" Ikut aku!." Vallen masih saja menarik kerah kemeja Alfa mengikuti setelah keluar dari kamar mandi ruangan Alice dirawat
" Daddy lepaskan, aku bukan plastik sampah yang bisa kau seret kesana kemari. Aku mau pulang!." Celetuk Alfa masih dengan wajah pucat.
" Alfa kau harus di periksa." Cemas Alice dari ranjangnya membuat bocah trouble maker itu tersenyum mengejek.
" Aku sudah besar, jika ada yang mau kalian cemaskan. Cemaskan diri kalian sendiri. Lepas!." Celetuknya menghempas pegangan Vallen lalu merapikan kerah kemejanya, sok cool.
" Kak lenganmu kenapa biru biru begitu?." Tanya Vannesa memicingkan matanya melihat tangan putih Alfa yang tampak memar. Pemuda itu langsung pasi. Ia segera menurunkan lengan kemejanya, lalu...
" Bukan urusanmu!." Alfa meraih tasnya di kursi tunggu dan hendak beranjak.
" Sayang." Suara Alice menghentikan langkahnya diambang pintu.
" Dengarkan ibu sekali saja, periksa kondisimu. Jangan membuat aku takut nak." Pintanya membuat Alfa menoleh malas.
" Mom dengar ya, orang sehat saja bisa pendarahan otak jika berhadapan dengan kalian berdua, kalian itu orang tua terkonyol didunia tau gak? Sudahlah.. urus urusan kalian sendiri, aku mau pulang." Balasnya
" Alfa bagaimana bisa kau berkata seperti ini." Vallen hendak menghampiri.
" Bodo amat!." Ucap Alfa lalu tiba tiba...
" Brak." Ia berlari pergi.
" Fiuuuhhh, kakak kakak." Celetuk Vannesa tak habis pikir.
Alice menatap kearah Vallen getir. Ia ingin mengatakan agar Vallen mengejar putra mereka tapi.. Ego menghalangi. Bahkan saat Vallen kembali menatapnya, Alice mengalihkan pandangan.
" Masih tidak mau bicara?." Tanya Vallen memijit pangkal hidungnya.
Dia benar benar lelah sekarang
Gak ibu, gak anak... menyiksa batinnya." Ines, katakan pada daddymu sebaiknya dia istirahat saja, wajahnya pucat, belikan juga makanan untuknya. Nanti magnya kambuh." Celetuk Alice membuat kening putrinya berkedut menatap kearah Vallen yang hanya bisa menggeleng pelan.
" Tapi daddy ada disini mom, bilang aja sendiri. Ines bukan pos." Tolak gadis itu
" Yaudah bilang aja pesanku, cepat." Tekan Alice
" Daddyy... ( Ines memutar bola matanya males ). Dengar kan apa yang barusan mommy katakan?." Ucapnya singkat.
Vallen menarik napas panjang menatap kearah Alice
Sampai kapan dia akan begini...
" Aku gak denger, telingaku tuli!." Celetuknya
" Eh." Alice menoleh seketika. Membuat Vallen mengangkat sebelah alisnya lalu beranjak pergi.
" Daddyyyy!!!." Teriak Vannesa.
" Bodo amat!." Celetuk Vallen mengibaskan tangannya. Dan..
" Brak." Ia benar benar pergi membuat mata Alice memerah dan akhirnya..
" Hiks." Dia menangis.
" Cep cep cep sabar ya mom, sabar... jangan sedih, Ines dukung mommy kok. Kak Alfa sama Daddy benar benar Like Father Like Son deh." Vannesa sok tua mengusap usap punggung Alice pelan.
***
Disana...
Alfa terdiam diatas motornya, Helm ditangannya masih berdiam diposisi yang sama sejak 5 menit yang lalu. Wajah tampannya pucat menatap hujan yang turun semakin deras. Perlahan, ia mengusap rambut pirangnya pelan lalu mulai memakai Helmnya dan menyalakan mesin motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath and Heart ( Mr. Elegant )
RomanceKarna 1000 halamanpun tidak cukup untuk menggambarkan betapa aku mencintaimu Normalnya, didalam sebuah cinta, pasti ada hati dan napas yang menjadi satu. Tapi dalam Breath and Heart ada 4 kisah yang menyatu jadi satu. Merekalah napas dan hati seluru...