Sherra

3.2K 285 39
                                    

Kali ini, Trevian menundukkan wajahnya di depan semua orang saat tanpa diduga, Erick datang dan menyeretnya dari ruang VIP tempat ayah Izika dirawat. Wajah putihnya memerah dan tangannya mengepal.
Semua orang diruangan itu menatap kearahnya. Termasuk Alfa yang tersenyum bersender di pojokan penuh kemenangan.

Mereka berada di ruang tunggu Vallen yang hanya dibatasi dengan tempat khusus transparant


" Ayah tolong jangan disini. Suamiku sedang sakit, lagipula apa yang dilakukan Evan hingga kau menjadi semarah ini?." Alice menahan lengan kokoh Erick. Sementara Mira hanya diam mematung disisinya tanpa bisa berkata sepatah katapun. Tatapannya terarah pada Vallen yang tampak terbaring diruang kaca sana.

Dia kenapa - Batinnya sedih

Erick tak mendengarkan. Pria berdarah inggris itu menarik kerah kemeja putranya lalu menghempasnya hingga Trevian kehilangan keseimbangan dan mundur beberapa langkah dengan wajah tertunduk

" Tanyakan itu pada adikmu ini." Kecamnya tegas.

" Alice benar Erick, sebaiknya kita pulang." Ucap Mira getir.

" Anak ini harus diajarkan sopan santun dan etika supaya dia bisa mengerti mana yang benar dan tidak. Apa yang ada diotaknya sehingga dia mau mengeluarkan banyak uang untuk wanita yang usianya jauh diatasnya, apa yang dia dapatkan dengan sok menjadi pahlawan?." Erick memerah

" Dad, aku ingin menolongnya." Bela Trevian mengangkat wajahnya

" Apa aku memintamu menjawabku?." Erick memicingkan matanya tajam.

" Tapi daddy apa yang salah dengan yang aku lakukan?." Trevian menatap penuh harap

" Sudah kubilang jangan membantahku!!." Urat leher Erick tercetak jelas. Ia benar benar marah kali ini.

Melihat itu, Vannesa berdiri meletakkan majalahnya lalu menarik napas panjang.

" Du du du grandpa tetap saja deh egoisnya. Santai saja kali. Uncle mungkin sedang masa pubertas. Lagian grandpa aneh deh, tadi marah marah minta uncle jawab lalu pas uncle jawab grandpa makin marah. Ck ck ck, ines bingung maunya grandpa itu apa sebenarnya. Labil deh ah." Gumamnya seketika membuat Alice memutar bola mata kearahnya. Sudah rahasia umum kalau Vannesa putrinya sangat sok tua dimanapun.

Aby menahan tawa mendengar kata kata adiknya.

Sementara Erick

Dia menatap Vannesa kesal.

" Kau memang berbeda dengan kakakmu Alfa. Apa begini cara Vallen mendidikmu?menjadi gadis yang tidak tahu sopan santun hah?." Tekannya meradang

" Grandpa jangan nyolot gitu kali, perasaan semua orang jadi salah terus, salah lagi salah lagi, lama lama bisa kena struck lo, kasian kan tu jantung belum tua tua amat sakit....

" Vannesa diam!." Alice menarik lengan putrinya. Pasalnya Erick sudah sangat murka dan itu benar benar lebih menakutkan dari pada melihat gunung berapi meletus.

" Come on mom. Grandpa keterlaluan, aku cuma menasehati dia saja biar pikirannya jernis." Vannesa melepas pegangan Alice lalu melangkah tegap mengangkat dagunya ke sisi Erick

" Grandpa ayolah, Uncle sudah dewasa. Baguskan kalau dia punya rasa kepedulian yang tinggi. Lagian aku bangga sama Uncle Evan, dia itu hebat. Gak kayak kakakku yang kerjanya hanya bikin onar." Vannesa melirik kearah Alfa yang seketika menjuruskan tatapan tajam kearahnya.

" Jangan bicara macam macam tentang kakakmu, harusnya kamu yang belajar banyak dari dia. Jangan meniru ayahmu yang tidak jelas itu!." Tekan Erick

Vannesa memutar bola matanya kesal

Breath and Heart ( Mr. Elegant )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang