tuk tuk tuk tuk
Shinwon menundukkan kepalanya dalam-dalam, tidak berani menatap Hwitaek yang duduk disebrang meja sambil mengetukkan jarinya di meja kayu.
"Aku tidak membayarmu untuk menggoda adikku"
"--- Ya, aku tau adikku yang mulai. Tapi kau harusnya bisa menolak, bukan malah menikmatinya"
Shinwon yang tadi hampir membuka mulut protes kembali menutup mulutnya dan semakin menundukkan kepalanya. Darahnya sudah berkumpul dikepala dan berhenti diwajahnya.
"Bagaimana ciuman amatir adikku?"
Hwitaek sudah berdiri disamping Shinwon dan mengangkat dagu Shinwon dengan telunjuknya.
"T-tuan sa--- "
"Kau menyukai Wooseok?", Hwitaek kembali memotong perkataan Shinwon. Matanya menatap mata Shinwon yang bergerak gelisah.
"Kemajuan Wooseok sangat bagus jadi aku tidak mau adikku kembali seperti dulu jika dia tahu kau hanya memberinya harapan kosong", Hwitaek melepaskan dagu Shinwon dan berjalan kembali ke tempat duduknya.
Shinwon meremas kepalan tangannya diam-diam. Dia kesal, marah, malu, bingung karena Hwitaek tidak membiarkannya bicara dan karena Hwitaek mengingatkan Shinwon tentang perasaan tak nyamannya pada Wooseok. Rasa sayangnya pada Jung Wooseok diawal terasa seperti rasa sayangnya pada kakaknya. Tapi perlahan Wooseok terlihat berbeda dan rasa nyaman didadanya saat berada disekitar Wooseok terasa menamparnya. Dia tidak lagi menganggap Wooseok hanya sebatas big baby. Shinwon sadar akan hal itu.
"Keluargaku memang tidak mempermasalahkan hubungan sesama jenis, tapi Wooseok dari awal sudah berbeda dari keluarga Lee", Hwitaek menghembuskan nafas berat sebelum kembali melanjutkan perkataannya.
"Aku tidak bisa membiarkan Wooseok disingkirkan setelah dia berhasil mengontrol dirinya", hembusan nafas berat kembali keluar dari paru-paru Hwitaek.
"Kuharap kau mengerti maksudku Go Shinwon"
♧♧♧
Shinwon menatap kertas kecil ditangannya. apa yang harus dikatakannya pada Wooseok? anak itu benci perubahan, dan dengan kejam si presdir tak tahu diri itu menyuruhnya berhenti kerja dan menyampaikan sendiri pada Jung Wooseok.
"ah aku bisa gila. presdir Lee benar-benar keterlaluan! kusumpahi jadi perjaka tua dia!"
"kalau dia jadi perjaka tua, lalu nasibku bagaimana?"
Shinwon mengutuki mulutnya dalam hati karena bicara sembarangan di rumah ini. suara yang muncul dibelakangnya sudah pasti milik Hongseok. dengan canggung Shinwon berbalik dan tersenyum pada Hongseok yang dibalas senyum tipis.
"habis dimarahi lagi?", psikiater muda itu mendekat.
Shinwon mengangguk sambil menghela nafas berat.
"diktator itu melihatku daan Wooseok berciuman dijalan", Shinwon menunduk menyembunyikan wajah frustasinya dari Hongseok.
"lalu? kamu disuruh berhenti?"
Shinwon mengangguk lesu.
"kamu iyakan?", Hongseok memijat pelipisnya lelah saat melihat Shinwon kembali mengangguk.
"biar aku yang bicara pada si tua itu", Hongseok sudah akan pergi kalau tidak ditahan Shinwon. Hongseok menatap Shinwon bingung.
"sudahlah hyung, Lee sajang punya hak melakukan itu. selain karena memang dia yang membayarku, dia juga walinya Wooseok. aku hanya orang luar", Shinwon tersenyum pahit pada Hongseok yang memutar bola matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Beast
FanfictionShinwon yang cuma lulusan SMA dipaksa kakaknya melamar pekerjaan disebuah mansion sebagai pengurus anak autis. "Orang kaya mana yang menggunakan pamflet untuk mencari pengurus anak terbelakang"_ Yanan sahabat Shinwon. WARNING: boyxboy! WooseokxShin...