"Benda apa ini?"
Tanyaku sembari mengambil benda berbentuk bundar kecil dan berbau wangi.
Entah apa yang telah ku pikirkan, mengapa ku buka benda tua yang aneh itu. Bau wanginya benar-benar khas bau orang jaman dulu.
Penglihatan dan ingatan yang di sampaikan oleh Clara seperti terulang kembali. Bau-bau dan ciri fisik itu sama dengan yang telah ku lihat.
Benda yang ku pegang ini, terasa semakin hangat, dan semakin panas. Tangan dan jari jemariku bergetar, seakan-akan merasa bahwa ada sesuatu yang keluar dari benda itu.
"Put! Lo gapapa?" tanya Azka dari belakangku.
"Eh! Mm.. iya, gue gapapa kok. Cuman lagi nungguin Lo ngambil tas" jawabku sambil menyelipkan benda kecil.itu ke dalam tanganku.
"Oh. Em.. lo kan tuan rumahnya, kamar gua di mana?" tanya Azka.
"Aduh! Kamar tamu yang bawah udah penuh lagi. E.. Lo tidur di kamar gue aja. Ayo gua anter" ucapku.
Kami langsung berjalan di antara lorong yang sunyi. Azka menatap ke sana kemari, memperhatikan setiap bingkai foto yang ada di sana.
"Put! Tunggu, ini foto nenek Lo?" tanyanya yang tiba-tiba berhenti di depan foto besar eyangku bersama kedua pelayannya.
"Oh, iya. Ini nenek gue (menunjuk orang paling tengah), ini Pak Darto waktu masih muda dulu hehehe.. (menunjuk ke arah Kanan), ini.." aku tiba-tiba terdiam.
"Siapa? Bibi bibi tadi? Tapi mukanya.." tanya Azka yang mungkin juga merasa jika itu bukan Bi Nimas.
"E... Itu, ' siapa ini? Mukanya asing. Kenapa ada anak kecil juga? Anak siapa nih?! ' itu, mungkin sodaranya eyang gue" jawabku yang benar-benar tak tahu siapa wanita dan seorang anak dalam foto itu.
"Non!" panggil Pak Darto.
"Eh, pak. Ada apa? Kok kelihatannya Pak Darto gelisah?" tanyaku.
"Itu non, temen non.."
"Clara!"
"Putri!" teriak Azka sembari membaringkan tasnya ke lantai.
Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari secepat-cepatnya keluar dari villa dan menuju yang lainnya.
"Clara!" aku terkejut melihat Clara terbaring tak sadarkan diri di atas pangkuan kak Adrian.
Aku langsung berlari dan jatuh tepat di depan kak Adrian.
"Clara... Kak dia kenapa? Apa yang barusan terjadi?" tanyaku sambil menatap ke arah wajah Clara yang pucat.
"Tadi..."
*** Sebelumnya ***
"Gembul, kenapa kamu bisa di sana sendiri? Kan kamu sendiri yang bilang, kalau kamu ga mau aku tinggal" ucap kak Adrian.
"Maaf ya ndut, tadi kayanya aku kurang kontrol" jelas Clara yang di bopong Kak Adrian.
Tak lama setelah mereka mengobrol, terdengar suara orang tua yang samar-samar dari sebelah kiri Kak Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth of Villa
Terror"Hah... Bete gue. Males banget, liburan garing kaya kerupuk. Hm... Oh! apa gue..." Keluhku di liburan kali ini, benar-benar membosankan. Namun rasa bosan itu terselamatkan dengan adanya villa eyang ku. Hari pertama liburan sangat menyenangkan, suasa...