"Tolonggg...tolonggg...tolonggg!"
"Lo yang ngebunuh gue, lo harus tanggung jawab!"
"Tunggu aja gue akan balas dendam. Gue bakal bikin kehidupan lo sengsara lebih dari yang lo lakuin ke gue."
***
"Aaaaaakkkkkkkkkkkkkkkk!"
"Hufffttt, ini cuma mimpi, ini cuma mimpi," ia menenangkan dirinya.
Matahari sudah muncul menerangi langit. Menandakan bahwa setiap manusia harus melakukan aktivitasnya. Begitu pula denganku.
MOS (Masa Orientasi Sekolah) akan dimulai hari ini. Tahun ini, aku menuju ke satu tingkatan yang lebih atas, yaitu SMA.
"Pokoknya gaboleh ada yang ketinggalan. Kalo gak berabe gue ntar. Topi kerucut, rambut kepang, papan nama, kaos kaki, oke udah semua!" Ocehnya sendiri.
Saat dirasanya sudah lengkap, ia turun ke bawah untuk sarapan. Jam menunjukkan pukul 6:15. Masih u terlalu pagi untuk berangkat sekolah.
***
Setelah selesai makan, ia berangkat ke sekolah membawa mobilnya sendiri. Saat tiba disekolah, ia memarkirkan mobilnya di cafe depan sekolah. Memerhatikan murid-murid yang menggunakan peralatan MOS seperti yang ia lakukan.
Beberapa senior-senior alias kakak kelas, berdiri di gerbang sekolah untuk mengecek apakah perlengkapan yang kami bawa lengkap atau tidak.
Saat giliranku tiba, kakak itu menatapku dari atas sampai bawah secara berulang-ulang.
"Kak peralatan MOS aku lengkap kan?" Tanyaku mulai kesal diperhatikan.
Tapi ia tidak menjawab pertanyaanku itu. Refleks aku berteriak tepat di depan wajahnya. Dan dia baru tersadar dan memperbolehkan aku masuk ke dalam.
Ada beberapa murid yang menatapku heran. Dan melemparkan tatapan 'bodo amat' pada mereka. MOS pun akhirnya dimulai dengan sambutan dari Ketua Osis yang menurutku gak ada manfaatnya.
Semua murid baru diberi tugas oleh Anak Osis untuk meminta nama, tanda tangan beserta jabatan kakak kelas yang berpengaruh disekolah itu.
Murid yang cowok harus minta punya kakak kelas cewek. Sedangkan sebaliknya, yang cewek minta punya kakak kelas cowok.
"Wetts bro, kesempatan nih dapat kenalan wewek cantik," aku mendengar seorang cowok berbicara dengan teman disampingnya.
"Iya nih, gasabar gue sekalian nomor telepon nya bisa kali," jawab temannya lalu mereka tertawa.
***
Gue menghela nafas. Entah siapa yang harus gue minta tanda tangannya. Disaat semua murid sibuk nyari ttd seperti yang disuruh oleh anak osis, gue cuman duduk dibangku taman sendirian.
Tempat ramai adalah salah satu tempat yang dari dulu gue hindari. Gue benci suasana ramai. Karena disuasana ramai gue ngerasa sepi dan sebaliknya.
"Gue harus dapet ttd nya, target gue anak osis sama beberapa anak organisasi. Soalnya setau gue anak osis cowok kecuali sekretarisnya," kataku pada diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Exchange
Teen FictionPertukaran Jiwa? Apakah ada hal seperti itu di dunia ini? Menurutku "MUSTAHIL!" tapi itu terjadi di dalam hidupku. Aku bertanya pada diriku sendiri. Adakah teori yang mengungkapkan teori pertukaran jiwa? Itu semua masih menjadi misteri dalam hidupk...