Taufik. "Jangan malam-malam pulangnya, Al," pesannya.
"Iya, Pa," sahut Al seraya melangkah keluar dari teras membukakan pintu mobil untuk Lyana.
"Mau ke mana mereka, Pa?" tanya Ratna baru muncul dari dalam melihat Al masuk ke mobil.
"Biarkan saja, biasa anak muda. Malam Minggu jalan-jalan," jawab Taufik tersenyum membalas lambaian tangan Lyana.
Mobil sedan hitam itu keluar melewati gerbang.
"Kapan sih mereka mau menikah lagi? Mama was-was," gumam Ratna.
Taufik menoleh disusul kikihannya. Dia merangkul Ratna mengajaknya masuk ke rumah.
"Kenapa? Sudah kangen pengin punya cucu lagi? Kan Rani bentar lagi melahirkan," tukas Taufik menutup pintu dan menguncinya.
"Iya, tapi Mama cuma takut mereka akan ...."
"Sudah, jangan dibahas lagi. Itu kan masa lalu, biarkan berlalu. Sekarang ceritanya berbeda. Mereka lagi asyik-asyiknya proses pacaran. Al pasti bisa menjaga diri dan juga Lyana. Percaya saja sama mereka?" ucap Taufik menenangkan perasaan istrinya.
"Iya deh," sahut Ratna. Dia kuatir kalau mereka mengulang kejadian beberapa tahun yang lalu.
Guru paling hebat adalah pengalaman. Pengalaman buruk dijadikannya cambuk untuk memperbaiki diri.
Di keramaian kota, mereka berjalan bergandengan tangan menyusuri trotoar. Tangan Lyana memegang cup kecil berisi jagung bakar yang sudah dipipil dicampur saus dan keju. Mereka menikmati kebersamaan di bawah langit gelap betabur bintang gemerlap menghiasi malam.
"Mau makan di mana?" tanya Al saat mereka berjalan sampai di area pujasera (pusat jajanan serba ada).
"Apa ya?" Lyana menoleh kanan dan kiri, bingung memilih karena banyak gerobak yang menawarkan berbagai makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THERE'S SOMEONE FOR SOMEONE 2 (Cinta Alvian / Om Jaang) [Sudah Diterbitkan]
FanfictionKetika masa lalu yang buruk menimpa Lyana, kebahagian menyambut dengan tangan terbuka di masa depan. Bagaimana Al menebus setiap tetes air mata yang Lyana tertumpah karenanya?