5. Wedding day

36.8K 1.5K 9
                                    

Attha pov
Hari ini adalah hari yang mungkin takkan pernah kulupakan seumur hidupku. Aku tak tahu harus bahagia atau sedih dengan pernikahan ini.

Ini pernikahan dan aku sudah harus berubah menjadi sosok yang lebih dewasa, itulah yang dikatakan papa kepadaku. Aku masih tidak habis pikir dengan semua ini.

Aku melihat pantulan wajahku dikaca, dan tiba tiba pintu diketuk.
Tok..tokkk

"Attha ayo kita mulai," ucap seorang wo pilihan ibu mertuaku itu. Aku hanya mengangguk dan langsung menuju ke suatu ruangan dimana aku akan mengucapkan janji sakralku.

•••

Ona pov
Bundaa.. Aku ingin menangis sekarang. Apa yang telah terjadi sekarang adalah hal yang terbaik untuk kedua orang tuaku walaupun sepertinya aku tak bahagia menikah diumurku yang minim ini. Ditambah lagi pasanganku, Degattha Taffael.

Acara telah selesai dan sekarang aku sudah sah menjadi istri dari seorang Degattha Taffael. Tinggal acara resepsi yang akan dilaksanakan dimalam hari nanti.

Aku sedang duduk di balkon hotel. Ya, Bunda dan Mama attha menyewa hotel untuk acara resepsi pernikahanku jadilah kami menginap disana agar tidak terlalu jauh dengan tempat dimana acara akan berlangsung.

Aku masih tak habis pikir, sekarang aku adalah seorang istri. Dan tanggung jawab seorang istri itu tidak kecil, aku benar benar pusing jika harus memikirkan semua ini. Tapi aku tak bisa mengendalikan otaku yang terus menerus memikirkan masalah ini.

Air mataku mengalir perlahan. Aku tak tahu, itu air mata bahagia atau air mata kesedihan. Aku sedih harus menikah diusia muda tapi disisi lain aku bahagia meliat keluargaku bahagia.

Aku mendengar suara langkah kaki yang sudah kuyakini adalah suamiku, aku lekas menghapus air mataku.

"Lo nangis?" tanyanya.

"..."

"Udah, semuanya udah lewat." Ucapnya menenangkanku. Entah, setan apa yang merasukinya sampai membuatnya selembut ini.

Bukannya tenang, tangisku malah menjadi jadi setelah ia mengucapkan kalimat itu. Ia terkekeh melihatku, hey tidak ada yang lucu disini.

"Cengeng banget sih, jijik tau!" ucapnya dan langsung pergi meninggalkanku sendirian. Dasar labil, baru beberapa menit ia berbuat manis lalu tak lama ia berubah menjadi pahit.

•••

Attha pov

Ini sudah jam setengah tujuh malam, apa yang dia lakukan selama tiga jam? Hanya berdiam diri dan menangis di luar sana. Aku sudah berapa kali menyuruhnya untuk masuk dan menangis di dalam saja. Tapi, masih saja ia ingin diluar.

Untuk apa aku berpuluh puluh kali menyuruhnya masuk bila hasilnya sama saja. Ia tak mau masuk, jadi lebih baik aku tidur bukan? Ini sangat melelahkan, ditambah malam nanti masih ada acara resepsi.

Aku terbangun dari tidurku dan mengecek ke balkon hotel. Ternyata si kunyuk itu masih saja disana. Kudekati dia, aku duduk disampingnya. Ia tertidur, aku menatapnya kasihan lalu kubangunkan dia dari tidurnya.

"Ona bangun, ini udah jam7. Ntar kita kan masih ada acara lagi," ucapku sambil menggerakkan bahunya. "Oh, iya maaf ketiduran," sahutnya lesu.

Wife in seventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang