three

29 15 8
                                    

"Melupakanmu tak semudah seperti daun yang jatuh dari pohon. Maka aku mohon ajari aku untuk melupakanmu, sesulit apapun itu tolong ajari aku."

Ini sudah 3 hari setelah kejadian aku bertemu dengan Samuel. Entahlah, tapi aku berharap Samuel menghubungiku walaupun ketika bertemu dengannya hatiku terasa seperti dicabik-cabik. Dia adalah segalanya bagiku tapi tetap saja dia tidak akan pernah kumiliki. Pagi ini aku berencana ke kampus tapi tidak dengan Jessica. Walaupun sudah 3 hari aku masih ingin sendiri dan aku yakin Jessica mengerti keadaanku saat ini. Setelah mandi dan siap-siap aku segera keluar kamar.
"Jess, lo dimana?" aku sedikit berteriak karena Jessica tidak ada di ruang tamu.
"Gue di kamar, masuk bentar deh buruan." sahutnya. Akupun segera masuk ke kamar Jessica.
"Apaan sih?"
Jessica hanya tersenyum sambil membawa lip tint ke arahku. Kemudian dia mengoleskan lip tint itu di bibirku. Aku masih terheran dengan sikapnya itu bukan seperti Jessica yang ku kenal.
"Wajah lo pucet abis kek mayit hidup. Gue perhatiin lo gak ada tenaga selama beberapa hari ini. Please jangan siksa diri lo cuma karena Samuel." ucapnya sambil mencengkram bahuku. Matanya tak berhenti menatapku lekat-lekat. Tak kusangka dia hampir saja menangis. Ku singkirkan tangannya dari bahu dengan lembut. Akupun tersenyum.
"Gue gak apa Jessica. Believe me. Lo tau kan gue gimana? Mungkin saat ini gue bener-bener down tapi gue pasti balik kek biasanya lagi. Gak usah takut." aku mencoba meyakinkannya. Aku tahu dia sangat cemas melihatku seperti ini.
"Gue gak mau lo gila cuma gara-gara cowok kek dia."
"Jessica jangan gila deh, daripada setress terus masuk rumah sakit jiwa mending gue nonton konser."
"Untung masih sadar."
"Haha udah gue mau berangkat. Kalo ada apa-apa gue janji bakal telpon lo. Bye" belum sempat dia menjawab, aku sudah berlari keluar dari kamarnya.
Berjalan di sekitar kampus membuat perasaanku sedikit tenang. Setiap detail gedung di Kyunghee University benar-benar dibuat seunik mungkin sentuhan arsitekturnya membuatku merasa sedang di negeri dongeng. Untung saja aku sudah menyelesaikan kelasku jadi aku bisa berjalan sambil mencari udara segar disini. Aku berjalan menuju tempat favoritku disini, yap dibawah pohon sakura. Aku memutar lagu dari handphone ku yang saat ini menjadi favoritku. Lagu dari Kyuhyun - Goodbye for now mewakili perasaanku saat ini. Angin dibawah pohon sakura ini tidak terlalu kencang walaupun sesekali membuat rambutku acak-acakan. Aku benar-benar menikmati semua ini hingga aku melupakan sejenak tentang patah hatiku karena Samuel. Menikmati semua ini sebelum aku kembali ke Indonesia adalah hal yang tepat daripada aku harus menyiksa perasaanku sendiri.
"Drrtt drtttt drrttt" getaran handphone menyadarkanku dari lamunan. Ini bukan nomer yang ku kenal. Tapi mungkin saja ini telpon penting jadi aku memutuskan untuk mengangkatnya.
"Stef? Ini gue Samuel." seketika tubuhku melemas. Detak jantungku mulai tidak terkontrol lagi. Tapi aku harus tetap fokus.
"Iya, kenapa?" aku mencoba membuat suaraku menjadi stabil. Sungguh memalukan jika suaraku gemetar dan Samuel mendengarnya dengan jelas.
"Ada waktu? Gue pengen jalan nih." tanyanya. Terdengar dengan sangat jelas kalo dia benar-benar excited.
"Ada. Mau jalan kemana?" tanyaku.
"Emm Namsan tower?"
"Boleh."
"Oke nanti ketemuan di halte bus deket apartemen lo."
"Oke jam setengah 5 ya. On time."
"Siap" ucapnya sebelum mengakhiri telpon. Entah apa yang ada dipikiranku aku langsung berlari meninggalkan tempat favoritku. Setelah sampai dihalte aku hanya perlu menunggu beberapa menit sampai bus datang. Yah benar tidak sampai 5 menit bus yang kutunggu akhirnya datang juga. Aku segera menghubungi Jessica dan memberitahu.
"Jess gue mau keluar sama Samuel malem ini gilaaa." ucapku ketika Jessica mengangkat telponku.
"Gila excited banget. Mau kemana emang?" tanyanya.
"Iyalah dari jama gue SMA baru ini dia ngajak gue jalan. Mau ke namsan nih haha doain ya."
"Gila lo mau gue larang juga gak bakal ngaruh keknya. Good luck jangan sampai stress beneran." aku hanya tertawa mendengar apa yang dia katakan. Telpon kita pun terputus setelah aku menutupnya. Tak kusangka ternyata aku sudah sampai. Aku segera turun dan berlari menuju apartemen.
"Sekarang masih jam setengah 4 jadi masih ada waktu 1 jam, oke gue harus gerak cepat." ucapku pada diriku sendiri.
       Setelah mandi, aku mulai mencari baju yang cocok untuk malam ini. Ku coba satu per satu tapi tetap saja aku belum menemukan baju yang cocok. Jam menunjukkan pukul 4.10 sore tapi aku belum ganti baju dan belum memoles mukaku. Oh God. Setelah mencari beberapa menit aku memutuskan untuk menggunakan dress selutut yang berwarna nude. Dress ini tidak terlalu ketat dan bahuku tetap tertutup. Dengan make up natural dan rambut terurai aku memutuskan untuk segera pergi karena aku akan terlambat jika tidak segera berangkat. Sepatu dengan heels 3 cm yang berwarna cream dan tas selempang kecil warna coklat melengkapi penampilanku kali ini. Aku berlari kecil menuju halte bus. Dan benar aku terlambat 5 menit tapi ketika aku sudah sampai dihalte, aku tidak melihat kehadiran Samuel.
"Akankah dia datang? Atau dia lupa akan pertemuan ini." gumamku dalam hati. Aku memutuskan untuk menunggunya. Kursi panjang yang menjadi tempat duduk untuk orang-orang yang sedang menunggu bus menjadi tujuan terakhirku karena tidak mungkin aku menunggu sambil berdiri. Ku lirik jam tanganku sudah 15 menit aku menunggunya.
"Sekarang jam 4.50 kalo 10 menit lagi dia belum datang lebih baik aku pulang." gumamku. Aku mulai lelah. Dan sekarang sudah pukul 5.00 aku memutuskan untuk meninggalkan tempat ini. Badanku lemas kakiku tidak mampu menompang tubuhku lagi. Seharusnya aku tidak terlalu berharap seperti ini. Ku hitung langkahku satu per satu berharap keajaiban datang.
"Stef." aku mendengar suara Samuel. Keajaiban datang. Aku menoleh kebelakang dengan senyuman yang lebar. Namun, senyumku memudar ketika aku melihat Samuel bersama seorang perempuan yang tak asing bagiku. Hatiku hancur untuk kesekian kalinya. Samuel berjalan mendekatiku. Aku ingin berlari sejauh mungkin. Perempuan itu dan Samuel menghampiriku. Tuhan tolong aku.
"Stefanny yaampun udah lama gak ketemu, gak nyangka kita bakal ketemu disini." perempuan itu memelukku dengan erat. Aku hanya tersenyum miris.
"Sorry gak bilang kalo gue sama Naura. Tadinya mau bikin surprise buat lo haha." ucap Samuel padaku.
"Surprise? Iya benar ini surprise sekaligus bom atom yang menghancurkan hatiku." ucapku dalam hati.
"Gak apa lagian udah lama ga ketemu Naura." jawabku sambil tersenyum.
       Dulu aku, Samuel, dan Naura adalah teman satu kelas. Tapi Samuel tak pernah melihatku dia justru jatuh cinta kepada Naura dan berjuang mati-matian untuk mendapatkan hatinya. Ketika aku berjuang untuknya, dia justru berjuang untuk orang lain. Aku sangat terkejut ketika Samuel berhasil mendapatkan hati Naura. Itulah yang membuatku memutuskan untuk mengambil beasiswa dan pergi menjauh dari Samuel. Tapi tetap saja aku masih belum bisa melupakannya hingga kita dipertemukan lagi oleh Tuhan. Seoul adalah saksi dimana aku bertemu dengan seseorang yang telah menghancurkan hatiku tapi tak pernah bisa untuk ku benci.

Halooo guys:D maaf banget ya baru di update haha. Ceritanya sedikit aku panjangin karena ada yang minta agar ceritanya dipanjangin^^ . Vote dan comment jangan lupa ya. Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk membuatku lebih baik lagi ♥♥
"Jangan lupa untuk menambahkan cerita ini ke perpustakaan supaya gak ketinggalan ketika aku mengupdate cerita ♥"

♥ Thank You ♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Day Without UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang