Nit... nit... nit...
"Huuh dasar menyebalkan."
BRAK
Aku menjatuhkan alarm brengsek yang mengganggu hibernasiku. Alarm itu kuletakkan di atas meja belajar dan kini dia tergeletak di atas lantai kamarku.
Nit... nit... nit...
"Iya-iya aku sudah bangun."
Kataku sambil menggapai alarm. Alarm itu ternyata masih gigih menjalankan tugasnya guna membangunkanku meski aku sudah menjatuhkannya ke lantai. Dan setelah kupencet 'tombol diam', alarm itu akhirnya tutup mulut juga.
06.45 AM
Halah masih pagi mending aku tidur lagi saja. Aku ingin melanjutkan mimpi indahku yang sempat tertunda gara-gara raungan alarm payah itu.
Eh... tunggu masih pukul 06.45 pagi kan? Aku mengechek alarm lagi dan ternyata benar masih pukul tujuh pagi kurang lima belas menit. Ini hari apa ya? Aku lalu memicingkan mata untuk melihat kalender yang sudah kucorat-coret dengan spidol merah. Hmm... hari Senin. Lanjut tidur lagi ah.
Eh... tunggu... HAH hari Senin? Dasar bodoh kenapa aku bisa lupa?
Aku lalu beranjak bangun dari kasurku yang sudah aku anggap sebagai pacarku sendiri. Bergegas aku mengambil handuk dan mandi.
Byar... byur... byar... byur... masa bodoh wangi atau tidak wangi, bersih atau tidak bersih, aku harus bergegas. Hari ini adalah hari pertama aku sekolah di kelas 2 SMA. Aku harus cepat jika tidak ingin terlambat dan dihukum Guru Botak itu.
Aku lalu mencomot roti tawar yang ku olesi dengan selai strawberry sekenanya sebagai sarapan. Lalu ku kunci apartemenku dengan tergesa.
Aku berlari sekencang-kencangnya menuju sekolah karena bus sekolahku sudah lewat dari tadi. Ku lirik arloji di pergelangan tanganku. 07.00 AM. Sial!! Aku hanya punya waktu 15 menit untuk sampai ke sekolah dengan tepat waktu.
Lokasi sekolahku berada agak jauh dari apartemenku. Namun demikian aku tidak putus asa dan terus berlari meskipun peluh memenuhi seragamku dan ulu hatiku serasa tertusuk-tusuk.
Hosh... hosh... hosh...
Akhirnya sampai juga, aku berhasil memasuki gerbang sekolah tanpa terlambat. Guru olahragaku-yang sering ku panggil 'Guru Botak' atau 'Pak Botak'-berdiri memelototiku di dekat gerbang sekolah karena aku hampir terlambat.
Aku tersenyum padanya, setelah itu langsung mengambil langkah seribu. Cepat-cepat aku melewati koridor kelasku yang ramai dan riuh rendah oleh teriakan. Aku sedikit heran, tidak biasanya anak-anak pada berisik. Setelah kuselidiki ternyata penyebabnya adalah para adik kelas. Mereka adalah anak-anak bau kencur yang saat ini kelas 1 SMA. Ternyata teman-temanku sedang menggoda mereka dengan suitan dan teriakan-teriakan.
Aku lalu duduk di tempat dudukku dan menyampirkan tas ransel.
"Hello stupid! Hampir terlambat lagi ya? Dasar bodoh!" Kata Alison-teman sekelasku yang sering membullyku.
"Apa kau tidak bisa tidak terlambat dalam satu hari Stupid?" Sahut Casey-komplotan Alison yang juga kerap membullyku.
"Enyahlah kau! Kau membuat mutu sekolah ini menjadi hancur Athena," ucap Callista.
Setelah puas mengolok-olokku, mereka berlalu dari mejaku.
Yeah, namaku Athena Beverly Hunt dan seperti yang dapat kalian lihat barusan, aku... dibully. Setiap hari aku selalu dibully di sekolah dan itu membuatku kebal kuping terhadap hinaan mereka, jadi aku terbiasa dihujat dan dicaci maki. Sebenarnya aku tidak bodoh atau stupid seperti yang mereka katakan. Hei... aku anak yang cemerlang kau tahu, selalu saja ada prestasi yang kutorehkan di sekolah ini. Aku heran mengapa mereka memanggilku stupid padahal ranking dan nilai-nilaiku jauh di atas mereka.
Satu-satunya kelemahanku adalah aku sering terlambat ke sekolah. Hei... aku terlambat bukan karena malas atau susah bangun, ada alasan lain yang membuatku begini.
Di sekolah, aku hanya memiliki dua teman yaitu Jasper dan Calvin. Keduanya adalah teman masa kecilku. Mereka sering melindungiku dari teman-temanku yang membenciku.
Aku mulai dibully sejak kelas 1 SMA. Yang pertama memulainya adalah Alison-tentu saja. Alasannya membullyku adalah karena aku sering terlambat, bodoh, dan jelek. Dua alasan terakhir tidaklah benar, seperti yang kukatakan tadi, aku adalah anak yang pintar. Dan soal jelek, itu juga tidak benar. Jika aku jelek, tidak mungkin ada 32 laki-laki yang berani menembakku. Lagipula aku adalah seorang model-meskipun sekarang sudah berhenti sih-yang banyak mendapat pujian karena parasku.
Mengenai sering terlambat, yah... dengan berat hati aku mau mengakuinya. Alasan yang pertama memang benar.
Jika Alison dan komplotannya sedang marah-marahnya terhadapku maka mereka bisa bermain kasar. Dan di saat seperti itu Jasper dan Calvin sering turun tangan melindungiku. Yeah... aku adalah anak yang lemah soal fisik sehingga aku tidak mampu melawan mereka yang keroyokan.
"Hei Na!" Kata Jasper menyadarkanku dari lamunan. Dia tiba-tiba berada di hadapanku.
"Pagi!" Seru Calvin sambil menepuk bahuku.
"Oh pagi!" Kataku dengan tersenyum. Aku merasa tenang jika ada mereka.
Jasper lalu duduk di sebelah kursiku. Dan Calvin duduk di mejaku.
"Aku tidak menyangka libur kenaikan kelas bisa berlalu secepat ini. Aku perlu libur lagi," kata Jasper memulai pembicaraan.
"Yeah... libur sendiri sana! Aku juga malas melihatmu sekolah," sahut Calvin dengan nada menyindir.
Aku hanya tertawa melihat tingkah mereka.
"Ya-ya, anak rajin seperti kalian pasti lebih senang sekolah dibandingkan liburan. Apalah dayaku yang pemalas akut stadium empat ini," ujar Jasper dengan ekspresi dibuat-buat.
"Tidak juga," kataku, "Aku sebenarnya juga malas sekolah tapi libur terlalu lama itu juga tidak bagus."
"Hah? Memangnya kenapa?"
"Salah satu akibat libur terlalu lama adalah tulisanmu menjadi jelek, Jas. Tulisan cakar ikan itu sangat menjijikan. Aku hampir tidak bisa membacanya."
"Memangnya ikan punya cakar Na?" Kata Calvin dengan satu alis dinaikkan.
"Tentu saja tidak Cal," kataku dengan terkikik, "Aku hanya bercanda."
BRAKK
Aku refleks menolehkan kepala ke sumber suara gebrakan itu. Hah ternyata ulah Alison dan komplotannya. Alison menggebrak meja seorang anak perempuan yang duduk agak jauh dari mejaku. Eh...? Dia siapa? Aku belum pernah melihat anak perempuan itu.
"Sepertinya akan ada target pembullyan baru," desah Calvin.
"Apakah mereka tidak mempunyai pekerjaan lain selain membully orang?" Sahut Jasper.
"Eh... anak itu... siapa?" Kataku sambil menunjuk anak perempuan tadi yang kini sedang dipelototi Alison.
"Dia anak baru. Pindah ke sini setelah kenaikan kelas," jelas Calvin.
"Namanya Aria dari Los Angeles," sambung Jasper.
"Eh... kenapa kalian bisa tahu?" Tanyaku bingung.
"Tadi dia sempat berkenalan. Kau tidak tahu karena tadi kau hampir terlambat."
"Bisakah kau tidak menyinggung masalah terlambat padaku Jas?"
"Setelah dia selesai berkenalan, Alison dan rombongannya langsung mengganggunya," potong Calvin.
"Apa mereka masih menggangumu Na?" Tanya Jasper.
"Ya. Tadi mereka menyindirku karena aku hampir terlambat, tapi hanya sebentar."
"Sepertinya mereka tidak akan membullymu lagi. Mereka sudah menemukan penggantimu." Kata Calvin.
"Aku khawatir padanya," kata Jasper, "Jika kamu yang dibully, setidaknya kamu akan aman Na karena ada kami yang melindungimu. Tapi dia... sendirian."
"Iya kau benar. Sebaiknya aku saja yang dibully."
Teng... teng... teng...
Bel masuk sekolah sudah berbunyi. Pembicaraan kami segera berhenti. Calvin turun dari mejaku dan Jasper segera kembali ke tempat duduknya semula. Sedangkan Alison dan komplotannya-yang tadi sedang membully dan mengganggu anak baru-segera menempati tempat duduk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoneperest
AdventureKamu dibully? Diremehkan? Disakiti? Dicaci maki? Dikucilkan? Dihina? Padahal kamu tidak bersalah dan mereka sebenarnya juga tidak tahu alasan untuk membullymu. Kamu hanya digunakan sebagai pelampiasan mereka saja. Bergabunglah dengan kami! Zoneperes...