"Apa kau tahu? Mereka payah sekali dalam hal mengintai."
Alex duduk dengan santai. Punggungnya bersandar pada sandaran kursi yang dilapisi busa empuk dibalut kain warna kuning cerah. Kakinya disilangkan. Tangan kanannya menggenggam cangkir porselen berisi kopi, lalu dia menyesap cairan hitam kental tersebut pelahan-lahan. Aromanya wangi dan manis, senada dengan aroma dari cangkir-cangkir kopi lainnya yang menguar memenuhi ruangan yang tak seberapa luas ini.
Sementara itu, tatapan mata Alex tak beralih dari dua orang yang duduk berjarak empat meja dari tempat duduknya sekarang. Dua laki-laki yang —kalau boleh Alex bilang dengan jujur— penyamarannya terlalu menarik perhatian. Masing-masing dari mereka mengenakan kaos merah dan kaos kuning menyala, serta kaca mata hitam yang tak sedikit pun terlepas meski mereka ada di dalam ruangan. Tak lupa, diimbuhi gerakan saling berbisik tiada henti.
Alex mendengus kesal. Apa itu tidak menarik perhatian namanya?
Lalu, Alex mengalihkan pandangannya pada pasangan di meja samping yang tengah diintai oleh dua orang tadi. Si lelaki, pria berusia awal lima puluhan. Dengan tampilan perlente, rambut yang disisir dan diminyaki dengan klimis, meski rambutnya hanya tersisa sepertiga dari luas kepala. Dia mengenakan kaos putih berkerah dengan logo pria berkuda yang tertempel di dada kirinya, yang terlihat agak kekecilan untuk ukuran badannya yang tinggi besar. Juga, kumis lebat yang ujungnya dipelintir simetris antara bagian kanan dan kiri. Kesemuanya mengingatkan Alex akan penampilan Obelix, rekan Asterix dalam salah satu komik yang dibacanya semasa kecil.
Ketika berdiri tadi, gantungan kunci dengan logo kuda jingkrak menyembul dari sakunya. Pria tersebut bukan tipe pria yang tak berduit, hingga perempuan dengan dandanan level selebritis-kurang-terkenal yang sedari tadi bergayut-gayut mesra padanya betah dibawa-bawa kemana saja selama dua bulan belakangan ini.
Perempuan tersebut tampak berdiri dari duduknya. Roknya yang sepanjang satu hasta di bawah pinggang tersingkap. Si pria tampak terkikik senang saat si perempuan mendaratkan kecupan di pipinya, sebelum kemudian melenggang melangkah pergi mengikuti papan penunjuk arah dengan tulisan 'Ladies'. Ia bahkan mengibaskan rambut panjangnya yang dicat dengan warna merah menyala, sembari mengedipkan mata pada lelaki berkaos kuning. Si lelaki berkaos kuning langsung terlihat salah tingkah.
Si Obelix, tak tahan ditinggal sendirian sebentar saja. Ia tampak mulai menggoda seorang gadis yang duduk di meja samping. Berkali-kali si pria bersiul, mencoba bertanya siapa namanya. Namun, si gadis hanya mengangkat wajah sesaat, lalu kembali berkonsentrasi pada laptop di hadapannya. Gadis itu terlihat serius, dan ia tampak tak suka diganggu dengan hal remeh temeh macam godaan si pria perlente.
Alex hendak menyesap kopinya kembali, ketika terdengar bunyi pintu dibuka lalu seketika ditutup dengan keras. Dibanting, lebih tepatnya. Alex mengangkat wajah, menatap penuh selidik ke arah sumber suara. Dia menyeringai, "Kau tahu, Magnus, ini jadi semakin mengasyikkan,"Alex menyentuh bluetooth di telinganya, memberi informasi pada lawan bicaranya di sambungan telepon,"Istri resminya datang."
Senyum Alex terkembang penuh cemooh. Menyeringai lebar ketika sosok yang dibicarakannya masuk ke dalam kafe. Bunyi keras yang sengaja ditimbulkannya sontak menarik semua perhatian. Wanita tersebut, dengan dandanan perempuan sosialita masa kini —high heels, tote bag, dan rambut yang disasak tinggi— menyapukan tatapannya ke sekeliling ruangan. Ketika berhasil menemukan siapa yang dicarinya, dia melempar tatapan membunuh tepat pada sasaran. Seperti rudal yang sudah mengunci target, dan siap ditembakkan kapan saja dia mau.
Wanita tersebut berjalan pelan tetapi pasti. Untuk sesaat, keheningan memenuhi udara. Yang tersisa hanya bunyi hak tinggi sepatu si wanita yang membentur-bentur parquet kayu ketika dia melangkah semakin mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora
RomanceSeorang pesuruh bayaran (Alex) melalui agensi yang dipimpin oleh Magnus, diminta oleh seorang klien untuk mencuri berlian bernama Pandora dari seorang gadis bernama Jillian. Pandora bukan berlian biasa, melainkan berlian yang bisa menjelaskan identi...