Part 2

12 5 7
                                    

Drrrttttt...drrrttttt

Benda persegi itu terus berbunyi, membuat si empunya terbangun dengan wajah seperti ingin memakan habis orang yang menelpon ini.

Ya Tuhan, apa orang ini tidak punya jam di rumah? Ini tengah malam! Rutuknya dalam hati.

Dengan kesalnya dia meraih benda itu.

"Ya Tuhan Arga, lo kenapa si telpon tengah malem gini? Apa ga bisa besok?"

"Tess"

Suara itu terdengar begitu berbeda, ada getaran di sana.

"Lo kenapa?"

Pertanyaanku seolah kubuat seperti orang kesal, padahal khawatir setengah mati.

"Nightmare" ucapnya

"Ya Tuhan... Lo nightmare aja nelpon gue? Aduh Arga, lo ganggu tidur gue tau ga! Aish, makanya kalo mau tidur baca doa tidur dulu! Gausah doa makan!"

"Galak banget si lo, temen mimpi buruk juga, tenangin kek, ini malah marah"

"Abis ganggu si lo"

Sunyi melingkupi kamarku, suaranya yang sebenarnya ingin selalu ku dengar hilang.

Senyap.

"Ga?"

"Hmm"

"Ah elah, ngambul lo? Iya deh iya, sekarang, mending lo lanjut tidur gih! Besok kan sekolah. Percaya sama gue, lo ga akan mimpi buruk lagi" Ucapku dengan nada membujuk.

Aduuh, ini berasa gue cowoknya! Batinnya.

"Hmmm"

"Semoga mimpi indah Arga... Ku"

"Ha?"

"Arga"

"Makasih ya Tess"

"Hmm"

Telpon mati.

Dia benar-benar menyebalkan! Sekarang, aku yang tidak bisa tidur!

Bagaimana bisa tidur kalau di depan wajahku, wajahnya selalu ada!

Ini lebih buruk dari nightmare, eh sebenarnya aku suka membayangkannya, hanya saja ini tengah malam! Dan dia muncul tepat di depan wajahku!

Sangat tidak tau waktu!

Tessa... Tidurlah besok kau sekolah! Batinnya

Dia membalikkan badannya menghadap ke kanan, ke kiri, ke atas, bahkan hingga telungkup sudah dia coba!

Tapi, nihil!

Dia tetap tidak bisa tidur.

Baiklah, satu-satunya cara adalah berdamai dengan hatinya.

Dia tidak perlu mengelak tentang, ya dia memang memikirkan Arga sekarang.

Anggap saja wajahnya sebagai lagu pengantar tidur.

Mudah kan?

Ya itu mudah, biar ku coba. Satu, dua, tiga... aku menutup mataku.

Dan, ya Tessa terlelap setelah berkutat dengan 1001 cara untuk melanjutkan tidurnya.

Arga POV

Entah apa yang membuat aku dengan cepat melakukan panggilan kepada Tessa.

Dia yang pertama kali muncul dalam pikirku.

Padahal bila dipikir logika, tidak mungkin ada laki-laki yang mau menelpon cewek galak seperti Tessa, hanya karna mendapatkan mimpi buruk.

Menelponnya malah jauh lebih buruk dari nightmare.

Senyum terukir dibibir Arga, ketika membayangkan betapa konyolnya dia.

Menelpon seorang wanita, hanya karena mimpi buruk?

Tapi sungguh, hatinya berkata lain.

Lain dengan logikanya.

Hanya Arga belum sadar. Dia memang termasuk cowok dengan segala kerasionalan yang pernah ada.

Jadi logikanya selalu menang, hatinya?

Kalah... Telak.

Part 2 nya segini dulu ya😂
Pengobat rindu saya wkwk, nanti kalau ada waktu ditambah lagi, biar ga pendek-pendek amat😂

Btw, makasih buat yang udah mau baca cerita mainstream ini❤

FbyL







You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 31, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TessaWhere stories live. Discover now