18

2.2K 379 31
                                    

Jisoo berusaha untuk tidak tertidur di boncengan Taeyong namun rupanya rasa kantuk yang memenangkan pertandingan menahan kantuk pagi itu.

Akhirnya saat mereka sampai di sekolah, Taeyong mau tidak mau harus membangunkannya. Ia merasa tidak enak pada gadis itu; namun dalam hati ia ingin menggendongnya.

Namun jika ia ingin membangunkan gadis itu, bagaimana caranya? Tangan Jisoo melingkar di pinggangnya, dan itu membuatnya sedikit kesulitan.

Akhirnya pelan-pelan ia melepas pelukan Jisoo dan turun dari motor, berusaha memastikan Jisoo masih bersandar di tubuhnya. Lalu pelan-pelan ia menurunkan Jisoo.

Dan akhirnya, di parkiran itu mereka berpelukan, dengan Jisoo yang tidur, bersandar dengan nyamannya di dada Taeyong.

"Heh, bangun," ujar Taeyong sambil menusuk-nusuk pipi Jisoo. Jisoo hanya diam.

"Mmhmㅡ harum..." igau gadis itu. "Taeyong diem... jangan ganggu..."

Taeyong menahan tawanya. Gadis itu sangat lucu saat mengigau.

"Woi, gembul. Bangun,"

"Mmm guling siapa sih ini..."

Inner Taeyong menjerit gemas. Ini pacar lo, woy! Bukan guling!

Lama-lama cowok itu gemas juga. Ia melepas tas Jisoo dan meletakkannya di bahunya. Kemudian ia membopong Jisoo.

Udah terlanjur kesel, mending begini daripada diomelin Hanna gara-gara telat doang.

Sesampainya di kelas, ia dipelototi oleh seisi kelas.

"Lo kemana aja hah?!" teriak Hanna. Taeyong menatap Hanna malas kemudian matanya menunjuk kearah Jisoo yang masih tertidur lelap. "Oh sori."

"Kebiasaan nih lu, tiati jangan kebanyakan galak," tegur Johnny. "Jodoh lu mundur ntar,"

"Haelah emang lu tau jodoh gue siapa?"

"Bukan urusan gue sih,"

"Ngeselin lu, John."

Cowok blasteran itu hanya menaikkan bahunya santai. "Gue tunggu traktirannya, Yong."

Giliran traktiran ae laju, lu! omel Taeyong dalam hati. Namun ia cuek saja, membawa Jisoo ke salah satu kursi.

"Woy, gembul. Bangun gak lu"

Jisoo menolehkan kepalanya tiba-tiba, hal itu membuat keningnya mencium dinding. Gadis itu tersentak dan matanya melebar saat menyadari bahwa ia sekarang sudah di kelas.

Di depannya ada Taeyong yang menahan tawanya. "Ngantuk banget, Jis?"

"Mati aja lu,"

ㅡ♡ㅡ

"Akhirnya selesai juga~" ujar Jihyo riang, gadis itu melepas bandananya kemudian menyisir rambutnya dengan jarinya.

Jisoo menghela nafasnya. Ia melirik kearah Jihyo. "Woy, menurut lo kalau gue dandan gimana?"

Jihyo yang sibuk merapikan pakaiannya menatap Jisoo heran. "Lo bukannya biasanya juga dandan?"

"Lah lo kira selama ini gue ngikut kalian ke wc buat dandan? Gue cuma nontonin lu semua, sekalian cuci muka doang."

Jihyo menepuk keningnya. "Kenapa gak bilang dari awal, sih?"

"Lah kenapa?" tanya Kei yang baru saja kembali, membawa beberapa kardus tidak dipakai.

"Jisoo katanya mau dandan,"

"Lhoㅡ"

"Dia cuma ngikut kita doang ke toilet, ga ngapa-ngapain."

Kei hanya manggut-manggut. Sedangkan Jisoo menatap kedua sahabatnya itu memelas. Gadis itu bahkan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

"Ajarin gue dandan. Plis."

Jihyo membongkar isi dompet besar yang dikeluarkan Jisoo. Ia melihat isinya kemudian menatap Jisoo. "Ini semua punya lo?"

Jisoo mengangguk.

"Tapi apa motivasi lo buat dandan?" celetuk Hayi sambil menggaet lengan Jennie. Jisoo terdiam. Ia menatap keempat sahabatnya bingung kemudian mengulum bibirnya.

"Umm... karena gue pengen?"

"Bukan karena pengen cantik di mata Taeyong?"

Wajah Jisoo memerah. "E-Engga!"

Hayi menggoda Jisoo. "Ngaku aja ah~"

Jisoo mengerucutkan bibirnya kesal. "Sebenarnya... dikit sih..."

"I'll take it as yes! HAHAHAHAHAH!"

Jihyo membekap mulut Hayi. "Kebanyakan ketawa lo."

Tiba-tiba Eunha berlari kecil kearah mereka. "Jisoo, dicari sama Bobby. Katanya disuruh ke pinggir lapangan basket,"

Jisoo yang tengah tertawa langsung terdiam. Ia menghela nafasnya. "Boleh bawa temen ga?"

Eunha menaikkan bahunya. "Gue gak tau, tapi..."

"Na, udah? Ini bunda nyariin katanya mau bikin kue bareng?"

Jihyo, Jennie, dan Hayi menyeringai, menggoda Eunha yang wajahnya memerah padam. "T-Tunggu bentar, ya!" pekik Eunha panik.

"Eleuh, eleuh. Udah sampe ke orangtua, jauh bener padahal baru jadian, Na," goda Hayi. "Gak nyangka gue lo jago merebut hati calon mertua?"

Wajah Eunha semakin memerah. "A-Apaan sih, ih... Udah ya aku duluan! Bundanya Mingyu kalau ngambek susah dibujuk, ih! Daaah!"

"Kenapa gue justru makin iri sama mereka berdua," keluh Kei. "Kapan ada cowok kayak dia, ya?"

"Mending temenin gue deh.." rengek Jisoo. "Gue mana bisa bawa Taeyong. Yang ada ribut, lagi!"

"Iya juga, sih. Udah yuk, kita temenin Jisoo!"

Sesampainya di pinggiran lapangan basket, Jisoo mendapati Bobby yang tengah baru selesai main basket. Cowok itu menyeka keringatnya, yang rupanya membuat beberapa gadis disana menjerit histeris. Jisoo menghela nafasnya. Cowok yang dengan sengaja nyaris membunuhnya ini digilai oleh gadis-gadis di sekolahnya? Gila saja.

"Hei," sapa Jisoo. Dalam hati ia menyesal tidak mengajak teman lelakinya, karena ia kesal sekali. "Gue mau kasih jawaban, tapi..."

"Berdua aja boleh?" potong Bobby. Jisoo menoleh kearah keempat sahabatnya. Mereka berempat mengangguk, lalu berlari menuju tiang bendera. "Jadi?"

"Sori, gue gak bisa. Ada orang lain yang menjadi prioritas utama gue." balas Jisoo. "Pacar gue."

Bobby menatap Jisoo tidak percaya. "Pacar?" ujarnya lirih, nyaris tidak bersuara. "Siapa?"

"Siapapun dia bukan urusan lo, kan? Lagipula gue rasa, lebih baik gue membuka lembaran yang baru daripada membuka lembaran lama," balas Jisoo dingin.

"Maksud lo?" balas Bobby, wajahnya terlihat bingung. "Gue ga ngertiㅡ"

Jisoo mencengkeram kerah seragam Bobby. Ia menatap cowok itu tajam. "Satu tahun yang lalu," ujarnya dingin. "Kenapa waktu itu lo dorong gue ke tengah jalan?"

ㅡ#ㅡ

MAMPYUS LU MAMPYUS LU

lots of love || taesoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang