7. Perubahan yang abadi

24 3 0
                                    

Tak ada yang abadi di muka bumi ini, selain perubahan itu sendiri. Semua selalu berubah seiring berjalannya waktu. Malam itu, setelah makan malam dengan keluarga kecilnya, Adie memilih berdiam diri di ruang kerjanya. Merry tidak ingin menggganggu suaminya, dia mengira suaminya sedang menyiapkan materi meeting untuk besok. Merry memilih menonton drama Korea kesukaannya.

Adie sudah mengirim pesan ke Firda, namun hingga beberapa menit belum ada balasan. Pikirannya tiba-tiba melayang ke masa lalu. Setelah kejadian besar yang merubah kehidupan keluarganya, saat kesulitan ekonomi memaksa ayahnya merelakan menjual satu-satunya rumah yang mereka tempati. Keluarga Adie harus hijrah ke ibu kota karena sang ayah mendapat pekerjaan baru di Jakarta. Karena krisis ekonomi yang menimpa keluarganya, sebagai anak laki-laki satu-satunya Adie memilih melanjutkan ke program politeknik Industri, dengan harapan sesuai keterampilan yang dimiliki dia bisa langsung bekerja dan tidak memberatkan orang tuanya. Adie kuliah sambil bekerja part time. Dia bisa membiayai sendiri kebutuhannya sehari-harinya, dan tidak pernah menyulitkan orang tuanya.

Setiap sore pukul tiga, Adie sudah memakai pakaian kerja. Dia bekerja hingga pukul sembilan malam. Tentu hal ini membuatnya sangat lelah. Ditambah lagi tugas-tugas kuliah yang menumpuk dan baru bisa dia kerjakan setelah sampai di rumah. Meskipun tidak tergolong mahasiswa berprestasi, untuk ukuran remaja Adie layak untuk dijadikan contoh. Kesulitan ekonomi keluarganya tidak membuat Adie putus asa. Dia berjuang agar terus bisa melanjutkan kuliah dan mengisi hari-harinya dengan berbagai kegiatan positif.
Semua teman-temannya tidak pernah tahu mengapa Adie selalu pulang tepat waktu. Mereka hanya tahu jika Adie harus membantu keluarganya. Bahkan Adie hampir tidak pernah menghabiskan waktu remajanya hanya untuk mengerjakan hal-hal yang tidak berguna.
Kesibukan itu yang membuat Adie tidak sempat menghubungi Firda.
Lebih tepatnya dia sengaja menghilang, dan enggan memberi kabar, karena tidak ingin sahabatnya tahu kesulitan yang dihadapinya.
Meskipun demikian dia masih mengingat dan memikirkan sahabatnya, tanpa sepengetahuan Firda, dia selalu mencari tahu apa yang terjadi dalam hidup Firda. Adie menanyakan perkembangan sahabatnya dari teman mereka berdua.

Sari teman satu kampus dan satu tempat kost namun beda jurusan dengan Firda. Sari selalu menginformasikan kegiatan Firda lewat pesan singkat, jika Adie menanyakannya.
Tidak saling memberi kabar, namun bukan berarti saling melupakan.
Tidak saling bertemu bukan berarti tidak merindu. Adie berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu saat setelah semua mendekati apa yang dia mimpikan, dia akan menemui Firda dan menyampaikan apa yang tersimpan dihatinya selama ini. Walau Adie tidak pernah tahu apa yang ada dipikiran Firda tentangnya, namun dia berharap semua berjalan seperti keinginannya.

Selama ini, dari cerita yang diperolehnya, Adie yakin jika Firda tetap sahabatnya seperti lima tahun lalu. Firda masih mengingatnya dengan baik, bahkan beberapa kali menanyakan keberadaan dia kepada Sari. Namun dia selalu melarang Sari untuk memberitahukan apapun kepada Firda. Tahun terakhir kuliahnya Adie semakin rajin menyelesaikan tugas proyek terakhirnya. Dia harus lulus tepat waktu dan segera menemui Firda. Satu hari setelah acara wisuda di kampusnya, dia meminta ijin ke orang tuanya agar diperbolehkan pulang ke Jawa Timur.
Tentu saja tujuan utamanya adalah menemui Firda.
Dengan berbekal alamat yang diperoleh dari Sari, Setelah perjalanan menggunakan kereta api selama 18 jam, sampailah dia di tempat kost Firda. Kedatangannya tentu untuk memberikan kejutan kepada Firda, namun sebaliknya dialah yang terkejut karena hari itu bertepatan dengan 2 hari sebelum keberangkatan Firda KKN. Sehingga apa yang telah direncanakan tidak bisa terlaksana sebagaimana mestinya.
Saat pertama kali melihat wajah tirus dan tubuh langsing sahabatnya, ingin sekali memeluknya dan meminta maaf karena telah menghilang selama dua tahun. Hal itu tidak dilakukannya, karena dia tahu Firda akan sangat terkejut. Mata gadis itu menatap tajam ke arahnya, dia tahu jika Firda juga sangat merindukannya. Saat Firda menanyakan apa yang telah terjadi, Adie memilih diam, dia bingung untuk memulai cerita dari mana. Akhirnya seperti biasa dia lebih suka mendengarkan cerita sahabatnya sambil sesekali menimpali dengan gurauan yang membuat Firda menampakkan lesung pipinya.
Adie selalu suka saat Firda tersenyum, perjanan panjang dan melelahkan selalu tak berarti setelah dia melihat lesung pipi itu.
Sejujurnya sejak SMA dia sering membuat lawakan yang bertujuan agar bisa melihat Firda tersenyum.

Hingga selesai makan malam berdua, Adie  belum mempunyai cukup keberanian untuk berbicara kepada Firda. Tentang tujuannya menemui Firda kali ini. Entah apa yang menghambatnya, setiap kalimat yang telah disusun rapi tercekat dan tenggelam di tenggorokannya sendiri. Akhirnya Adie kembali ke hotel tempat dia menginap dengan langkah gontai. Tidak ada yang berubah pada diri Firda, meskipun dia tidak menjelaskan apapun Firda memahaminya, itulah yang membuat dia tenang bersama Firda. Gadis itu tak pernah memaksanya melakukan hal yang tidak ingin dilakukan. Gadis itu sangat sabar dan bisa memposisikan diri. Itulah yang terpenting kesabaran Firda menunggu kabar darinya, dan meskipun dikampusnya Firda cukup terkenal sebagai mahasiswa papan atas dengan banyak prestasi dan dengan wajah yang cukup manis, hingga saat ini Firda tidak pernah menanggapi serius teman laki-laki yang ingin mendekatinya. Dan Adie selalu merasa tenang dengan sikap Firda tersebut. Adie yakin apa yang dia rasakan sama seperti yang Firda rasakan.

Pagi itu dia tahu bahwa Firda akan berangkat KKN. Namun dia terlambat datang ke tempat kost Firda. Akhirnya Berbekal informasi dari Sari, dia menyusul Firda ke kampus. Sambil terus berjalan Adie memohon pada tuhan agar bisa bertemu Firda. Dan seolah mengabulkan do'anya Tuhan menurunkan hujan. Sehingga Adie bisa melihat seorang gadis sedang berteduh. Untungnya dia selalu membawa payung, sehingga bisa mengantarkan Firda ke lapangan tempat seluruh mahasiswa yang akan KKN berangkat.

Meskipun hanya dua puluh menit bertemu, dia sangat bahagia. Iring-iringan bis mulai bergerak perlahan,  melihat bis yang membawa tubuh kurus Firda menghilang di ujung jalan, Adie merasa ada ruang yang hilang dihatinya. Dia masih sempat melihat Firda menunjukkan handpone sebagai isyarat agar dia mengirim pesan. Adie lupa memberikan nomor teleponnya yang baru. Harusnya dia memberikan Kemarin saat bertemu, sehingga Firda bisa menghubunginya lebih dulu.

Kenapa aku tidak mempunyai keberaniaan untuk berbicara. Bagaimana jika terjadi sesuatu selama dua bulan ditempat yang jauh terpencil. Gumam Adie dalam hati. Adie tidak bisa mencari informasi karena tidak seorangpun yang dikenal oleh Adie.
Berbagai pikiran yang berkecamuk saat itu, namun untuk mengirim pesan singkatpun Adie enggan karena khawatir memgganggu konsentrasi Firda. Itulah Adie yang terlalu penuh pertimbangan untuk melakukan suatu hal. Dan akhirnya hanya penyesalan yang selalu datang terlambat.

Puzzle Yang Tak BerbentukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang