Hello semula, back again with me. Maaf kalo update lanjutannya lama.
Oke dah, langsung saja baca ya.
Check..***
Jane dengan hati yang gembira melangkahkan kaki digedung pameran milik Dionnel Humington.
Ternyata Dionnel merupakan putra dari seorang Kaisar terhormat di Negara Big Ben tersebut.
Kaisar Lanelden Humington.
Kita sebut saja Negara London, Inggris.
London lagi, London lagi.
Tetapi, mereka tidak akan bosan mengunjungi Negara England tersebut. Lihat saja meskipun sudah melewati kepala dua. Namun, mereka tetap antusias saat berada di Negara tersebut.
Terutama Jane, yang mendengar percakapan Anne yang di loudspeaker melalui Handphone Julian jika mereka akan mengunjungi pameran dua hari lalu membuatnya girang sampai sekarang.
Sekarang saja dirinya hyperactive mengelilingi pameran dengan mendengarkan sejarah dan permasalahan sang pemilik. Tetntu saja telinganya berdiri tegak dan mendengarkan dengan detail.
Mereka saat ini berada dihalaman belakang gedung pameran, menuju suatu tempat seperti... taman.
"Sebaiknya saya jelaskan disini saja." Ujar Dionnel masih berdiri setelah mereka memisahkan diri dari kerumunan orang-orang pada gedung pameran.
Jupiter mengangguk, "Ya, jelaskan perlahan saja. Jika anda tidak memiliki kesibukan."
"Sebenarnya lukisan-lukisan yang anda lihat, salah satunya membuat keluarga kami ketakutan." Ucap Dionnel mengawali cerita.
George mengangkat alis, "Maksud anda lukisan yang mana?"
Dionnel memandang George, "The Hands Resist." Jawabnya lalu terdiam.
"Lukisan anak laki-laki yang berdiri dekat jendela dengan boneka gadis tanpa ekspresi itu?" Tanya Jane agak kaget.
Dionnel menatap Jane dan mengangguk, "Benar, mungkin nona menganggap lukisan tersebut biasa saja." Jawab Dion. Ekspresinya berubah takut?
"Tetapi, lukisan itulah yang bermasalah." Lanjut Dionnel menatap mereka bergantian.
"Ada apa dengan lukisan The Hands Resist?" Tanya Julian mengangkat alisnya.
"Hidup. arah matanya kadang bergerak dan boneka gadis dilukisan tersebut kadang..." Dionnel tampak menggantung jawaban dan menelan ludah sekali.
"Hilang."
'Haha, kiraku ada apa dengan lukisannya.' Batin Bob, Dick, dan Pete yang tampak tidak tertarik dengan obrolan mereka.
Mereka bertiga pun berdiri dan hendak berencana berjalan disekitar daerah tersebut.
"Kalian mau kemana?" seru Anne menatap mereka yang belum jauh.
Bob serta keduanya berhenti melangkah dan menatap mereka.
"Jalan-jalan keluar sebentar." Jawab Dick berseru.
"Yakin? Padahal saya akan menceritakan hal lain yang misterius. Meskipun, masih menyangkut patung." Ujar Dionnel tersenyum miring.
"Ya, yakin." Jawab Bob.
"Ya, sudah. Padahal kalian belum tahu jika sepertinya ada yang akan mengincar lukisan tersebut." Ujar Dionnel menutup mata.
Seketika mereka bertiga yang hendak berencana berjalan-jalan langsung duduk seperti semula.
"Ternyata kalian mudah bosan jika tentang lukisan." Ucap Dionnel tertawa pelan menatap mereka seperti kuda patuh setelah diberi makan.
Karena mereka bertiga bingung akan menjawab apa membuat mereka menggaruk tengkuk mereka yang tidak gatal.
"Memang seperti itulah mereka." Ujar Anne tertawa pelan.
Dionnel yang memandang Anne tertawa pelan merasa terhibur. Tanpa sadar dirinya menatap Anne dan menyunggingkan senyum kecil.
Jane menatap Dionnel seperti terpana pada Anne yang belum sadar. Beralih George menatap Bob yang tampak menggigit bibirnya sendiri dan rahang yang mengeras.
Merasa keadaan berbeda membuat Jupiter berdehem dan Julian bingung dengan mereka.
"Sebaiknya anda jelaskan saja apa yang terjadi? Seperti yang anda katakana sebelumnya, Dion." Ucap Jupiter menatap Dionnel yang seperti tersadar kembali.
"Ahh... waktu saya bersama penjaga di gedung pameran karena mencari kunci yang sepertinya saya hilangkan digedung tersebut. Namun, saat hendak melewati lorong tempat lukisan The Hands Resist. Penjaga yang melihat sosok gelap hendak menurunkan lukisan tersebut spontan merentangkan tangan agar saya tetap diam ditempat."
Dionnel menghela napas sebentar, "Namun, sialnya Handphone saya malah berbunyi disaat yang tidak tepat, membuat pelaku tersebut lari ke arah belakang gedung tanpa sempat kami lihat sosoknya."
"Kalian mengejar sosok itu?" Tanya Jane.
"Ya, tapi penjaga gedung ini pun yang duluan mengejarnya terjatuh. karena menginjak kunci yang sedang aku cari." Jawab Dionnel.
"Jangan bilang Tuan Cornel meninggal karena jatuh?" Tanya George.
Dionnel mengangguk dan menunduk.
"Tuan Cornel memiliki penyakit riwayat jantung, bukan?" Tanya Pete memastikan.
***
Penasaran dengan lanjutan? Tunggu saja chapter selanjutnya. Wkwk, sengaja buat gantung nih cerita.
Okay, sampai jumpa dichapter berikutnya.
19/05/2017
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eight Detectives | Revisi ✅
Mystery / Thriller1⃣ ⚫The First Stories, have done to reviewed. The Eight Detectives adalah perkumpulan dari kasus-kasus yang dipecahkan oleh delapan detektif itu sendiri. Di dalamnya, juga terdapat cerita kehidupan dari mereka. Apa saja kasus yang ada dalam kehidupa...