PROLOG

24 1 1
                                    


Alunan musik klasik Yiruma - River Flows In You terasa memenuhi seluruh ruangan bernuansa hitam putih itu. Jemari tangan seorang perempuan berpakaian terusan merah muda menari di atas tuts hitam putih dengan lembut. Angin berhembus sejuk melewati teras beranda putih hingga menyibakan rambut hitam bergelombangnya dari sisi kiri. Tirai-tirai menari mengikuti alun dentingan piano dan hembusan angin.

Perempuan itu memejamkan mata. Seolah hendak lebih dalam lagi meresapi alunan tabuhan musik yang untuk kesekian kali sukses menghanyutkannya. Membuat irama detak jantungnya berelaksasi, membangkitkan kenangan-kenangan yang menggugah untuk tertidur dan bermimpi sepanjang hari, menjadi seorang putri istana yang menantikan seorang pangeran datang, mencium dan menjemputnya.

Sang perempuan memasuki bagian akhir lagu. Jentikan jarinya yang lembut mulai melambat. Memelan. Pelan. Lebih lembut. Dan akhirnya berhenti. Ia membuka mata lalu mengerjapkan manik coklatnya, menelusuri seisi ruangan putih hitam yang menentramkan kemudian berhenti di suatu sudut yang menarik senyum spontannya. Sepasang kekasih terpotret dengan lekukan bibir bahagia dalam bingkai hitam klasik di atas sudut kanan piano. Gadis disana tersenyum bahagia dengan gaun putih dan riasan cantik layaknya seorang putri istana yang melingkarkan tangannya pada lengan seorang pangeran tampan berjas hitam yang menatap si gadis dengan penuh perasaan.

Piano ditutup, ia mulai beranjak dari bangku. Manik cokelatnya sedang berkeliling lagi sembari melangkah menuju teras beranda ketika tatapannya menangkap kotak biola yang terpajang di dalam lemari kaca disisi kanan bingkai pintu. Lagi-lagi ia tersenyum. Tirai-tirai masih menari dan menghembuskan untaian rambut hitam berombaknya sekali lagi.

"Mencoba bernostalgia tanpa aku?" Sebuah suara bass tiba-tiba terdengar berbisik ditelinganya.

Kekasihnya meletakan telapak tangan kanan dipuncak kepala sang perempuan lalu mulai mengacak rambut itu perlahan. Sang perempuan menggulung bibir lalu mencoba meraih tangan kanan kekasihnya namun gagal. Tangan itu lebih dulu turun dan merangkulnya.

"Aku bahkan belum sempat bernostalgia," jawab sang perempuan.

Ia mengangkat kepala dan mendapati seraut wajah tampan menahan sebuah senyuman aneh sambil menatap. Rangkulan dilengannya terlepas dan sang kekasih berjalan masuk kembali ke ruangan, menuju meja gramofon. Kekasihnya tersenyum, tak lama alunan instrumen piano Yiruma - River Flows In You menggema lagi lewat piringan hitam.

Lelaki berkemeja putih dengan dasi yang sudah dikendurkan itu berjalan mendekat kembali lalu memeluk sang perempuan dari belakang. Sambil saling menggenggam tangan, mereka menatap hamparan langit senja yang menjingga dari balik pagar beranda.

"Mari bernostalgia bersamaku," bisik sang lelaki.

Perempun dipelukannya tertawa.

"Hampir terasa seperti mimpi," lirih sang perempuan lalu sekelebat bayangan masa lalu terputar begitu saja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 06, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CLASSICALOVEWhere stories live. Discover now