07. Beginning?

4.4K 321 15
                                    

-Happy Reading-

Jari telunjuk mingyu kini sedang menekan tombol angka-angka yang menempel pada daun pintu sebuah apartemen.

Biiiiiiiippp…

Pintu apartemenpun terbuka, pria itu masuk begitu saja tanpa meminta persetujuan sang pemilik. Ya, itu bukan apartemen milik dirinya, melainkan milik kekasihnya -Kyulkyung. Ia tahu kode apartemen itu karna dirinya sering berkunjung.

Kepalanya menoleh kesana-kemari mencari-cari sosok sang pemilik. Namun mingyu tak mendapatinya. Iapun perlahan  berjalan ke arah kamar satu-satunya di apartemen itu, tentunya itu milik Kyulkyung.

Cklek…

Suara pintu terbuka terdengar dari arah kamar Kyulkyung. Ia terkejut, dilihatnya ada seseorang pria mengenakan celana jeans berwarna hitam di padukan dengan atasan kemeja putih dan sebuah blazer berwarna hitam yang berada di lengannya. Terlihat kancing kemeja bagian atas yang pria itu kenakan terbuka. Membuat kening Mingyu mengkerut, matanya sedikit terbelalak saat pria itu mengangkat kepalanya membuat wajahnya terlihat jelas dimata Mingyu.

“go... junhoe?” gumam Mingyu. Sebuah pertanyaanpun muncul dalam pikirannya, seperti kenapa pria itu ada di apartemen kekasihnya lalu mengapa ia berada disini begitu pagi ditambah rambut yang acak-acakan seperti orang baru bangun tidur.

Junhoe adalah teman satu kelasnya dulu saat mereka berada di bangku sekolah menengah atas. Dan mereka berdua juga cukup berteman baik. Dan itulah mengapa Junhoe datang ke pernikahannya walaupun tidak diundang dan hanya untuk menyapa teman lamanya itu.

Mingyu menatap Junhoe yang menatapnya dengan datar namun menyelidik. “apa yang kau lakukan disini,”

Junhoe menyunggingkan senyumannya. “yang kulakukan disini? Euhhh, semalam aku habis bermain bersama Kyulkyung... akh badanku sakit sekali” ujar Junhoe, pria itu merenggangkan tubuhnya.

Mingyu mengerutkan keningnya, lalu tak lama matanya menatap tajam ke arah junhoe sembari menghampirinya. Entah apa yang merasukinya sehingga ia memikirkan sesuatu yang membuatnya sangat marah. “apa katamu?!” Mingyu menarik kerah kemeja Junhoe yang menghadapainya dengan tenang.

“Yah... kau tahu kan maksudku? Kami semalam seperti sepasang kekasih yang saling mencintai, tapi sayangnya dia kekasihmu. Um.. aku tebak, kau belum menyentuhnya-“ belum sempat Junhoe menyelesaikan kata-katanya, Mingyu sudah menghantam pria itu sampai tersungkur kelantai.

“brengsek kau!” amarah Mingyu kini meluap.

Junhoe memegangi sudut bibirnya yang terasa perih, dilihat jarinya yang terdapat darah disana. Junhoe sekali lagi menyunggingkan senyumannya. “Kau, sebaiknya kau lepaskan dia. Kau sudah mempunyai seorang istri...  cih, kau tamak sekali”

Bugh.

Mingyu menghantam Junhoe lagi untuk ke dua kalinya. Kini menyisakan bekas kemerahan di bawah kening dekat matanya. Junhoe hanya menatap remeh Mingyu tanpa melakukan perlawanan. Itu semakin membuat Mingyu kesal. Hendak melayangkan pukulan ketiga, Kyulkyung sudah meneriaki nama Mingyu dengan sorot kagetnya.

“Apa yang kau lakukan!” Kyulkyung menjauhkan tubuh Mingyu dari Junhoe dan membantu Junhoe untuk bangun.

“...” Mingyu diam, ia menatap tajam Kyulkyung lalu menyeret gadis itu untuk masuk ke dalam kamar. Pintunya tidak ditutup sehingga Junhoe dapat menyaksikan pertengkaran keduanya.

“kenapa kau melakukannya semalam bersama dia?! Apa kau lupa denganku huh?” tanya Mingyu dengan nada yang tinggi.

Kyulkyung menatap Mingyu bingung sekaligus takut karena sebelumnya pria itu tidak pernah marah seperti ini. “apa maksudmu? Be-bermain? Aku tidak melakukan apapun dengan Junhoe, semalam memang dia menghantarku kesini karena aku mabuk dan tak sengaja Junhoe tertidur di kamarku”

“kau mabuk, dan kau tidak tahu apa yang dia lakukan padamu?” nada bicara Mingyu semakin meninggi.

“tidak.. kita benar tidak melakukan apapun”

“jangan bohong”

“Kenapa aku harus bohong padamu? Aku hanya mencintaimu, kami memang kemarin bertemu di pernikahan-“

“apa?”

“iya, memangnya kenapa? Aku hanya penasaran seperti apa wajah istrimu itu,” Kyulkyung menunduk, ia takut Mingyu marah besar padanya.

Mingyu terdiam cukup lama, iapun mengacak rambutnya kasar sembari menghembuskan napasnya lega. Ia lalu menatap kekasihnya itu dengan pandangan yang lembut. Tak lama iapun menarik tubuh Kyulkyung ke dekapannya dan  mengusap-usap surai hitam milik Kyulkyung. “seharusnya kau bilang padaku jika benar-benar ingin datang” ucap pria itu tenang.

“Tapi kau pasti akan melarangku” ucap Kyulkyung, masih dalam dekapan tubuh besar milik Mingyu.

Mingyu tersenyum dan sedikit menjauhkan tubuhnya agar bisa menatap gadis yang dicintainya itu selama kurang lebih 4 tahun-an itu, Joo Kyulkyung.

“tidak... akan ku perkenalkan kau sebagai kekasihku di atas altar” ucapan Mingyu itu membuat kyulkyung terkekeh.

“aku jamin, kau tidak akan melakukannya kecuali kau rela mati saat itu juga dibunuh oleh ayahmu sendiri” keduanyapun terkekeh, mereka saling melemparkan senyuman kepada satu sama lain. Senyuman yang beberapa minggu ini tidak terlihat sama sekali.

Emosinya kini sudah mereda. Ia menjauhkan pemikiran-pemikiran negatif  terhadap kekasihnya itu, Mingyu percaya bahwa Kyulkyung tidak mungkin melakukan hal-hal itu .
Ia mendekatkan lagi tubuhnya dengan tubuh mungil milik Kyulkyung, ia perlahan mendekatkan wajahnya dan mata mereka mulai menutup. Saat jarak kedua bibir sepasang insan itu tinggal 5 cm lagi, Mingyu teringat bahwa ada orang lain yang berada di tempat itu juga menyaksikan apa yang keduanya sedari tadi.

“Sebentar” lirih Mingyu, mata Kyulkyung terbuka dan gadis itu baru ingat bahwa sedari tadi ada Junhoe yang berdiri dan menatap keduanya dengan tatapan tidak suka.

Dan benar saja, saat Kyulkyung dan Mingyu memandang Junhoe yang berdiri tak jauh dari pintu kamar Kyulkyung, tangannya mengepal dan terlihat  sorot kemarahan  di sana.

Mingyu melangkahkan kakinya ke arah Junhoe, iapun memiringkan senyumannya “kau, pergilah”

“tsk, kau mengusirku?”

Mingyu mendekatkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Junhoe “Yaahh bisa dibilang? Kau tahu kan yang kita akan lakukan adalah hal yang privasi, tapi... jika kau ingin tetap menonton tak apa, kau yang rugi,” ujarnya sebelum memundurkan tubuhnya lalu menutup pintu kamar Kyulkyung.

Junhoe geram, ia membanting blazer hitam yang ada di tangannya itu kelantai.

...

Sudah lebih dari satu jam Chaeyeon menunggu kedatangan pria yang telah menjadi suaminya itu. Ini sudah pukul 19.30 tetapi mingyu belum juga kembali ke apartemen sejak tadi pagi. Acara makan malam dengan keluarganya itu sudah dimulai sejak 30 menit yang lalu. Dan Chaeyeon sudah mengatakan pada ibunya dan juga ibu Mingyu bahwa dirinya dan Mingyu tidak bisa datang.

“cihh dimana pria itu!” teriak chaeyeon kesal. Gadis itu sudah menelfon mingyu berkali-kali tetapi tidak diangkat. Bahkan Chaeyeon sidah mengirimi pesan teks pada mingyu agar segera pulang ke apartemen, dan sampai sekarang pria itu belum juga membalasnya.

Ia sudah bertanya pada ibunya apakah Mingyu sudah ada disana atau belum dan ibunya menjawab bahwa pria itu tidak ada di sana.

Chaeyeon hanya tidak tahu bahwa sekarang ini, Mingyu sedang  bersama dengan wanita lain.

Ting nung...

Bel apartemen berbunyi.

“ng? Siapa?” herannya. Itu sudah jelas bukan Mingyu.  Kalau saja iya, Mingyu tidak perlu memencet bel terlebih dahulu untuk masuk kan?.

Wanita itupun berjapan menuju pintu lalu membuka pintu itu.

“oh? Jaehyun-ah...” gumam Chaeyeon saat melihat sesosok pria yang lumayan tinggi itu berdiri di depannya sembari membawa sebuket bunga.

“kenapa kau tahu apartement ku?” tanyanya.

“ahh itu... aku diberi tahu ibumu kemarin, ini untuk pernikahanmu. Aku lupa kemarin tidak membawanya,” ujar Jaehyun sembari menyodorkan sebuket bunga itu.

“aaa... begitu ya, hm terimakasih...” Chaeyeon mengambil sebuket bunga itu lalu menciumnya.

“kau tidak menawarkanku untuk masuk?”

“ahh aku lupa, ayo” ajak Chaeyeon. Mereka berduapun masuk.

Chaeyeon mempersilahkan sahabatnya itu untuk duduk. Ia pergi ke pantry untuk menyiapkan teh hangat kesukaan Jaehyun. Sementara itu, pria yang bersurai hitam itu terus memperhatikan Chaeyeon dari posisinya saat ini. Saat Chaeyeon menoleh padanya, mereka melemparkan senyuman satu sama lain.

“kenapa kau menetapku seperti itu huh? Apa kau masih tak percaya bahwa sekarang aku adalah seorang istri?” ucapnya sembari berjalan ke ruang tengah.

“hhh… kau bagiku masih saja sama, wanita cerewet! Aku yakin, Mingyu tak tahan denganmu” cibir Jaehyun.

“menyebalkan…” Chaeyeon mengerutkan bibirnya sembari memberikan secangkir teh pada Jaehyun.

“oh ya,Kenapa kau terlihat rapi sekali? Kau akan keluar? Makan malam?”

“sekarang kau yang cerewet. Ingin tahu saja, sebenarnya malam ini kami ada acara makan malam keluarga tapi si Mingyu itu belum juga datang”  kesal Chaeyeon, Jaehyun hanya tersenyum melihat ekspresi wanita yang sudah mejadi temannya sejak kecil itu.

“kau tak tahu dia kemana?” Chaeyeon hanya menggelengkan kepalanya, dia benar-benar tidak tahu kemana Mingyu pergi.

Setelah itu, raut muka Jaehyun tiba-tiba mendatar dan menatap Chaeyeon lekat. “ah ya…, lalu bagaimana dengan Wonwoo…”

“uhukk.. uhukkk..” perkataan itu membuat Chaeyeon yang saat itu sedang menyesap tehnya tersedak tiba-tiba.

Tuk.

Chaeyeon menyimpan  secangkir tehnya di meja. Iapun sedikit menunduk dan tidak menatap Jaehyun.

Sudah Chaeyeon usahakan agar dia tidak teringat dengan pria yang tidak bisa di harapkannya itu tapi sekarang, Jaehyun membuatnya teringat kembali dengan Wonwoo yang entah sekarang ini sedang apa di kejauhan sana.

Keduanya terdiam. Jaehyun mengutuk dirinya karena ia mengeluarkan kalimat yang terlihat bodoh menurutnya.

“em, sepertinya aku salah ya… maafkan aku. Euh.. sebaiknya.. aku pulang” Jaehyun berdiri hendak berjalan menuju pintu, tapi Chaeyeon juga berdiri menatapnya tajam sembari mengepalkan kedua tangannya.

Sudah tahu kedepannya akan terjadi seperti apa jika Chaeyeon begitu, iapun buru-buru berlari menuju pintu ketakutan.

“yaishh Jung Jaehyun!!!” teriak Chaeyeon, ia melemparkan bantal yang berada di atas sofa itu kearah Jaehyun tapi sayangnya pria itu sudah menutup pintu dengan sepatu yang berada di kedua tangannya.



Pukul 21.03

Baru saja memasuki apartemennya yang berada di lantai lima itu, ia sudah mencium bau alkohol yang sangat menyengat di hidungnya.

“ishh, bau sekali” gumamnya. Saat ia berjalan untuk menuju kamarnya, di ruang tengah terlihat jelas sekali seorang wanita memakai dress putih dengan rambut yang di gerai berantakan. Wanita itu terduduk di atas karpet dan kepalanya ia tempelkan dengan meja yang diatasnya terdapat beberapa botol soju dan juga 2 gelas yang di dalamnya terlihat masih ada airnya.

Mingyu mengerutkan keningnya sembari menutup hidungnya karena bau alkohol menyengat sekali. Terlihat sudah ada 3 botol soju di atas meja sana dan semuanya itu sudah kosong tidak tersisa sedikitpun.

Mingyu menghampiri wanita yang tidak lain adalah ‘istrinya’ itu, Jung Chaeyeon. Ia mengambil remot yang tergeletak di lantai lalu mematikan TV yang menyala tapi tidak ada sama sekali gambar disana, yang ada hanyalah kumpulan titik-titik hitam yang bergerombol seperti kumpulan para semut.

Merasa ada orang, Chaeyeon sedikit mengangkat kepalanya. Wanita itu juga berusaha membuka sebelah matanya yang terasa berat sekali.

“oh!? Jaehyun-ah, kau kembali… hihi…” Chaeyeon terkekeh membuat Mingyu semakin mengkerutkan keningnya.

Sekarang, sebelah tangan Chaeyeon berusaha menggapai kaki Minggyu lalu menarik-narik  celana yang pria itu kenakan. “Jaehyun-nie… tolong belikan aku soju 1 boto.. ah tidak, 3 botol sudah cukup ya? Tolong…” ucap Chaeyeon dengan gelagat mabuknya.

“yak! Lepaskan” kesal Mingyu saat wanita di hadapannya itu semakin mantap menarik-narik celananya.

“isshh jangan marah-marah! Harusnya aku yang marah padamu!” ucap Chaeyeon dengan sedikit meninggikan suaranya.

“hey, aku ini bu-“ ucapan Mingyu terpotong saat sebelah tangan Chaeyeon yang tadi memegang celananya itu kini beralih menunjuk-nunjuk kearah wajahnya.

“kau!” kini Chaeyeon benar-benar mengangkat kepalanya dan menatap pria di depannya itu dari bawah. Iapun membuka kedua matanya walaupun tidak terbuka sempurna.

“huh?” gumamnya. Iapun tak lama melengkungkan kedua sudut bibirnya dan menatap Mingyu dengan lembut. Terlihat dari sorot matanya itu, ada perasaan lega.

Chaeyeonpun berusaha keras mengangkat tubuhnya yang terasa berat itu  untuk berdiri. Tubuhnya terlihat lemah dan membuat mingyu dengan refleksnya menahan tubuh wanita itu dengan memegang pinggangnya saat akan terjatuh. Jarak mereka  kini begitu dekat, dan membuat Chaeyeon semakin menatap lebih dalam sorot mata Mingyu yang juga mentapnya.

Mingyu tak sadar bahwa dirinya membalas tatapan itu, entah kenapa ia merasa tenang saat itu.
“kau akhirnya pulang…” lirih Chaeyeon tanpa memudarkan sedikitpun senyumannya.

“em,” kata itu  keluar begitu saja. Entah bagaimana, Mingyu sepertinya sedang merasa kasihan pada wanita itu. Apa sekarang seorang Jung Chaeyeon bersikap seperti istri seorang suami sesungguhnya?, ini terasa aneh menurut Mingyu.

“aku sudah menunggumu lama, akhirnya kau datang” ucapnya lagi.

“kau benar-benar menungguku?” tanya Mingyu dengan  suara pelan yang di jawab anggukan oleh Chaeyeon.

Semakin lama, mata wanita di hadapannya itu semakin berkaca-kaca dan meneteskan buliran air bening sehingga membasahi pipinya yang kemerahan itu.

“kenapa… kenapa kau tidak menjawab telefonku dan juga tidak membalas pesanku huh?” sebelah tangan Chaeyeon memukul-mukul bahunya.

“…” mingyu terdiam saat Chaeyeon kini menangis menjadi-jadi.

“a-apa kau… mempunyai wanita lain? hiks”

Sekarang apa? Apa Chaeyeon benar-benar menganggap pernikahan itu?. Itu membuat Mingyu semakin heran, padahal baru tadi malam keduanya setuju jika ini hanyalah pernikahan bodoh yang harus mereka benar-benar lakukan.

“yaish! Jawab aku!” Chaeyeon terus saja memukul-mukul bahu Mingyu.

“itu…”

“apa? Benar begitu?”

Mingyu bingung harus berbuat apa, “kau berpikir-“ ucapannya terpotong,

“yah.. seharusnya aku sadar bahwa wanita lain di luar negeri itu banyak yang jauh lebih cantik dariku, apa yang kuharapkan… hiks”

“ap-apa? Luar negeri?” Mingyu mengkerutkan keningnya.

“kau benar-benar tega padaku Jeon Wonwoo-“

“apa?” Mingyupun tersadar.

Bugh.

“akh!” ringis chaeyeon saat dirasakannya tubuhnya seperti terjun kedalam sesuatu yang empuk namun keras.

Ya, Mingyulah yang mendorongnya ke sofa. Ia tidak habis pikir bahwa yang Chaeyeon maksud itu ditujukan kepada pria yang beberapa minggu lalu ia lihat di bandara bersama Chaeyeon. Wajahnya sedikit memerah karena ia salah sangka dan malah larut dalam keadaan yang baru saja Chaeyeon ciptakan.

“akh! Pinggangku sakit…” gumam chaeyeon sembari mengusap-usap pinggangnya yang terasa sakit itu.

Mingyu mengacak pinggang. “yak! Aku bukanlah pria yang kau maksud!” mingyu menghembuskan napasnya kasar .

Chaeyeon membuka matanya dan melihat pria yang telah melemparnya itu dengan jelas. “eh? K-kau..”

“cih, kau masih dicampakkan ya… kasihan sekali” Mingyu menyunggingkan senyumannya, lalu iapun berbalik untuk menuju ke kamarnya.

“yakkk! Ish… menyebalkan!” teriak Chaeyeon yang saat ini sepertinya sudah setengah sadar.

“akhhh… aku ini kenapaaa” ucapnya kesal sembari mengacak-acak rambut yang sudah berantakan itu.

Di balik pintu, Mingyu memegang dadanya yang terasa terus berdetak sejak tadi. Sejak Mingyu menatap tatapan hangat dan lembut wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.

Ia menghembuskan lagi napasnya kasar, “hhhh, kenapa ini…”

Married Not Dating - Minchae [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang