The Challenge

3.2K 150 0
                                    

[pic] Gisel!

*

Bagaimana untuk meyakinkanku? Mungkin kau terlebih dahulu harus bertanya pada dirimu, bagaimana kau sendiri meyakinkan diri?

Domi tersenyum miring ketika teringat kata-kata terakhir Carla--sebelum cewek itu mengusirnya dalam kebisuan yang tiba-tiba menaungi. Cih, percaya diri sekali dia? As if ada cowok yang benar-benar mau saja dengan cewek begajulan semacam dia.

Please, don't make me puke.

Sebuah panggilan di ponselnya menyelanya dari lamunannya. Diliriknya nama peneleponnya sesaat sebelum mengangkatnya dengan cepat. Sebuah senyum merekah di wajahnya meski ia tahu sang penelepon takkan bisa melihatnya.

"Hi, Baby..."

Nama penelepon itu adalah Gisel.

*

Sejak hari itu Domi mengunjungi rumahnya, Domi tak pernah sekalipun menampakkan batang hidungnya ataupun memberikan kabar lagi. Tidak barang pesan sesingkat apapun--seperti sebelum pertemuan terakhir mereka. Namun, kiriman buket bunga tak pernah absen mengunjungi rumahnya setiap pagi, dengan pesan yang hanya bertuliskan 'Morning, Sunshine!' dan nama pengirimnya 'DS'.

Carla tak perlu berpikir dua kali untuk menebak siapa.

Dominic Silvere.

"Cih, dasar perayu." gumam Carla ketika pagi itu kembali menerima buket bunga dengan pesan dan pengirim yang sama. Kirim bunga boleh setiap hari, giliran disuruh membuktikan perasaannya, langsung bungkam seribu bahasa.

Kepala Claire melongok tiba-tiba dari balik bahunya. "Hayo, sebenarnya ada apa sih denganmu dan si DS?"

Carla menghela napas lelah dan berbalik menatap Claire tak bersemangat. "Nothing."

"Loh, kok begitu? PHP, ya?"

"Nggak juga, justru karena ia terlalu mengumbar jadi terdengar palsu."

Claire terdiam tiba-tiba. "Bukannya ia sedang bersama Gisel?"

Carla menghela napas. "Aku sudah mengatakan hal yang sama, tapi ia menjawab bahwa itu dulu. Segalanya terlalu mudah dan terlalu mulus sampai rasanya tidak nyata."

"Oh, look at you..." Sebuah senyum menggoda terbentuk di wajah Claire dengan cepat, lalu dicubitnya pipi Carla hanya sesaat sebelum Carla menghindar. "Galau and all. You've fallen for him, now have you not?"

Carla melotot menatap adik kembarnya. "Mending kiamat aja. Percayalah, ma cherie Claire, busuk-busuknya dia itu aku yang paling tahu. Tipe cowok munafik dan beraninya omdo--a big no-no!"

"Lantas, ada apa dengan mendung yang menyelimutimu?"

"Aku cuma nggak mau kena sorot gosip-gosip nggak bener, Claire. Tentang dia datang ke rumah ataupun mengirimi bunga setiap hari. Deuh, aku masih ingin hidup tenang!"

Claire tertawa lepas mendengar jawaban Carla. Dikiranya Carla akhirnya tobat dan mencari tambatan hati lain sejak cowok terakhir yang menghancurkan hatinya bahkan tanpa cowok itu ketahui. Namun, ternyata Carla masih belum juga siap berpindah hati.

Carla melirik Claire yang tiba-tiba terdiam. "Apaan?"

Claire menggigit bibir ragu. "Masih teringat Cylan, ya, Car?"

Carla terdiam sebentar sebelum menjawab. "Sedikit. Tapi, bukan karena itu aku menutup diri, kok. Simply karena langkanya cowok nggenah jaman sekarang."

"Yeah..." Claire mendesah, lalu merangkul pinggang Carla. "Be strong, Dear..."

"Jangan menye-menye begitu, ya. After all, I'm strong enough even without a man beside me."

Tiba-tiba terdengar suara bel rumah mereka dibunyikan. Dan meski mereka berdua tahu siapa yang ada di depan sana, tak ada dari keduanya yang beranjak dari tempatnya.

"Jangan keras kepala begitu, Car. Sekuat-kuatnya kamu, segalanya akan lebih mudah dijalani jika ada seseorang di sebelahmu yang mendukungmu."

"Ya, ya, ya... Tuh, prince charming sudah datang menjemput. Have fun, Sayang! Make your day countable."

Claire mengambil tasnya, lalu beranjak ke pintu keluar diikuti Carla. "And your day, too."

Carla tersenyum, mengamati Claire dan Ian, cowoknya, menjauh dari pandangan, lalu menutup pintu.

Belum juga ia mencapai tangga, bel rumahnya kembali berbunyi. Berbalik, ia menggeleng-geleng membayangkan senyum bodoh Claire setiap kali kembali mengambil barangnya yang tertinggal.

"Hi."

Carla mengerjap bingung melihat siapa yang datang.

"Domi? Apa kerjamu di sini?" sungutnya tanpa mempersilakan cowok itu masuk.

"Menengokmu. You see, setelah berhari-hari tanpa kabar. You're torturing me to die!" Setengah tenaga Domi mendorong pintu rumah Carla agar terbuka sedikit lebar--agar dirinya bisa masuk. Tapi, refleks Carla lebih cepat dari dugaannya. Sebelum pintu itu membuka, Carla sudah menahannya dengan kaki kirinya.

"Carla, please?" mohon Domi sambil berusaha mengira-ngira apa yang ada di pikiran cewek itu hingga dengan sengaja tidak membiarkannya masuk.

"Kau tak ingat apa kata-kata terakhirku?"

"Apa?" Domi menatapnya clueless.

Carla membalas tatapan Domi dengan sebal. Yang begini yang katanya termehek-mehek oleh pesonanya? Who is he kidding, a fool? "Look, I'm sorry for breaking your bones, one or two. But, it's over, okay? Give me back my normal life."

"Kau ingin aku pergi, dan melupakanmu? Begitu saja? Itukah maksudmu? Tapi bagaimana mungkin, Carla!"

"Should be semudah kau melupakan kata-kata terakhirku?" bantu Carla pura-pura manis.

Domi tampak gelagapan sebelum menjawab. "Itu karena aku sedang linglung, lalu kau malah menanyaiku pertanyaan macam-macam! Kau tidak boleh--"

"Bye, Dom." selanya, muak oleh kata-kata bohong meyakinkan lainnya. Carla hendak menutup pintu, namun jemari Domi bertahan di daun pintunya.

"Kau tahu aku tak segan-segan menutupnya dan menggencet tanganmu." Carla menggeram penuh ancaman.

"Will you?" Domi menyeringai, meski peluh mulai membanjiri tubuhnya--hasil dari sekuat tenaga menahan pintu yang didorong Carla.

"For God's sake Dominic just stop being annoying and get out of my life!" teriak Carla kesetanan, membuat Domi sejenak mematung dibuatnya.

"Carla, sebenci itukah kau denganku? Aku akui aku sedikit terburu, dan tak pintar merangkai kata-kata merayu. Tapi, aku sungguh tulus dengan perasaan ini! Setidaknya, lihatlah diriku. Kau tak boleh memutuskannya sepihak saja!"

Carla sedikit terkejut oleh ucapan panjang lebar Domi yang cukup make sense di kepalanya. Tapi, ia memastikan kartu as takkan berpindah tangan kepada serigala berbulu domba itu. Maka, dengan subjektif, dibuatlah ancaman yang sedikit tak jelas itu.

"Baiklah, satu kesempatan lagi--make me impressed. Berhasil, maka akan kubiarkan kau merecokiku sesukamu. Gagal, dan kau harus segera angkat kaki dari hidupku."

Setelah itu, Carla benar-benar menutup pintunya dan menguncinya dari dalam. Membuat Domi terhenyak, bagaimana membuatnya terkesan tanpa boleh barang untuk menemuinya?!

Dasar cewek sinting!

Almost Over YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang