GADIS FILOSOFI PART 6

405 64 16
                                    

"Hai Ve! Bareng yuk.." sapa seseorang di pintu kelasku. Ia berdiri dengan menyandang tas ransel birunya dan tersenyum semanis mungkin. Entah kenapa, sejak aku memintanya menjadi temanku, ia perlahan-lahan semakin perhatian. Yah mungkin itu hanya perhatian sebagai teman. Tapi entah mengapa, itu membuatku nyaman.

"kita ke toko buku dulu yuk Nal, aku mau beli novel baru nih.."

"yang kemarin udah selesai baca Ve?"

"belum sih, Cuma bukunya kurang menarik... bahkan terlihat membosankan.."

"jangan seperti itu... kalau bosan terus main tinggal nih? Tipe seperti itukah kamu Veranda??" katanya sambil mencubit pipiku.

"nanti kapan-kapan aku lanjutin Nduutt..." kata ku sambil balik mencubit pipinya.

"kalau aku jadi buku nya nih Ve, mungkin sekarang aku udah nangis. Bidadari ternyata hobinya Main tinggal sembarangan, pantas selendangnya tinggal, ckckck"

"apaan sih Nal, lagi pula kalau kamu itu buku, aku gak akan pernah bosan kali bacanya!" wanita didepanku langsung terdiam. Matanya membulat dan ada sedikit rona merah di pipinya. Aku langsung tersadar dengan apa yang ku ucapkan tadi. Aku membalikan badan dan berjalan cepat meninggalkannya. Aku merasa bodoh berkata begitu..!

"Nal..! ayukk cepetan..!"

"Ternya gadis penghayal ku ini, udah bisa gombal yah... belajar di mana sih ..??" kejarnya sambil mengacak-ngacak rambutku. Aku malas memandangnya. Bukan apa-apa, aku takut terlihat bodoh olehnya. Yah walaupun sebenarnya aku malu...

***

Aku sibuk memilih buku yang mengundang banyak perhatian ku. Sulit untuk memilih salah satu buku paling menarik disini. Soalnya hampir semua buku-buku disini imajinatif dan sangat inspiratif, Tapi aku tak mungkin membeli semuanya kan..

"aku bingung nih Nal.." dia tidak menoleh dan tetap konsen dengan buku yang sedari tadi dibacanya. Ia tidak membeli buku sama sekali, dia hanya duduk diruang pembaca dan menatap buku yang sudah lama di belinya. Sepertinya dia terlalu konsen dengan kertas-kertas itu.

"Kinaaal...." Aku duduk tepat disampingnya.

"hm?" jawabnya tidak menoleh.

"Aku bingung mau pilih yang mana... menurut mu yang mana? Ini? atau ini?" tanya ku sambil mengarahkan ke dua buku ke wajahnya. Sengaja untuk menggangu konsentrasinya saat membaca.

"mana baiknya Ve.." katanya sambil tersenyum dan kembali membaca.

"ish, yang namanya Temen itu yah, kasih masukan Nal, bantu kasih yang terbaik buat temennya..!" jawabku sambil menyandarkan punggungku ke kinal. Otomatis sekarang aku sedang duduk membelakangi nya sekarang.

"kalau aku yang milih, Ntar kamu gak suka Ve. Lagi pula tiap orang harus memilih sendiri keputusannya, supaya nanti gak ada yang namanya menyalahkan orang lain atas keputusan itu sendiri,"

"aku gak nyuruh kamu pilihin mana buku yang mau aku beli Kinal, aku nyuruh kamu milih mana buku yang menurut kamu bagus..!"

"terus kalau aku udah milih ntar kamu milih itu emang?" katanya sambil menutup bukunya dan membalikan badan ku.

"yah tergantung sih..." dia tertawa mendengar jawabanku.

"kalau gitu, kenapa kamu nyuruh aku milih? Toh nanti kamu yang putuskan.." katanya sambil mengelus-elus rambutku.

"ish kamu ini yah Nal, pendapat itu penting! Harus ada saling tukar opini antar teman loh," dia tersenyum.

"kita bukan bicara soal musyawarah bersama Ve.. kita lagi bicarain Individu. Gini nih yah,.." katanya sambil memperbaiki posisi duduknya. Sekarang ia menghadap aku dan memandang ku.

GADIS FILOSOFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang