Queen Haura Raihanah.
Sesuai namanya, batin lelaki itu.
Haura. Gadis itu memang memiliki mata yang indah, begitu hitam, sementara wajahnya putih bersih dan pipinya kemerahan.
Sepasang mata kelam itu memandang ke bawah, dari lantai dua gedung serbaguna kampus, cukup menarik juga tausiyah yang disampaikan perempuan berkerudung lebar itu menjelang maghrib di acara penutupan semester akhir di awal Ramadhan. Setelah ini para mahasiswi akan bersalam-salaman sebelum kembali pulang ke daerahnya masing-masing untuk liburan.
"Sebentar lagi selesai, paling nanti setelah isya kita kelar beres-beres pak," Romi, asistennya yang mengendalikan tampilan slide background layar di belakang ustadzah muda itu memecah konsentrasinya.
"Bagaimana dengan peralatan yang di Gedung sebelah?,"
"Johan dan kru yang akan membereskannya...," kata Hafid, yang bekerja di bagian instalasi. "Semua berjalan lancar dan seluruh kegiatan kampus akan selesai , kita libur kan pak?,"
Lelaki muda itu mengerdikkan bahu. "Tergantung kamu Fid, kalau kamu mau pesangon lebaran kamu nambah, kita ada banyak schedule untuk menangani Event di acara Ramadhan....,"
Hafid tampak berfikir, "Wah, boleh juga pak....,"
Kampus Islami ini membuat dua acara bersamaan, satu diperuntukkan untuk mahasiswi dan di gedung sebelah, Abrisam Abiyyu Waldan, mahasiswa senior juga sedang memberikan tausiyah kepada para mahasiswa.
Haura dan Abiyyu.
Seluruh kampus mengidolakan mereka, gadis berprestasi yang di usia belia, 19 tahun, sudah menempuh S2 Magister Pendidikan Islam, sekarang di usianya yang ke 21 gadis itu sudah hampir menamatkan Thesisnya. Haura juga telah berkeliling ke banyak negara dalam menggali ilmu agamanya. Sementara Abiyyu, ustadz muda yang mulai kondang karena sudah sering tampil di televisi nasional, juga menjadi idola para mahasiswi. Keduanya sedang menempuh S2, berpestasi dimana-mana, bahkan para fans mereka, sering menjodoh-jodohkan keduanya, tapi Abiyyu adalah lelaki yang tenang dan kalem. Walaupun di setiap dakwahnya dia sering bercanda dan wajah ramahnya membuat setiap orang yang mengenalnya gampang menyukainya, tapi masalah perempuan, Abiyyu tidak begitu menanggapi. Sedang-sedang saja. Kalau ada mahasiswa yang menggoda. "By, dapet salam lho dari Haura...,". Biyyu hanya menjawab "Waalaikum salam," sekedarnya karena diapun tahu, seorang Haura tidak mungkin melempar-lempar salam seperti itu.
"Selesai sudah...," Romi melihat dari layar LCDnya, Haura menutup acara dan para mahasiswi mulai menaiki panggung untuk bersalam-salaman.
Lelaki itu menekan smartphonenya menghubungi Johan.
"Di GSG Al- A'la sudah selesai, bagaimana di sana Jo?,"
"Sudah selesai juga pak, setelah ini semuanya menuju ke masjid dan nanti acara ditutup di sana sampai Tarawih selesai oleh Kyai Abdullah Zaid...,"
Tak lama, lelaki bermata kelam itu menghubungi Koko, asistennya yang bertugas menjemput Kyai Abdullah, karena pak Kyai juga sesepuh dan salah satu pendiri Universitas Islam, maka Koko tidak perlu jauh-jauh menjemput karena para Dosen, Rektor sampai kepala Yayasan memiliki tempat tinggal di kompleks dosen tak jauh dari kampus.
"Sudah jemput Bapak Kyai, Ko?,"
"Sudah, pak Boss...on the way....Insyaallah semuanya lancar...,"
Lelaki itu menghela nafas. Mengucap syukur kepada Allah SWT yang sudah memperlancar semuanya.
"God Job!," Arsen, sahabat dan juga rekannya dalam bisnis Event Organizer ini, mengacungkan jempolnya.
---
YOU ARE READING
THE CHOSEN ONE
RomanceWarning ini bukan cerita Islami ya, mature content. Rupawan, hartawan, multitalented dan mendapat gelar mahasiswa paling sukses di Universitas Islam, belum tentu Aldrich Qalifa Reinald menjadi dambaan setiap wanita. Karena bagi Queen Haura Raihanah...