16. Cemburu Menguras Dompet

34 5 2
                                    

*Nessa*

Dari kejadian di kafe tadi siang, aku bisa menyimpulkan bahwa Chandra belum memublikasikan hubungan kami ke teman kuliahnya. Nyatanya, hari ini beberapa temannya datang untuk makan, sambil ngomongin dia habis-habisan.

Seseorang bernama Diandra, sepertinya sudah lama suka sama Chandra. Perasaan itu dia pendam dari awal masuk kuliah dan sampe beranjak lulus. Bisa dibayangkan gimana rasanya 4 tahun memendam cinta dengan seseorang yang setiap hari kita temui, tanpa orang itu sadari isi hati kita? Sakit!

Banyak hal yang aku tau dari mencuri dengar obrolan mereka tentang Chandra. Bahwa Chandra gak pernah terbukti dekat sama cewek manapun, apalagi sampe pacaran. Entah aku harus bangga atau gimana begitu tau kenyataan kalo aku sekarang jadi pacar Chandra, setelah 4 tahun dia ngejomblo. Mungkin lebih.

Oke, lupain soal itu! Yang jadi masalah sekarang, Diandra nekat mau ngomongin perasaan dia ke Chandra sebab sudah gak tahan nyimpen lagi.

Cemburu? Jelas aku cemburu! Ada ketakutan Chandra bakal berpaling, selingkuh, lalu mendua, karna Diandra lebih muda dari aku. Bukan tanpa dasar kecemburuanku ini. Pemicunya, karna Chandra merahasiakan hubungan kami dari temannya. Kenapa coba? Apa dia malu punya pacar yang umurnya 5 tahun lebih tua?! Kalo dia malu kenapa dia ngajak jadian? Bahkan begitu yakin ngajakin nikah.

Kepercayaan diriku mendadak runtuh!

BMW biru metalic terparkir di depan kafe yang memang sudah tutup. Kacanya terbuka begitu melihat mobilku datang. Wajah yang sangat aku kenal, muncul dari jendela. Ku turunkan juga kaca mobilku untuk memberikan senyum padanya.

"Dari mana sih? Jam segini baru balik."

Pertanyaan menyelidik diucapkan dengan nada sedikit panik, terlontar dari bibirnya yang kemerahan. Entah sejak kapan dia datang dan nunggu dalam BMW yang aku masih aja ga tau seri apa. Setauku itu mobil Mamanya yang ga boleh disentuh, apalagi dipake. Mungkin juga karna ada Chan Min, kakaknya yang orang Korea itu, makanya tuh mobil jadi keluar kandang.

Dia turun begitu aku menepikan mobil untuk berhenti di depan mobilnya. Jaket jeans yang dipakainya ngebuat dia bertambah ganteng.

"Abis muter-muter nyari angin," jawabku sekenanya.

"Angin kok dicari.... Aku lapar. Pingin makan. Tapi Nuna gak ada. Jadinya nunggu deh," jelasnya, sebelum ku tanya kenapa dia datang dan belum pulang sampe tengah malam gini.

"Kenapa ga minta Tio aja? Kan dia bisa bikinin. Biasa juga dia yang masakin pesenan kamu."

"Itu kan sebelum kita jadian, hehehe...." dia berkilah.

"Mmm....gitu banget. Ya udah masukin mobilku. Aku masakin buat kamu," aku langsung keluar mobil setelah dia mundur beberapa langkah, memberi jarak pada pintu yang akan ku buka.

Meski capek, aku senang ngelakuin ini. Memasak buat orang yang aku sayang. Sebenarnya ada yang buat aku lebih senang lagi, yaitu pujiannya setelah dia menghabiskan karyaku. Sungguh membuatku melambung.

Chandra pernah bilang, apapun yang aku masak, pasti enak. Karna ada rasa cinta di dalam makanan itu. Gombal banget kan?!

"Abis ngeborong ya?!"

Kemunculan tepat ketika aku menyelesaikan Kwetiau goreng yang jadi menu makan malamnya. Lengkap dengan belanjaanku yang memang masih ku tinggal di mobil karna aku buru-buru masuk untuk memasak makanannya.

"Tau gitu kan tadi aku ngikut." Dia duduk di atas kursi, meja yang paling dekat dengan dapur. Belanjaanku dia letakan pula di atas meja.

"Aku pikir kamu masih butuh banyak istirahat, makanya aku gak mau ganggu kamu," ucapku sambil meletakan piring berisi makan malamnya, juga tak lupa segelas air putih.

Brogan Kesayangan NunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang