=kiss=

818 59 1
                                    

.
.
Kehidupan artis pendatang baru tidak selalu berjalan mulus, seperti dugaan Luhan saat memutuskan untuk mengadu hoki di negeri gingseng. Berkat kepintaran yang ia miliki dan wajah (manis) tampan kebanggaannya berhasil menggaet minat para pemburu calon selebritis. Empat tahun menjadi trainee setidaknya kini berbuah manis. Luhan mendapat peran sebuah drama Sageuk dengan porsi tampil yang lumayan.

Pujian bahkan kekaguman tak jarang Luhan dapati setiap kali menyelesaikan syuting bagiannya. Senyumnya merekah lebar tanpa lupa berterima kasih kepada semua kru yang terlibat.

"Terima kasih atas bantuannya. Saya akan bekerja lebih keras."

Drama kali ini banyak melibatkan artis senior dengan bakat luar biasa. Luhan merasa kecil, apalagi terkadang mendapat lirikan sinis dari rekan sesama artis yang ia kenali. Yah, itu sudah biasa baginya. Tapi terkadang... rasanya begitu memuakkan.

Lokasi syuting sore ini di pinggiran danau yang dibentuk sedemikian rupa.

'Aku hanya akan memilih siapa yang bisa membawakanku kepada Tahta. Selir Wang dan aku tidak berada di jalan yang sama. Maka, belajarlah lebih giat lagi jika berniat menasehatiku, Joon-ah.' ujar sosok wanita cantik mengangkat dagunya angkuh, sembari tersenyum tanpa menoleh.

Pria di depannya hanya terpaku melihat kepergian salah satu Tuan Putri kesayangan sang Raja bersama kelima dayangnya.

"Cut!!"

Luhan bisa bernafas lega. Tanpa sadar ia menahan nafas terlalu lama untuk adegan barusan. Huft.. melihat air kolam kecil di sebelahnya, ia jadi ingin berendam.

"Bagus Luhan. Pertahankan lagi yang seperti tadi. Istirahatlah dulu." itu managernya, Gyun Ho. Semenyebalkan apapun manager yang agensi pilihkan untuknya, Luhan tetap mendengarkan petuah lelaki yang berbeda usia delapan tahun dengannya itu.

Manager sudah meninggalkan Luhan seorang diri. Selain udara di sini terasa lebih dingin, setelah ini seat juga tidak akan di pakai. Karena syuting dilanjutkan di dalam studio lain.

"Aku jadi ingin cepat-cepat pulang."

"Kenapa sangat terburu-buru Luhan?"

Belum sempat mencerna, Luhan lebih dulu merasakan tubuhnya melayang ke arah kolam. Kurang dari satu detik, sejuk air kolam menyelimuti sebatas perpotongan lehernya. Di susul gelegar tawa yang menyebalkan, Luhan tak perlu mencari tahu siapa pelakunya.

Sepanjang jalan menuju ruang ganti, bibirnya tak berhenti menggerutu. Senior tadi benar-benar. Entah apa yang dipikirkan orang itu, seolah dirinya parasit.

Luhan asyik menggerutu, tanpa melihat sosok berbadan tinggi berjalan pada arah berlawanan yang sama tidak fokus sepertinya.

Kembali, Luhan terhuyung ke belakang. Sudah akan melempar sumpah serapah (meski tak akan dia lakukan) kepada siapapun yang menghalangi jalan, tapi dirinya lebih dulu membeku di tempat.

'Ada sosok pria bersinar. Whoaa..'

Luhan berkedip. Pria di depannya berdecak sambil membenahi lipatan kemejanya yang agak mengusut. Bibir kecil itu mendumal sambil mengernyit alis begitu menemukan pemuda semampai didepannya, basah kuyup?

"Perhatikan jalanmu lain kali. Apa matamu berubah fungsi menjadi kaki?"

Tersentak, Luhan lekas membungkuk dalam-dalam. Entah murni salahnya atau tidak yang penting ia tidak di marahi. Rasanya melelahkan apabila kekesalannya ditambah dengan jadi sasaran amarah seseorang.

"Jeongmal mianhamnida, Tuan."

Decihan samar tertangkap telinganya, Luhan jadi tambah sebal. Setelah meminta maaf, tanpa basa-basi ia melengos pergi tanpa repot-repot menoleh pada pemuda tampan tadi. Ia sedang tidak mau berurusan dengan masalah apapun.

"Hei! Siapa yang mengizinkanmu pergi, heh?"

Luhan terus berjalan, biarkan saja makhluk tadi menggonggong. Ia harus ganti baju cepat-cepat, kalau tidak bisa bahaya terkena flu. Tidak! Sakit adalah hal paling Luhan hindari, sebab itu mengganggu konsentrasi aktingnya nanti.

"Ya! Kau mendengarku, kerdil."

'Wat?!'

Berat hati, Luhan berbalik dengan ekspresi datar. "Ada perlu apa dengan saya, Tuan? Saya yakin anda tidak mengalami luka serius karena tabrakan barusan."

Pemuda dalam balutan kemeja krem, celana bahan slimfit abu dan kacamata yang bertengger di hidung mancung. Dan demi Tuhan, Luhan iri setengah mampus. Cakep luar binasa, juga membuat nyalinya ciut. Bahu lebar pemuda itu serasa mengintimidasi.

 Bahu lebar pemuda itu serasa mengintimidasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kau basah kuyup begitu?"

Ini pelecehan! Harusnya Luhan menepis tangan lancang pemuda ini yang berani mengusap (read:wajah) tanpa permisi. Tapi yang ia lakukan hanya diam, menunggu.

Ujung telunjuk pemuda tadi, menyingkirkan helai poni Luhan yang menjuntai. Menggelincir turun ke tulang pipi kemerahan karena dingin, dan bermuara ke permukaan bibir Luhan yang agak bergetar.

'Dingin.'

"Anda baik-baik saja Tuan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anda baik-baik saja Tuan?"

Luhan mengernyit, lalu irisnya terbelalak. Tiba-tiba pemuda ini mencium, ah tidak! Melumat bibirnya bergantian. Luhan berniat memberi satu bogeman tapi pemuda itu lebih tangkas menahan tangannya. Dengan tubuh terhimpit dinding dan kedua tangan yang di tawan, Luhan dibuat tak bisa berkutik. Kesempatan untuk menggigit bibir pemuda ini-pun tak ada.

'Uh, terpaksa.'

Meneguh keyakinan, Luhan menendang area selangkangan pemuda tersebut dengan lututnya. Begitu terlepas, ia langsung kabur sambil mengangkat sedikit pakaian yang ia kenakan. Sial! Hari ini benar-benar sial!

Sebelum menutup pintu ruangan miliknya, sayup-sayup Luhan mendengar keributan banyak staff yang sepertinya mengerubungi pemuda tadi oleh karena suara gaduh akibat ulahnya.

"Rasakan!"

Di dalam ruangannya, Luhan menutup wajah sambil terus tersenyum-senyum tidak jelas.

"Luhan, kau kenapa?"

Itu suara manager hyung yang bingung melihat tingkah aneh Luhan.

.
.
Fin.
.
.
Semoga suka. Hehe..
Pendek aja, gausah panjang-panjang.

New Artist [HunHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang