We Danced The Night Away

59 1 0
                                    

Cewek silver itu meneleponku pukul 6 sore.

Aku memang meninggalkan note di kulkasnya semalam. Isinya,

Hey its the guy last night.
Sorry gue bawa mobil lo balik soalnya rumah lo jauh banget sampe ngga ada uber berani pick up disini.
Gue bukan maling dan gue belum, uh, not hooked up with you.
Ini nomor gue. Tolong telepon gue kalo lo mau ambil mobilnya.
082137590xxx

Best regards,
Your personal Uber.

Cewek itu menelepon dan menintaku untuk membawa mobilnya ke pub langganannya jika aku sempat. Tentu saja aku sempat. Akan selalu ada waktu kalau untuk bertemu lagi dengannya.

Jadi aku tampil sedikit rapi malam ini. Aku bahkan menghabiskan sore dengan membersihkan mobil cewek itu -yang shit kotor banget. Gue bahkan nemu pembalut- entah dengan motivasi apa.

Begitu masuk ke pub dia langsung menyambutku, seolah dia tahu aku akan muncul dari pintu masuk pukul berapa dimenit keberapa. Ia berjalan riang kearahku dan memberiku pelukan singkat. Ia kemudian membimbingku untuk duduk di mejanya.

Rambut silvernya di ikat pony tail hari ini. Ia juga memakai pakaian yang sedikit tertutup dan tidak menampilkan belahan dadanya -yang jujur membuatku sedikit kecewa-

"Maaf gue mabuk banget semalem. Semalem pasti kacau banget." Katanya.

Gue memberikan kunci mobilnya sambil menyahut. "Yep. Dan lo berat banget."

"Gue udah dua minggu nggak diet."

"Kalau sekiranya lo mau minta maaf untuk kejadian semacem kemarin, cukup lo diet aja biar enteng kalo orang lain mau gendong lo kedepannya." Kataku bercanda.

Namun sepertinya ia menanggapinya dengan serius. Ia mengangguk dan sekali lagi menggumamkan maaf.

"Mau minum apa? Pesen aja." Katanya.

"Gue nggak lama. Cuma nganter mobil lo doang." Kataku berdalih. Aku tidak ingin terlihat seperti aku sangat niat untuk menemuinya disini.

"Oh." Responnya. "Padahal gue berharapnya lo bisa disini lebih lama. Gue nggak ada temen malem ini."

"Kemarin kemarin kan temen lu banyak."

"Mereka cabut." Jawabnya sedih. Wah. Ada yang salah dengan perubahan ekspresinya.

"One drink and you can leave. Gue yang bayar sebagai ucapan terimakasih." Katanya setengah memohon.

Aku berpura pura berfikir walau sebenarnya aku tahu apa jawabanku. "Okay"

One drink dari hongkong??? Aku akhirnya minum bergelas-gelas untuk mengimbanginya yang juga minum cukup banyak. Apa dia melakukan ini tiap hari?

"I wanna dance with you right now." Katanya sambil berdiri dan meraih tanganku.

Aku tahu dia mabuk. Lagi. Jadi kuturuti saja ketika ia membimbingku ke lantai dansa. Musik elektrik yang cukup memekakan telinga tidak membuat kami bergoyang dan melompat mengikuti irama. Kami justru melakukan slow dance dengan kedua tangannya yang ia letakkan di pundakku. Kadang jemarinya sibuk memainkan bagian belakang rambutku yang memang tumbuh sedikit memanjang.

"So you are the mr nice guy huh?" Tanyanya.

"Im just another personal uber driver." Sahutku.

"No. You are mr nice guy. Lo yang bikin gue dandan kaya gini malem ini." Katanya sambil melirik pakaiannya sekilas.

"You wont hook up with me. Dan itu ngebuat gue merasa di hargai. Itulah kenapa gue dandan kaya gini sekarang. Buat menghargai diri gue sendiri." Jelasnya tanpa ditanya.

Say You Won't Let GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang