Putraku

2.9K 279 80
                                    

" Kakak!!!." Vannesa berlari memeluk sosok Alfa yang tampak baru tiba di ruang tunggu.
Sedikit tersentak melihat Erick tampak duduk juga disisi daddynya dan terlihat berbincang tanpa ada ketegangan.
Melihat kedatangan putranya, Vallen berdiri.

" Kau disini? Apa kau bolos lagi?." Tekannya mengernyit. Alfa menarik napas panjang tak menjawab.

" Dan apa ini? Kau berkelahi? Kali ini dengan siapa lagi Alfa?." Vallen menyentuh luka di sudut bibir Alfa yang sekali lagi hanya mengernyit tak suka.

" Alfa jawab pertanyaan orang tuamu. Kau tidak tuli kan?." Tekan Erick ikut berdiri membuat Alfa semakin mengernyit heran saja. Mereka akur?

" Ya, aku bolos, aku berkelahi. Lalu kenapa?."

" Kau!." Vallen mengepalkan jari jarinya kesal.

" Tenanglah Val, nanti biar aku yang menasehatinya." Erick mengusap pundak Vallen menenangkan.

Beberapa saat, suasana hening. Vallen kembali duduk dikursinya, dan Alfa duduk disisi Vannesa diseberang sana.
Aura mereka lebih mirip dengan Aura medang pertempuran dari pada kekeluargaan. Hingga...

" Klek." Dokter Hans membuka pintu ruangan didepannya. Sontak mereka semua langsung berdiri bagai ditarik medan maghnet kutub berlawanan ke arahnya.

" Alfa, Vannesa... nona Alice memanggil kalian." Ucap Dokter senior itu lalu kembali melangkah masuk.

Erick menatap kearah Vallen yang tampak diam bergeming. Raut kecewa jelas tercetak di wajah ayah 3 anak itu. Mengapa Alice tidak memanggilnya?

Ini tak seperti biasanya.

" Dia marah padaku." Ucapnya lemah.

Erick menarik napas panjang lalu kembali duduk disisinya.

" Dia tak akan bisa marah padamu. Wajar jika seorang ibu ingin menemui anaknya kan?." Hiburnya

" Tidak, dia marah padaku." Jawab Vallen mengusap wajahnya frustasi.

Benarkah?

***

Tuut... tut... tut...

Bunyi alat pacu jantung itu terdengar mengerikan saat Alfa memasuki ruangan dingin sarat akan bau obat didepannya. Beberapa perawat tampak mengatur alat alat yang tersambung dengan tubuh wanita yang melahirkan mereka berdua disana.
Vannesa memegang erat lengan Alfa. Dia gemetar, dan Alfa pun memeluk pundak adik perempuannya itu menenangkan, mereka melangkah bersama menemui Alice.

" Mom." Sapa mereka sedih.

Alice tampak sangat pucat, bola matanya terbuka berat, dan tiba tiba saja, setetes bulir bening langsung meluncur disana.

" Sayang..." Ucapnya pelan dan lemah. Tangan pucatnya yang dipenuhi selang mencoba meraih wajah tampan Alfa yang sudah memerah sedih disana.

" Mom." Vannesa memeluk tubuh Alice lalu terisak

" Ssshh aku.. tidak a..pa apa sayang, ka..lian makan denga..n baik kan? Kali..an terlihat kurusan." Ucap suara itu getir.

Alfa duduk disisi Alice begitupula Vannesa. Mereka berdua memegang tangan Alice lembut.

" Mom cepatlah sembuh, daddy sangat khawatir. Bahkan sejak dua hari daddy tidak mau makan apapun. Dia sangat cemas." Ujar Vannesa lembut.

Alice terdiam sejenak. Ia tak menjawab ataupun bertanya, seolah ia tak ingin mendengar apapun tentang Vallen lebih lanjut

Breath and Heart ( Mr. Elegant )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang