Alika POV.
Hari ini hari libur. Angka di kalender di warnai dengan warna merah yang artinya, ini hari libur nasional. Mataku masih terpejam. Kasurku rasanya nyaman sekali, tubuhku menolak untuk bangun lalu mandi.
"Boleh gak sih gak mandi satu hari ini dan tidur aja?" Kataku pada diri sendiri.
Aku Alika, cewek berusia 17 tahun dengan kulit asli indonesia berwarna sawo matang. Orang disekitar ku mengangapku aneh, aku gak tau kenapa. Mungkin karena aku gak bisa ramah kalau sama orang asing. Satu satunya orang yang mengerti aku , cuma dia.
Cowok blasteran Indo-Jerman yang udah ada disampingku mulai dari umurku 6 tahun dan sudah resmi menyandang status pacar sejak 3 tahun yang lalu. Dia North. North yang selallu mengerti aku, sejak kecil bahkan sampai sekarang.
Rasa yang semula hanya peduli sebagai sahabat, berganti menjadi kagum, lalu kembali berkembang menjadi obsesi ingin memiliki. Dan tepat di tanggal 23 februari 3 tahun yang lalu, North nyatain perasaan nya ke aku dan kita jadian.
Hubunganku dan North berjalan baik dan indah layaknya remaja yang sedang kasmaran di usia 2 tahun hubungan kami. Sifat North yang sama sekali gak romantis engak pernah menjadi masalah buat ku saat itu. Tapi memasuki tahun ke 3 hubungan kami, aku mulai merasa ada sesuatu yang salah. Ntah apa itu.
Handphone ku menunjukan notifikasi dari salah satu aplikasi chat, sebut saja Line.
Handphonenya ada di nakas di sebelah kasurku.North : Alika, kamu lagi apa?
Ternyata North. Aku dan North emang gak biasa buat pangilan sayang. Awalnya kami cuma berasumsi kalau sama sama sayang yah cukup tau saja
Alika : Bahkan bangkit dari kasur aja aku males.
North : That's mean kamu belum mandi?
Alika : 100 buat north.
North : Aku di bawah, aku tunguin 30 menit ya buat prepare. Cepet.
Melihat pesan terakhir North, aku langsung turun dari kasur lalu menuju ke lemari untuk memilih baju. Ku putuskan untuk memakai jumpsuit off sholder dengan motif bunga berwarna baby pink, lalu sling bag kecil dan sepatu flat berwarna hitam. Cukup casual.
Setelah baju selesai ku pilih, aku langsung ke kamar mandi. Lalu dandan dan sebagainnya.
30 menit waktu yang North kasih sangat menyita banyak tenaga ku.
Setelah semuanya selesai, aku pun turun kebawah
" North, kita mau kemana sih? Dadakan banget." Umpat ku sambil masuk ke mobil North dan duduk di kursi penumpang.
"Hahahah. Engk sih. Cuma pengen ke mall aja, nonton." Jawab North, santai dengan sedikit tertawa.
"Film nya jam berapa?"
"Jam 3 sore"
Menit selanjutnya adalah menit dimana aku dan North sibuk dengan kegitan kita masing-masing. Udah menjadi hal yang wajar untuk ku dan North. Mungkin untuk pasangan lain, ini gak wajar kali ya.
North dengan stir mobilnya dan aku dengan pikiran dan anganku tentang banyak hal yang ada dikepala ku.
"Sebenernya aku lagi males nonton sih" Kataku memecahkan keheningan di dalam mobil North
"Terus kok kamu mau aku ajakin nonton" North merespon omonganku dengan pandangan yang gak lari dari jalanan.
"Namanya juga diajakin sama pacar" jawabku singkat.
Gak butuh waktu yang lama, akhirnya aku dan North sampai di salah satu mall di Jakarta. Kita langsung ke bioskop buat beli tiket dan nonton film.
Semua berjalan normal seperti biasa. Sedikit cerita, walaupun North dan aku udah pacaran kurang lebih 3 tahun tapi aku dan North gak pernah cukup paham sama masalah pribadi yang lagi kami hadapi. Karena sejak North dan aku pacaran, hubungan persahabatan yang asik itu berubah menjadi hubungan antara 2 anak remaja beda jenis yang sangat amat menjaga perasaan satu sama lain.
Namun hari itu, beberapa menit di dalam mobil North, selesai nonton, di menit itu semua hal yang udah aku dan North lalui selama ini selesai sampai disini.
North tiba-tiba menghentikan mobilnya tepat didepan rumahku. Wajah North berganti menjadi sangat serius.
Aku hanya pernah 2 kali saja melihat wajah North yang seperti ini. Yaitu saat Ujian dan saat ini.
"Al.." tegur North
Aku diam, tapi mataku terus memperhatikan North, seolah menyuruhnya untuk melanjutkan kalimatnya lagi.
"Mungkin feel itu udah gak sehebat dulu waktu aku nyatain kalau aku suka kamu dan kamu mau gak jadi pacarku" kata North lembut, Masih dengan gaya santai ala North, namun tersirat nada yang sangat kuat menyuruhku untuk mengerti.
Dengan senyum tipis dan canggung, aku mulai menanggapi pernyataan North tadi.
"Mak--sud kamu?"
North memperbaiki posisi duduknya, menjadi sedikit condong kearahku
"Engak ada maksud apa-apa Al, aku cuma ngerasa kalau mungkin kita harus break sebentar" jelasnya.
"Break ? Kamu ngerasa gitu?" Tanya ku, memastikan kalau itu yang North maksud.
North hanya mengangguk.
Entah apa yang ku rasakan saat ini. Sedikit sedih karena North seperti menjadi orang lain dan bukan North yang ku kenal. Sedikit kecewa karena North terang-terangan meminta hubungan kami untuk vakum sejenak. Sedikit terluka, karena mungkin perasaan North udah gak sama seperti dulu lagi.
"Aku rasa, aku perlu waktu buat intropeksi diri" kata North.
Aku mengangguk " Oke, kalau kamu mau nya begitu" Aku pun turun dari mobil North dan masuk ke rumah. Meningalkan North dengan pikiran dan perasaanya di sana.
Aku merebahkan tubuh yang terasa lelah diatas kasurku. Memejamkan mata, mengusir ingatan akan hal itu.
Namun tidak bisa. Kini bertambah rasa bersalah karena aku keluar dari mobil North dengan sedikit tidak enak.Entah apa yang akan terjadi besok. Aku gak tau, kini tubuh dan pikiranku dan juga mataku terasa sangat berat. Entah di menit keberapa saat aku mulai memejamkan mata, akhirnya aku terlelap dalam tidur. Dan hari itu berakhir.
*********
Hello Guys,
Semoga suka sama cerita ini.
Love,
Qbeeeee_
KAMU SEDANG MEMBACA
For You, Who Has Broken Heart.
FanfictionEngak semua yang kalian mau bisa kalian dapetin. Engak semua perjuangan berakhir dengan hasil yang baik. Engak semua hubungan berakhir dengan manis. Yah, gue gak jelas banget. Gue bahkan gak tau gue lagi mikir apa. Intinya, lo gak bisa nuntut oran...