Part 8

3.6K 204 27
                                    

"Aduduh, pelan-pelan,"

"Ih..udah ah,"

Oke, aku cemberut sekarang, Daffa dengan seenaknya udah nyeret aku ke kantin, tempat di mana kita berada sekarang, pergi ninggalin aku gitu aja dan dateng-dateng nempelin es di pipiku.

Terus lagi, dari tadi aku ngoceh nggak ditanggepin, kan kesel. Lagian, ini pipi cuma ditampar sekali kok langsung bengkak. Kayaknya kemarin waktu Nenek nampar sambil nggegem batu deh makanya langsung bengkak kayak gini.

"Udah, sana jauh-jauh," akhirnya aku kesel juga dan dorong Daffa ngejauh.

"Bisa diem nggak,"

Aku kicep. Aduh...aku curiga di matanya Daffa ada siletnya sampai tatapannya bisa tajam gitu.

"Loh, loh, mau kemana?" aku berucap bingung saat melihat Daffa bangkit dari duduknya.

"Mau balik ke kelas nggak?"

Aku mengangguk kaku menjawab pertanyaan datar Daffa.

"Ya udah, ayo," Daffa berkata datar 'lagi' sambil berbalik pergi.

"Tapi kan kita beda kelas," aku berkata bingung setelah mensejajarkan langkahku dengannya.

"Lo mau dihukum Bu Ratna?"

"Ya enggaklah," aku menjawab sambil bergidik, membayangkan akan dihukum oleh salah satu guru killer 'menurut' perkataan Mila.

"Ya udah,"

Aku melongo, cuma ya udah? Maksudnya apa coba, akhirnya aku cuma diam mengikutinya. Dan aku tambah melongo saat dengan santainya dia mengetuk pintu kelasku dan entah dia mengatakan apa pada Bu Ratna karena akhirnya aku dipersilahkan duduk di bangkuku dengan mudah.

"Sst..sstt..." bisikan seseorang membuatku menoleh dan melihat Mila tengah mengerling jahil ke arahku.

"Lo harus cerita," dia hanya membisikkan itu tanpa suara ke arahku dan langsung mengarahkan pandangannya kembali ke depan, memperhatikan Bu Ratna yang mulai melanjutkan pelajaran kembali.

*****

"BUNDA....."

Aku meneriakkan kata itu sambil berlari ke arah wanita paruh baya yang tengah menyapu di teras sebuah rumah sederhana.

"Assalamu'alaikum," Bunda berkata mengingatkan sambil mencubit hidungku begitu aku tiba di dekatnya dan memeluk pinggangnya.

"Hehe, iya Assalamu'alaikum," aku berkata sambil cengengesan.

"Wa'alaikumsalam, tumben kesini?"

Aku cemberut.

"Ih, Bunda.. emang ada yang salah ya kalau aku ke sini?" aku bertanya masih cemberut.

"Ya kirain kan udah lupa sama Bunda, sampai bunda capek nungguin kamu ke sini tapi nggak dateng-dateng,"

"Hehe, aku sibuk Bunda," aku cengengesan lagi.

"Bisa aja kamu, ya udah masuk sana. Kamu pulang sekolah belum makan kan?"

Aku menggeleng sambil tersenyum. Aku memang baru saja pulang sekolah saat ini, setelah tadi berhasil kabur dari kejaran pertanyaan Mila.

"Tapi temenin," ucapku sambil menggelayut di tangan Bunda.

"Dasar maja," Bunda mencubit kembali hidungku, tapi meskipun begitu Bunda tetap menarikku masuk ke dalam rumah.

"Adik-adik kemana Bunda?" tanyaku heran melihat keadaan rumah yang sepi.

"Mereka pergi main setelah makan siang tadi," Bunda menjawab sambil menyiapkan makan siangku, sedangkan aku duduk manis di meja makan, melihat Bunda sambil tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang