Terlalu munafik untuk tak bisa iri, terlalu pengecut untuk mengatakan bahwa gue tak bisa suka padanya, terlalu bermuka dua karena dihadapannya selalu berwajah manis seperti pada hati tak terjadi kejolak, itulah konflik batin yang terjadi pada diri gue. Ooh.. Tak ada kata lain yang bisa menggambarkan, betapa geregetnya gue, setiap kali meliahtnya, karena dia terlalu cantik, terlalu pintar, terlalu sering dipuji-puji dosen di kampus khususnya di kelas gue, terlalu banyak disukai dan digoda oleh para lelaki di kampus gue mungkin, apalagi dikelas gue ..hadeeeuh,, semua cowok keren dan ganteng, hampir semua mungkin hanya focus padanya, sepertinya yang lainnya hanya sebatas upil-upil yang bergelantungan tak penting. Sial, belum lagi sikap lembut dan manisnya yang tak bisa gue pungkiri, itu beneran melekat padanya, dia juga anaknya ramah, calm, anggun, baik, dan sangat-sangat charming bin menawan, tak heran semua cowok manapun yang melihatnya dengan sangat pasti dan yakin akan langsung terperangkap, jatuh hati padanya. Katakan saja, hampir tak ada yang kurang padanya, she is really perfect girl, jadi very very weird ketika gue bisa sangat tak menyukainya. You see lah, mungkin para wanita lain juga merasakan hal yang sama kaya gue jika dihadapkan wanita yang sumpahnya gak ada nilai minusnya ini, yaaa hanya saja tak ada yang berani mengakui ketidaksukaannya dengan tegas dihadapan mukanya, sehingga sama seperti gue, endingnya lebih tampak bermuka dua, bersikap seakan tak terjadi apa-apa dihadapannya padahal dibelakangnya hati panas seakan ingin meledak karena …… hmm… intinya whatever "GUE TETAP TIDAK SUKA DIA!"
*****
Tak terasa sudah memasuki semester 3. Sebuah kabar angin mengelebat lewat telinga gue dan yang lain, katanya hari ini akan ada anak baru pindahan Universitas Trisakti Jakarta. Tak lama menunggu tubuh jenjang dan atletisnya sudah muncul di pintu kelas gue, dosen linguistik pun langsung mempersilahkannya masuk dan memintanya memperkenalkan dirinya di depan teman yang lain. Dengan super pdnya anak itu memperkenalkan namanya, sebut saja, Alfano Rashi. Sedikit gue deskripsikan, cowok satu ini pun tak kalah keren dengan tiga cowok yang namanya selalu menjadi buah bibir di kelas gue, siapa lagi kalau bukan tiga cowok tampan bernama Rifal, Galang, dan Ranggi. Alfano dengan wajah baby facenya yang juga oval, mata yang besar dan tajam juga alisnya yang tebal dengan asesoris kumis tipis diatas bibirnya yang tampak seksi dan semakin membuatnya lebih kece, daan, tentu saja kelas ini menjadi lebih lengkap dengan ditambah 1 cowok keren lagi yang tak lain dia, tinggal bikin group aja deh mereka layaknya F4 F4 yang lagi ngetrend sekarang. Masih penasaran gue, mencari kurangnya dimana, dan iseng-iseng gue mencoba menemukan kekurangan itu dan ternyata, tak ada. Selain charming, penamilannya pun sangat keren, stylish, bersih dan rapi ditambah kulit putihnya itu. Gue sempat mikir, pasti orang sepertinya tak jauh beda seperti tiga cowok yang tadi gue sebut, jatoh-jatohnya selalu tengil, songong, dan pastinya bukan levelan gue. Hmm.. Btw btw apapun itu, yang pasti nih kelas akan semakin ramai juga dengan ocehan para geng beo yang selalu pada caper bin kecentilan gak jelas layaknya cacing kepanasan setiap kali dihadapkan sosok-sosok cowok keren, dan untuk membuktikannya, gue lirik 3 angle of gang beo, ternyata tak melesat perkiraan gue, dengan kata lain adalah benar, sikap genit mereka bertiga mulai on. Ok tapi whatever it is, perhatian Si Alfano yang selanjutkan gue prediksika hanya pasti akan menjurus pada sosok putri kayangan yang nyasar ke bumi, siapa lagi kalau bukan Citra Bunga Anggita. Gue pun tersenyum pahit menyadari satu kenyataan hidup yang sudah digariskan dititiknya masing-masing, karena semua lelaki tampan di dunia tampaknya hanya akan menjadi jatahnya saja, hahaha… gue baru sadar ternyata sifat gue selalu sama, tak berubah menggerutu sendiri didalam hati memberikan komentaran-komentaran yang memang hanya bisa gue ucapkan didalam hati. Ah sudahlah, just move on, bukan kepentingan gue juga, ini hanya tentang cerita-cerita levelan dewa dan dewi, gue disini sebatas bayang yang mampir sekelebat-sekelebat diantara para dewa dan dewi, hanya itu mungkin.
Oh! Apa ini, tuh cowok epertinya berjalan menuju tempat duduk di samping gue, gila masih 3 langkah saja wangi tubuhnya sudah tercium, sialan… berapa botol parfum yang dia habiskan, tidakkah berlebihan? Saat dia sudah duduk di samping gue, dia pun tanpa izin menatap gue penuh heran, dengan sebal dan sedikit minder gue merasa tak nyaman dengan tatapannya yang terkesaaaan…,ooough pokoknya sangat sangat tak nyaman, karena tanpa di komentari gue tau, gue ini jelek dan gue biasa saja, tak menarik, dia tak perlu aneh seperti itu dan mungkin bertanya didalam hatinya, mahluk apakah gue? Goood…goood..gue bener-bener gak nyaman dengan tatapnya itu dan spontan gue bilang "Apa lu liat-liat gue?" dengan ketus sambil sedikit melotot menatapnya dan diapun hanya menanggapi dingin kemudian segera memalingkan pandangannya, kemudian memperhatikan dosen di depan.