Ch 1 : The Name of The Unknown You

2.4K 200 41
                                    

Jungkook bersumpah ini bukan sepenuhnya kesalahan yang ia perbuat. Dirinya bukan berusaha mengelak dari tanggungjawab, tetapi untuk kesekian kalinya ia selalu menjadi pihak yang dikambinghitamkan untuk semua masalah yang terjadi. 

Pria paruh baya yang ada di depannya adalah salah satu sumber masalahnya. Ia mencoba untuk berpikir positif, barangkali pria itu nantinya akan berubah dan memperlakukannya dengan lebih baik. Namun harapan tinggallah harapan. Karena Jungkook selalu diam dan mengalah, pria itu justru kian semena-mena. 

"Kau tahu salahmu apa? Kau membuatku malu! Kalau atasan sampai tahu, mati aku!" Pria itu mengambil sebilah penggaris. Ia mengetuk-ngetuk mejanya dengan benda itu.

Jungkook memilih berdiam diri selagi bersikap awas. Ia sudah jadi objek pukul selama 1,5 tahun, hingga kebiasaan buruk ini telah dihafalnya di luar kepala.

Ia paham benar ini bukan kesalahannya sendiri. Kalau saja pria itu tak menyuruhnya pergi, ia juga tak akan membuat kesalahan seperti ini. Hanya saja, semua masalah yang muncul dibebankan padanya seorang, sedangkan sang ketua tim tak pernah merefleksi tindakannya yang kurang perhitungan.

Semua ini terjadi karena Jungkook adalah yang termuda di tim. Ia lolos ujian kepolisian di usia yang tergolong belia dengan nilai hampir sempurna. Bakatnya yang membuat iri banyak orang menjadikannya sasaran bully rekan satu divisinya.

Ketua tim yang seharusnya mengayomi tak ada bedanya, justru lebih buruk. Pria itu selalu menggertak untuk masalah-masalah kecil. Terkadang meski Jungkook tak bersalah sama sekali, pria malang itu akan selalu diberi hukuman, sedangkan pihak-pihak yang seharusnya bersalah justru dibiarkan pergi.

"Maafkan saya, Pak. Saya berjanji tidak akan mengulanginya." Jungkook membungkuk sedikit lebih dalam. 

"Maaf? Kau itu bisanya cuma bisa minta maaf saja. Pikirkan juga karirku ke depannya. Kalau anak pembuat onar sepertimu terus ada di timku, bagaimana mungkin aku bisa naik pangkat?" Pria itu mengetukkan penggarisnya dengan lebih keras. Terdengar rasa gelisah di balik kata-katanya yang bernada marah. 

Jungkook menghela napas dalam-dalam, mencoba untuk bersikap lebih sabar. Kepalanya masih menunduk pasrah, berharap proses ceramah panjang ini berakhir segera. 

Setelah setengah jam pria itu menyumpah serapah, membanding-bandingkan Jungkook dengan putra satu-satunya yang saat ini sudah menjadi manager di suatu perusahaan besar dan berlagak menasehati dengan seabrek kata-kata mutiara, akhirnya Jungkook diijinkan kembali ke tempat untuk menulis surat permohonan maaf. 

Pria muda itu hanya menatap kosong pada layar laptopnya. Ia terlalu hafal dengan apa yang akan ditulisnya, bahkan sudah ada draft khusus yang disimpannya sejak lama―cukup efektif karena bisa digunakannya kembali. Ia hanya berpikir sudah berapa kali dirinya dimarahi dalam sebulan ini? Tiga? Tidak, ia rasa sudah empat lima kali. Jujur saja, Jungkook merasa lelah. Prestasinya juga minim sejak ia ditugaskan di kantor daerah. Rekan kerja maupun ketua timnya sendiri tak memberinya kesempatan untuk berkembang. Ia hanya ditugaskan untuk hal-hal kecil kecuali jika ada kasus besar yang membutuh banyak tenaga, barulah ia diikutsertakan. Pada saat itu pun, rekan kerja yang selalu iri padanya akan serta merta menghalangi atau memfitnahnya dengan hal-hal fiktif hingga Jungkook tak mendapatkan hasil dari kasus yang ditanganinya. Sekeras apapun dirinya berusaha, pria itu tetap berjalan di tempat.

Apakah ini benar-benar pekerjaan yang dulu diidam-idamkannya? 

***

Malam itu terasa cukup dingin. Meski sang polisi muda sudah mengenakan mantel tebalnya, rasa dingin tetap menyapa kulitnya, membuat bulu kuduknya beberapa kali meremang. Musim gugur telah mendekati akhir. Ia membutuhkan mantel baru yang lebih tebal. Kedua matanya terpaku pada sebuah toko yang mulai memajang koleksi musim dingin. Ada rasa untuk membeli beberapa potong pakaian hangat di sana, tetapi kondisi keuangannya sedang menyedihkan bulan ini hingga ia memilih kembali berjalan, menyusuri trotoar yang mulai sepi dan meredam keinginannya itu.

The Message You Never Told [KookV/KookTae] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang