TDM 6 : The Truth

163 17 0
                                    


Hal menyakitkan yang paling baik adalah kejujuran. - TDM.


"..Selamat datang, Mr. Craig. "

Hanya suara geraman dari Daniel saat mendengar penyambutan dengan nada ejekan itu.

Tanpa memperdulikan sopan santunnya, Daniel melangkah dengan cepat kearah Veena dan segera menarik tangan gadis manis itu.

"Aw.. Niel, sakit! Bisa tidak kau lebih lembut?! " pekik Veena sambil sesekali meringis.

"Diam dan ikuti aku.. " perintah Daniel dengan nada dingin dan menakutkan.

Seketika setelah itu Veena diam dan mencoba menahan rasa sakit akibat cengkraman Daniel di tangannya.

Steve yang melihatnya refleks menahannya dengan mencengkram erat tangan Veena yang lain dan membuat Veena semakin meringis.

"Aw.. Steve, sakit! Kalian berdua hentikan! Kalian bisa melukai kedua tanganku, huh?! " bentak Veena dan berusaha melepaskan cengkraman dua pria itu pada pergelangan tangannya.

"TIDAK!" teriak Steve dan Daniel bersamaan.


"Oh baiklah. Lain kali tidak perlu berteriak seperti itu. Kalian akan membuat telingaku bisa tuli dengan cepat." gerutu Veena merasa sebal dengan sikap keras kepala dua pria tampan itu.

Veena akhirnya hanya menghela napas dan menahan rasa sakit pada tangannya.

Tuhan, rasanya tanganku mulai mati rasa. Batin Veena berteriak.

"Lepaskan tangan kotormu dari Veena, Mr. Alberald!" geram Daniel dengan wajah yang mulai memerah tanda amarahnya akan segera pada puncaknya.

"Tidak. Memang siapa dirimu bagi Veena?" tanya Steve balik dengan nada menantang.

"Aku calon suaminya!" seru Daniel tanpa berpikir dan berhasil membuat Veena membulatkan kedua matanya indah kaget.

Steve menaikkan salah satu alisnya dan melirik Veena.

"Benarkah? Kalau begitu biar aku tanyakan langsung pada Veena.." Steve menghentikan kata-kata sebentar lalu menatap tajam Veena, ".. Veena apakah Mr. Craig adalah calon suamimu? "

Veena yang ditatap seperti itu mendadak gugup dan bibirnya terasa kering.

Ia melirik Daniel sebentar yang masih menatap lurus kedepan lalu kembali menatap Steve yang sedang menunggu jawabannya.

"Steve.. Ak.. Aku.. -" ucap Veena terbata karena bingung harus menjawab apa. Steve yang melihat reaksi Veena tersenyum mengejek pada Daniel.

"See? Bahkan Veena harus berpikir dua kali untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jadi, sekarang lebih baik anda pergi secepatnya dari sini. Anda sudah menganggu sarapan tenang saya pagi ini, Mr. Craig."

Nada tenang dan mengancam milik Steve membuat keadaan semakin mencekam. Rasanya Veena ingin segera keluar dari ruangan ini karena suasana tidak nyaman ini.

"Kau tidak bisa mengusir ku, Mr. Abelard." balas Daniel dengan tenang.

Steve tetap diam seakan menunggu perkataan selanjutnya yang akan dilemparkan padanya.
Raut wajah Steve sungguh tidak terbaca saat ini.

Raut wajah itu tanpa sadar membuat Veena menggigit bibirnya.

"Aku tidak akan pernah pergi dari sini sebelum Veena ikut bersamaku karena aku tidak mau meninggalkan Veena bersama pembunuh Ibu kandungnya."

Dan tepat pada saat itu dunia Veena serasa runtuh dihadapannya.
Kata-kata itu berhasil membuat Veena membeku.

Tubuhnya terasa kaku dan tidak dapat digerakan.
Kenyataan yang baru ia dengar seakan berusaha masuk ke otaknya dan memaksanya untuk berpikir.

"Ibu kandung? Tidak. Tidak mungkin, Daniel. Ibuku sudah meninggal tidak lama setelah ayahku terlebih dulu. Ibuku juga meninggal karena sakit dan bukannya dibunuh. Omong kosong apa ini, Daniel?" seru Veena marah pada Daniel karena harus membawa kedua orang tuanya yang sudah tiada.

Entah kekuatan darimana, Veena berhasil melepaskan kedua tangannya dari cengkaraman Daniel maupun Steve.

"Wow Mr. Alberald kau mengaturnya dengan sangat baik. Jadi apakah aku juga perlu membantu menjelaskan pada Veena?" ejek Daniel diiringi tepuk tangan beberapa kali.

Daniel mengabaikan pertanyaan Veena dan menatap Steve seolah menantangnya. Steve menggeram.

"Daniel, berhenti aku bilang berhenti!"

Kali ini Veena rasanya benar-benar marah dengan sikap dan perkataan Daniel.

Tapi Daniel tetap mengabaikan teriakan Veena dan melanjutkan, "orang tua yang merawatmu selama ini, bukanlah orang tua kandungmu. Mereka hanya orang tua pengganti karena orang tua kandungmu atau lebih tepatnya ibumu telah meninggal. Dan pria di hadapanmu sekarang adalah orang yang bertanggung jawab karena membuatmu tidak bisa mengingat dan ditinggalkan oleh ibumu, Veena."


Rasanya Veena sudah tidak bisa menahan rasa pedih dimatanya. Kepalanya terasa pusing karena harus mengingat masa lalu.

Dia merasa hidup ia selama ini tidak ada yg ia lupakan atau malah sebaliknya selama ini ia telah melupakan sesuatu yang penting.

"Steve.. "
Veena mengepalkan kedua tangannya kuat. Ia menatap tajam Steve.
Air mata masih membasahi pipinya namun rauh wajahnya menunjukkan amarahnya.

"Ap.. Apakah benar yang dikatakan Daniel?!"

Steve tetap diam hanya terlihat rahangnya yang sedikit mengeras dan tubuhnya yang mulai menegang.

"STEVE, JAWAB AKU!" teriak Veena marah dan berjalan mendekat pada Steve.

Steve menggeram marah.
"IYA AKU PEMBUNUH!" balas Steve berteriak. Entah, kenapa ia rasanya benar-benar marah sekarang.

"Apa kau puas sekarang? Atau perlu aku katakan sekali lagi jika aku adalah pembunuh, Veena. And that is the truth.. "

Tepat saat itu Veena yakin bahwa kegelapan memang ada di dalam kehidupannya.








Selamat membax ya, wattys.
Sorry kalau part ini agak pendek ya hehe..
Jangan lupa like 10+ dan comment bakal dilanjut ya.. Thx.

The Dark ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang