Chapter 2 - Breakfast

42 7 0
                                    

"Pagi ma, pagi pa, pagi semuanya" sapa Raya yang baru turun dari lantai dua dan langsung cipika-cipiki dengan mama juga papanya, setelah itu, ia duduk di sebelah abang pertamanya, Dirgha. Dirghara Habsary Aryawangsa

"Udah siang kalee..." cibir Daren, Darendra Habsary Aryawangsa -abang kedua Raya-

"Situ sewot amat" balas Raya mendelik

"Biasanya sih ya, cewek yang bangun kesiangan itu cewek MALES" ucap Daren dengan menekan kata "males".

"Bodo" ucap Raya cuek lalu memakan roti yang telah ia lumuri dengan selai blueberry, selai kesukaannya.

"Hii, Raya pemales..." Daren yang memang sangat jahil itu masih saja memanas-manasi Raya.

"Udah Daren..., jangan ganggu adik kamu terus" peringat sang mama

Daren hanya memutar bola matanya malas.

"Kutuliskan cerita tentang, caraku menemukan dirimu..." potongan lirik lagu Surat Cinta Untuk Starla yang dilantunkan oleh Virgoun, kini sedang dilantunkan oleh sang papa, Devan. Devan Derryan Aryawangsa.

"Kutuliskan kenangan, papa..., bukan kutuliskan cerita" koreksi Raya.

Devon memang sedang menghapalkan beberapa lagu yang sedang hitz di tahun 2017 ini. Katanya sih, biar bisa nyanyiin lagu buat mama di anniversary day-nya mereka berdua yang sebentar lagi akan tiba. Supaya romantis katanya.

"Loh, salah ya? Tanya papa bingung sambil mengecek lirik lagu tersebut di iPhone-nya.

"Haish..., kamu itu hapalin lagunya Anji yang judulnya Dia aja gak hapal-hapal, lah ini malah mau hapalin lagu Surat Cinta Untuk Starla. Gak yakin aku, kalau kamu bisa hapal 2 lagu itu sekaligus" cetus mama.

"Rasanya tuh, nyesss banget" gumam sang papa

"Eh... tapi kalian jangan salah ya..., dulu waktu SMA, papa ini kalo nembak cewek-cewek pasti pakai lagu, dan saat papa nyanyi, para cewek itu langsung klepek-klepek sama papa, secara papa kan ganteng, kapten basket, terus papa juga punya suara emas, jadi wajar lah, dulu banyak banget cewek yang mau sama papa, tapi hati papa udah terkunci sama hati mama kalian, jadi mau gimanapun cewek di luar sana, papa tetep cintanya sama mama" ucap sang papa panjang lebar, dan tersenyum bangga.
Astaga, narsis sekali papa-nya ini.

Seketika pipi sang mama merona, namun...

"Oh, jadi kamu lagi ungkit-ungkit masa lalu? aku tau, kamu pasti mau pamer kan, kalau dulu kamu itu playboy? Iya kan?" Tanya sang mama dengan ketus.

"mm...Maksud aku bukan gitu, aku cuma bercanda tadi" ucap sang papa

"Udahlah, gak usah banyak alesan, aku kesel sama kamu" ucap sang mama dan berlalu masuk ke kamarnya.

"Nah loh papa... mama ngambek tuh" gurau Daren

Devon tak lagi mendengar perkataan Daren, ia langsung lari ke kamar dan meminta maaf pada Andien.

ckckck, malang sekali nasib papa.

Dirgha bangkit dari kursinya, lalu ia berjalan menuju lantai dua.

"Bang Dirgha, mau kemana?" Tanya Raya

"Main ps" jawab Dirgha

"Raya boleh ikut?" Tanya Raya lagi

"Ayo" ajak Dirgha

"Gue juga i..." belum sempat Daren menyelesaikan perkataannya, Raya sudah memotong

"Bang Dirgha gak ngajak lo" ujar Raya ketus

"Sialan" umpat Daren, namun ia tetap berjalan ke arah Dirgha dan Raya.

"Abang... aku juga mau ikut" tutur seorang anak yang kira-kira berusia 12 tahun. Naren, Narendra Habsary Aryawangsa. Adik Raya, sekaligus anak bungsu dari Devon dan Andien.

Dirgha mengangguk. Mereka berempat berjalan beriringan menaiki undukan tangga, lalu masuk ke kamar Dirgha dan main ps sepuasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Drowning In PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang