part.2

6.5K 349 44
                                    

Story ini di dedikasikan untuk Event Sasuke birthday.

.
.
.

Keadaan desa saat ini masih begitu ramai di sore hari. Naruto keluar dari kamarnya dan menguap lebar. Berjalan perlahan, Naruto ke dapur untuk mengecek keadaan sekitar. Ternyata sang nenek tidur di kamarnya di dekat dapur. Naruto berjalan keluar rumah untuk melihat situasi desa. Rencananya saat bulan purnama tiba, Ayahnya akan mengirim pasukan untuk menyerang kerajaan Elf yang di bantu olehnya dari dalam. Padahal tujuan Naruto bukanlah itu. Ia akan memastikan menemukan pengantin Uchihanya dan membuat kedua kerajaan bersatu sebelum ayahnya mengirim pasukan.

Naruto berjalan ke area benteng kerajaan Moon. Ia bisa melihat para ksatria sedang berlatih dan sebagian sedang bertugas. Ia tersenyum miris saat tau pasukannya bisa kalah hanya dengan panah mereka yang sebenarnya bisa di tangkis dengan mudah olehnya. Betapa lemah pasukan ayahnya, pikir Naruto. Tapi ia berpikir akan menarik kata-katanya ketika melihat mereka yang membawa dan memainkan pedang terlihat begitu terlatih, juga kecepatan dan ketepatan para ksatria dalam menembak panah tidak bisa di remehkan.

Matanya yang begitu tajam merekam setiap kegiatan para ksatria. Ia duduk di atas pohon dengan tenangnya sampai suara desingan panah menyadarkannya.

"Rupanya kau suka mengintai dari atas pohon ya? Sampai kapan kau berada di sana?" Tegur Sasuke. Naruto melirik panah yang menancap batang pohon di samping telinganya.

Naruto tersenyum dan turun dari atas pohon menghampiri Sasuke.

"Aku lebih kuat dari anak buahmu. Boleh aku menjadi bagian kalian? Aku memang bukan Uchiha. Tapi aku bisa." Ucap Naruto yakin. Ia melihat sekitar dan mendapati tatapan meremehkan dari para ksatria yang ada di sana. Sasuke hanya diam menatap Naruto yang tampak santai seolah apa yang di katakan bukanlah hal luar biasa, seorang warga desa biasa berkekuatan setara Uchiha? Beberapa ksatria di sana tertawa.

"Apa kau yakin?" Tanya Sasuke dengan santainya. Naruto menyunggingkan senyum miringnya.

"Perlu bukti?" Tanya Naruto. Tanpa banyak kata-kata Sasuke menyerahkan busurnya.

"Coba kau tembakkan panah ini ke sana." Ucap Sasuke sambil menunjuk papan sasaran.

"Jujur aku tidak ahli dalam memainkan panah." Ucap Naruto sambil membolak balikkan busur yang di pegangnya. Ia menatap busur itu cukup takjub dengan keindahan ukirannya. Lalu mengembalikan busur tadi ke Sasuke. Sasuke mengernyitkan keningnya.

"Lalu kau ahli dalam hal apa?" Tanya Sasuke sambil melipat tangan di depan dadanya.

"Aku ahli menyerang dalam jarak dekat tanpa senjata." Ucap Naruto percaya diri. Para ksatria di sana tertawa mendengar jawaban Naruto.

"Terlalu berbahaya. Kau pikir Werewolf itu sama dengan manusia? Sekali pukul dengan tenaga dalam langsung kalah? Asal kau tau, Naruto. Bahkan sebelum menyentuhnya. Kau akan mati terkoyak. Aku tidak mendidik pasukan untuk mati. Tapi untuk menyerang dan bertahan." Sasuke menggeleng kan kepalanya. Ia bermaksud berbalik pergi karena merasa Naruto hanya membuang waktunya.

"Kalau begitu aku bisa memainkan pedang." Ucap Naruto. Ia mengambil pedang yang berada di atas meja yang tersusun rapi.

"Hn, Kau bisa mencobanya bersama Juugo, kesatria pedang terbaik kerajaan ini. Aku harap kau tidak mengacau." Sasuke akan berjalan menjauh tapi sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Sasuke?" Panggil Naruto, Sasuke berbalik tanpa bicara.

"Aku akan buktikan kalau aku tidak akan mengacau." Ucap Naruto lagi sambil menatap langsung ke dalam mata obsidian milik Sasuke.

Demon King's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang