Malam ini sangat dingin. Angin berhembus kencang disertai rintik – rintik hujan. Merembes melalui jendela. Tapi malam ini justru menjadi malam yang hangat bagiku. Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Namun, lampu kamar masih menyala. Situasi bilik yang berantakan. Seperti tidak pernah diurus sama sekali. Atap penuh sarang laba – laba. Baju digantung berjejeran. Dinding kusam. Lantai kasar dan risih. Inilah nasib rumah susun.
Kami bermain. Tenggelam dalam surga cinta. Aku sangat bahagia bersamanya saat seperti ini. Tapi sungguh bukan karena itu aku menyukainya dan mencintainya. Aku sangat mencintainya tanpa pernah bisa menjelaskan atas dasar apa aku mencintainya.
Di ujung tempat tidur. Aku dan Bram duduk bersebelahan menghadap jendela. Sambil menggenggam tangannya. Kusandarkan kepalaku di pundaknya. Aku tidak peduli seberapa kuat cuaca membekukanku. Karena aku akan selalu merasa aman di dekapnya. Momen yang kumimpikan setiap detik. Setiap malam sepi yang kulalui tanpanya. Aku selalu bersabar.
Dua belas tahun telah berlalu. Rahasia ini masih tersimpan rapi. Sedih. Di usia ke tiga puluh lima tahun ini aku belum tahu rasanya menjadi seorang istri. Menjadi seorang ibu. Dan memiliki keluarga yang seutuhnya.
Jika aku boleh meminta satu hal saja di dunia ini. Aku ingin memilikinya. Dimilikinya. Sempurna. Tapi, itupun jika tuhan masih ada. Mungkin memang betul. Hanya perempuan yang bisa mencintai satu laki – laki.mata sudah mulai ngantuk terpaksa disambung besok :)
thanks uda baca
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tak Mau Jadi Yang Kedua
RomanceMalam ini sangat dingin. Angin berhembus kencang disertai rintik – rintik hujan. Merembes melalui jendela. Tapi malam ini justru menjadi malam yang hangat bagiku. Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Namun, lampu kamar masih menyala. Situasi b...