Part 12

1.2K 217 22
                                    

Angin yang berhembus cepat membawa gumpalan awan abu-abu menyatu sempurna sampai menutupi langit siang ini. Pertanda akan hujan mungkin sore atau bahkan sebentar lagi. Dan kalau dilihat- lihat, sepertinya hujan nanti akan berlangsung lama dan awet dengan intensitas yang tidak terlalu lebat. Seseorang didalam gedung tinggi menatap langit dalam diam sambil mendesah kecewa.

"Kampret! Kenapa mendung gini sih?" keluh Galih saat ia melihat awan gelap dibalik kaca jendela kantor.

Bayu yang sedang makan gorengan disamping Galih malah cekikikan melihat raut wajah Galih yang mendadak mendung seperti awan gelap yang sedang di 'maki' Galih.

"Kok lo ngedumel?"

"Ya kalo hujan gini, tau gitu kan gue tadi bawa mobilnya Gia aja."

"Kenapa emangnya kalo hujan? Takut basah? Mas Galih atut pilek?"

"Gue janji mau anterin Asta pulang hari ini, Bay. Kalo hujan gini gimana gue mau anterin Asta coba? Mana tega gue ngeliat dia basah-basahan kena hujan naik motor gue? Nanti Asta malah sakit. Ah elah, mobil gue pake ngambek segala sih!"

Bukannya iba, Bayu malah terbahak mendengar Galih mengomel sendirian.

"Bantuin gue mikir jangan makan sama ketawa aja lo, Bay!"

"Sebelum gue kasih solusi, gue mau nanya dulu sama lo, Gal." tiba-tiba suara Bayu berubah serius.

Galih menoleh ke arah Bayu penasaran dengan apa yang ditanyakan sahabatnya itu. Seserius apa pertanyaan yang akan ditanyakan Bayu sampai membuat suara Bayu mendadak terdengar jauh lebih dalam dan tegas.

"Lo udah nentuin pilihan?"

Galih tersenyum singkat sebelum menjawab pertanyaan Bayu. Ia sudah memikirkan ini semua sebelum ia memutuskan untuk 'berbaikan' dengan Asta.

"Udah, Bay. Kalo belum, gue nggak akan nyoba memperbaiki hubungan gue sama Asta kayak gini."

"Jadi, Asta?"

"Gue sadar kok gue bego kebawa perasaan nostalgia sama Thya cuma gara-gara Asta sulit buat dikejar. Gue terlalu nikmatin gimana 'gampangnya' gue sama Thya jalan dan ngelakuin banyak hal dibanding perjuangin hubungan gue sama Asta."

Bayu mengangguk senang dengan pernyataan Galih barusan.

"Silly banget emang kalo gue pake alesan ke-distract karena Asta mendadak ngejauh."

"Emang! Cupu lo, Gal!"

"Lo nggak nasehatin gue sih selama ini! Temen macem apa lo?"

"Harusnya lo nggak usah sebego itu sampe harus di nasehatin! Kelamaan jomblo sih, jadi gitu otaknya kalo dideketin dua cewek sekaligus. Maruk!"

Galih terkekeh mengiyakan. Setuju dengan kalimat menohok Bayu barusan yang tepat sasaran. Terlalu bodoh rasanya kalau Galih sampai berkutat lagi dengan masa lalunya yang sudah berlalu, sudah ia lupakan dan memang tidak akan pernab ada masa depannya. Entah berapa lama lagi ia harus menunggu seseorang seperti Asta kalau kali ini melewatkan kesempatan untuk bisa bersama Asta hanya demi nostalgia semu.

"Gal, lo pake aja mobil gue tuh buat nganterin Asta pulang." kata Bayu.

Galih membuka lebar matanya. Matanya berkilat semangat.

"Serius lo?"

Bayu mengangguk.

"Tumben banget lo dermawan gini! Thank you, Bay!" Galih berterima kasih dengan tulus, lalu tubuhnya maju hendak memeluk Bayu. Dengan sigap Bayu mundur dan menjauhkan dirinya dari Galih.

Falling In Love At a Coffee ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang