Didit terbangun. Dapat ia rasakan tangan Ara yang masih ia gengam diantara kedua tangannya.
Perempuan itu tertidur dengan sandaran tembok kamarnya. Didit yakin dengan posisi tidur seperti pasti rasanya pegel- pegel nyakitin tulang. Maka dari itu Didit menyingkirkan tangan Ara lalu bergerak keluar dari selimut yang menyelimuti tubuhnya. Dengan langkah hati- hati Didit membopong Ara dan menidurkan perempuan itu di kasurnya. Ara mengeliat kecil namun kembali tidur di detik selanjutnya.
Ah gini ya rasanya kalau lagi jatuh cinta sama perempuan. Bawaannya Didit pengen nyosor itu perempuan atau peluk dia samapai sesak napas. Sayang banget orangnya lagi tidur. Kalau bangun pun sudah pasti Didit juga engak berani.
Sejauh ini kontak fisik yang Didit lakukan ke Ara adalah megang tangannya. Selain itu dia tidak pernah sama sekali. Sejatinya Didit pengen yang labih gitu. Maksutnya kayak noel- noel pipinya Ara atau enggak nyubit pipinya Ara. Tapi Didit takut. Ara kan perempuan baik- baik. Didit juga engak mau ngerusak pamornya yang dicap sebagai bad boy tapi kalem. Kalem dari hongkong.
"Eh udah bangun?"
Mama Didit tiba- tiba udah ngejoggor di samping Didit mengagetkan Didit. Didit curiga mamanya itu bisa berteleportasi atau semacamnya gitu. Kayaknya Didit tadi gak denger langkah mamanya deh. Jangan- jangan mamanya bisa terbang juga? Duh keren kalau gitu mah.
"Mama ngagetin aja sih. Dari kapan mama disitu?" Sinis Didit dengan suara pelan. Takut membangunkan Ara.
Mama cengengesan, "Dari tadi minta di kecup nak."
"Elah bisa aja lu umbel cair."
"Nih. Makan dulu. Sama obatnya di minum." Mama menyodorkan semangkuk bubur ayam dan botol sirup obat Didit. Yeah jangan kaget lagi kalau Didit lebih suka minum sirup daripada minum tablet. Katanya tablet itu susah ditelen. Apalagi kalau cuma pakai air putih. Yang ada air putihnya yang ketelen obatnya masih di dalem mulut. Rasanya itu lo pait men. Maka dari itu Didit lebih suka minum obat sirup. Apalagi kalau rasanya stowberry. Ugh rasanya Didit pengen ngabisin satu botol langsung. Habis manis sih.
"Jatahnya satu sendok ya Dit. Jangan dilebih- lebihin." Ancam mama saat pandangannya jatuh pada raut bahagia Didit. Didit mah gitu. Apa pun yang berbau strowbery dia pasti maniak banget. Bahkan dia punya sempak selusin yang bercorak strowbery. Dulu belinya pun harus rebutan sama anak smp, sampai- sampai Arum harus minta maaf ke ibu anak smp itu karena nangis kejer gara- gara Didit gak mau ngalah.
Secepat kilat Didit ngehabisin bubur ayamnya. Setelah habis dia meraih botol sirupnya lalu memulai mengukur dengan sendok yang sudah menjadi takarannya. Mamanya memperhatikan betul aksi Didit barusan membuat Didit mau tidak mau tidak melebihkan sirupnya ke dalam sendok takaran. Padahal kan rasanya enak.
"Dit itu pacar kamu ya?"
Didit tersedak air putihnya saat mendengar itu. Mamanya kalau ngomong suka ada benernya. Tadi Didit cuma reflek kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Adipati [END]
Teen Fiction[BOOK TWO] Private Acak Boyfriend Goals Series "Aku sayang kamu Ara. Menjad pacar mu adalah sesuatu yang saat ini aku inginkan. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Karena aku sangat ingin melindungi kamu sebagaimana kamu melindungi ku. Aku ingin status ya...